Sukses

Virus Nipah Serang India, Ini Saran Pakar Buat yang Doyan Traveling ke Alam Liar

Saran khusus bagi yang suka traveling ke alam liar dengan adanya ancaman virus Nipah.

Liputan6.com, Jakarta Virus Nipah sedang menyerang di Kerala, India bagian selatan dengan lebih dari 700 orang telah diidentifikasi sebagai kontak dekat dan menjalani tes lanjutan. Hasil yang diperoleh, 77 orang di antaranya berisiko tinggi kontak erat.

Epidemiolog sekaligus peneliti Global Health Security Dicky Budiman menyampaikan pencegahan virus Nipah seperti yang khususnya terjadi di Kerala, India. Pencegahan ini juga termasuk pesan kepada mereka yang suka traveling ke alam liar.

Seperti diketahui, penularan virus Nipah adalah penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan seperti babi dan kelelawar buah ke manusia, menurut informasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Virus ini juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi dan melalui kontak dengan orang yang terinfeksi

"Bagi petani atau orang yang beraktivitas di alam liar, pendaki atau siapapun itu, selalu harus hindari kontak  dengan kelelawar," ujar Dicky kepada Health Liputan6.com baru-baru ini.

Jangan Kontak dengan Kotoran Kelelawar

Dicky menegaskan, hindari pula kontak dengan air kencing atau urine dan kotoran kelelawar.

"Jangan sampai kontak dengan kotoran kelelawar, air kencing atau air liur, apapun itu hindari. Ini penting sebagai literasi buat mereka yang suka di alam liar," tegasnya.

2 dari 4 halaman

Buah dan Sayur Dicuci Bersih

Selanjutnya, Dicky Budiman mengingatkan agar mencuci buah dan sayuran dengan bersih. Terutama bagi mereka yang tinggal di alam liar. 

"Makanan harus dimasak benar ya, termasuk buah-buahan dicuci dan sayuran dicuci juga, terutama yang tinggal di alam liar," ucapnyaa.

Cek Fasilitas Kesehatan

Dicky menambahkan pengecekan untuk penanganan virus Nipah di fasilitas kesehatan harus juga rutin dilakukan.

"Kemudian infection control di rumah sakit dalam program rutin dan dicek keberadaan personal protective equipment ini penting menangani penyakit yang diduga mudah menular," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Belum Ada Vaksin untuk Virus Nipah

Yang perlu diketahui juga adalah belum ada vaksin untuk menangani virus Nipah. 

"Yang penting saat ini belum ada vaksin atau terapi spesifik untuk virus Nipah. Lagi berjalan risetnya," Dicky Budiman melanjutkan.

"Oleh karena itu, butuh literasi ke publik untuk penyakit zoonotik yang kita bahkan perlu banyak tahu dan perlu dicegah. Jadi keharmonisan, keseimbangan kesehatan manusia, hewan, lingkungan diperkuat suveilans dan deteksi, yang ini menjadi kelemahan, PR kita."

Wabah Virus Nipah ke-4

Pada kasus di India, Ketua Menteri Kerala Pinarayi Vijayan mengatakan dua orang telah meninggal karena virus Nipah. Ia juga mengatakan ini adalah wabah keempat di negara bagian tersebut sejak 2018.

"Kita tidak perlu takut, tetapi hadapi situasi ini dengan hati-hati," tulis Vijayan dalam media sosial pribadinya.

Virus Nipah telah terdeteksi di distrik Kozhikode di negara bagian tersebut. Vijayan pun mendesak warga untuk berhati-hati dan mengikuti pedoman keselamatan departemen kesehatan.

Tak hanya itu, pihak berwenang di Kerala juga telah mengambil langkah untuk membendung wabah virus Nipah dengan menutup sekolah dan melakukan tes terhadap ratusan orang untuk mencegah penyebaran.

4 dari 4 halaman

Identifikasi Kontak Erat

Menteri Kesehatan negara bagian tersebut, Veena George, mengatakan sejauh ini di Kerala, lebih dari 700 orang telah diidentifikasi sebagai kontak dekat dan sedang menjalani tes. Mereka juga diminta untuk tetap di rumah dan memantau kesehatan mereka.

"Dari jumlah tersebut, 77 orang dianggap berisiko tinggi," katanya.

Pihak berwenang di Kozhikode telah menutup beberapa sekolah di distrik tersebut. Sementara itu, tujuh desatelah dinyatakan sebagai zona pembendungan wabah Nipah.

Wabah Virus Nipah Sejak 2018

Kerala sempat mengalami wabah virus Nipah yang mematikan pada tahun 2018, yang menewaskan 17 orang dan menyebabkan kepanikan yang meluas di negara bagian tersebut. Saat itu, otoritas terkait memulai operasi pelacakan kontak yang ketat dan menguji lebih dari 230 orang untuk membendung penyebaran penyakit.

Tahun berikutnya, Kerala melakukan pengawasan terhadap lebih dari 300 orang setelah seorang pria didiagnosis mengidap virus tersebut. Negara bagian tersebut kembali mengalami wabah pada tahun 2021, yang merenggut nyawa seorang anak laki-laki berusia 12 tahun.