Liputan6.com, Jakarta Berkeringat merupakan sebuah kondisi yang sangat wajar dialami oleh seseorang. Namun, jika keringat tersebut keluar dari pori-pori tubuh secara berlebih, apakah itu wajar? Tentu saja tidak.
dr. Marolop Pardede, Sp.BTKV, Subsp.VE (K), MH dari RS EMC Cikarang & Pekayon pun menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan tanda-tanda dari seseorang mengidap hiperhidrosis.
Baca Juga
Hiperhidrosis merupakan kondisi seseorang ketika memproduksi keringat berlebih. Sebagaimana diketahui, keringat adalah fungsi tubuh normal yang dikendalikan oleh sistem saraf otonom.
Advertisement
Kelenjar keringat terdapat pada kulit seluruh tubuh, namun dalam jumlah yang lebih besar pada kulit tangan, kaki, ketiak, dan area genital. Selain itu, berkeringat juga merupakan respons fisiologis normal tubuh ketika suhu badan naik.
Respons tersebut terjadi ketika tubuh terpapar sinar matahari atau situasi stres dapat merangsang sistem saraf otonom yang kemudian meningkatkan produksi keringat oleh kelenjar dan sangat terkonsentrasi di tangan, kaki, atau daerah lain.
Ia menyebut, pengidap gangguan ini merasa bajunya cepat basah dan telapak tangan sering berkeringat.
“Pada kondisi hiperhidrosis berat, bahkan bisa menimbulkan dehidrasi yang dapat menyebabkan seseorang menjadi cepat lelah, lemas bahkan bisa menimbulkan kehilangan kesadaran sesaat atau pingsan,” sebut dr. Marolop.
“Hiperhidrosis lebih sering dialami oleh wanita dan umumnya, kondisi ini mulai muncul pada usia kanak-kanak atau remaja. Meski tidak berbahaya, hiperhidrosis bisa menimbulkan perasaan malu, stres, depresi, atau gelisah,” jelasnya.
Penyebab dan Faktor Hiperhidrosis
Hiperhidrosis disebabkan oleh berbagai hal, tergantung pada jenisnya. Hingga kini, hiperhidrosis pun tidak diketahui secara jelas penyebabnya dan hanya dianggap sebagai bagian gangguan dari sistem saraf yang mengontrol berkeringat.
"Hal ini dikenal sebagai hiperhidrosis primer dan untuk hiperhidrosis primer, belum diketahui secara pasti, tetapi faktor genetik ikut berperan," jelas dr. Marolop.
"Hiperhidrosis primer umumnya terjadi pada telapak tangan, telapak kaki, dan terkadang di wajah," imbuhnya.
Namun, hiperhidrosis memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi dan dikenal sebagai hiperhidrosis sekunder. Penyebab hiperhidrosis sekunder sebagaimana dijelaskan oleh dr. Marolop, seperti:
- Kegelisahan atau rasa takut
- Efek obat-obatan tertentu
- Kehamilan atau menopause
- Gula darah yang rendah (hipoglikemia)
- Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme)
- Infeksi
Advertisement
Gejala Hiperhidrosis
dr. Marolop menjelaskan bahwa terdapat beberapa gejala hiperhidrosis yang dapat terasa oleh seseorang, seperti:
- Keringat terlihat jelas mengucur deras.
- Keluar keringat bukan sehabis berolahraga berat.
- Keluar keringat saat udara tidak panas.
- Sulit membuka pintu atau memegang pena karena tangan basah oleh keringat.
- Kulit menjadi lembut, berwarna putih, atau terkelupas di area tertentu akibat terus menerus basah oleh keringat.
- Infeksi pada bagian tubuh yang mengeluarkan keringat terlalu banyak.
Penanganan Hiperhidrosis
Dr. Marolop memaparkan beberapa penanganan tepat untuk mengatasi hiperhidrosis pada seseorang. Terdapat dua terapi yang bisa dilakukan, yakni terapi konservatif dan terapi bedah.
“Pada beberapa pasien dengan hiperhidrosis memiliki gejala ringan sehingga tidak diperlukan tindakan operasi dan terapi konservatif penting untuk memastikan bahwa gejala klinis bukan disebabkan dari fungsi endokrin atau ketidakseimbangan hormon,” papar dr. Marolop.
Dirinya mengungkapkan, untuk pasien dengan gejala berat yang gagal merespons pengobatan dapat dirujuk untuk tindakan operasi.
“Tujuan dari operasi adalah untuk menghilangkan rangsangan saraf otonom kelenjar keringat dan tetap menjaga fungsi saraf simpatik lainnya, serta meminimalkan trauma pada jaringan sekitarnya. Hal ini paling baik dilakukan dengan endoskopi torasik simpatektomi (ETS),” ungkap dr. Marolop.
Dalam beberapa kasus, keringat berlebih dapat menjadi tanda kondisi medis yang serius apalagi jika kondisi tersebut disertai mual, nyeri dada, serta pusing atau rasa seperti akan pingsan. Selain itu, tanda-tanda lainnya yang mengharuskan pengidap hiperhidrosis untuk ke dokter, seperti:
- Keringat yang keluar lebih banyak daripada biasanya
- Keringat keluar pada malam hari tanpa adanya pemicu
- Keringat berlebih mengganggu aktivitas sehari-hari
- Keringat berlebih menimbulkan tekanan emosional atau gangguan pada kehidupan sosial
- Keringat keluar banyak dan disertai penurunan berat badan drastis
Nah, apakah kamu merasakan tanda-tanda seperti yang disebutkan di atas? Jika iya, segeralah untuk memeriksakan diri ke dr. Marolop Pardede, Sp.BTKV, Subsp.VE (K), MH dari RS EMC Cikarang & Pekayon untuk mendapatkan penanganan yang tepat guna mengatasi hiperhidrosis, ya!
(*)
Advertisement