Sukses

Transplantasi Mulai Dipilih Pasien Penyakit Ginjal Kronik, Dokter Jabarkan Keunggulannya Dibanding Terapi Lain

Dalam mengatasi penyakit ginjal kronik yang sudah memasuki tahap kronik lima atau parah, maka hanya ada tiga pilihan yakni transplantasi ginjal, hemodialisis atau cuci darah, dan CAPD.

Liputan6.com, Jakarta - Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) di seluruh dunia terus meningkat setiap tahunnya. Dari kasus-kasus ini, banyak pasien sudah dinyatakan bahwa ginjalnya berada pada tingkat eternalisis atau sudah harus cuci darah.

Dalam mengatasi penyakit ginjal kronik yang sudah memasuki tahap kronik lima atau parah, maka hanya ada tiga pilihan yakni:

  • Transplantasi ginjal.
  • Hemodialisis atau cuci darah.
  • Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD).

Di Indonesia, dari ketiga terapi ini yang paling banyak dilakukan dan dipilih para pasien gagal ginjal kronis adalah hemodialisis. Selain itu, tidak banyak pasien gagal ginjal kronik berkeinginan untuk melakukan pilihan pertama yaitu melakukan transplantasi ginjal.

Berbagai alasan membuat para pasien ini bahkan enggan untuk memikirkannya, seperti biaya dan proses mencari donor yang bisa dibilang tidak mudah.

Namun, menurut dokter spesialis penyakit dalam konsultan nefrolog Maruhum Bonar H. Marbun, kini pasien ginjal kronik mulai mempertimbangkan tindakan transplantasi ginjal.

“Saat ini semakin banyak PGK yang ingin melakukan transplantasi ginjal karena memiliki kelebihan yang memberikan keuntungan,” ujar Maruhum dalam edukasi kesehatan ginjal bersama PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) dan Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), dikutip dari keterangan pers, Rabu (20/9/2023).

2 dari 4 halaman

Keunggulan Transplantasi Ginjal Ketimbang Terapi Lain

Beberapa keuntungan yang bisa didapat dari transplantasi ginjal seperti yang dimaksud Mahurum adalah:

  • Kesehatan dan kebugaran tubuh meningkat
  • Batasan makan dan minum lebih longgar
  • Dapat beraktivitas seperti sedia kala layaknya sebelum mengalami penyakit ginjal
  • Dapat hidup lebih lama dibandingkan jika tetap menjalani dialisis.

Sayangnya, masih banyak pasien yang telah melakukan transplantasi ginjal tapi tetap abai dengan kesehatannya.

“Akan tetapi banyak juga pasien yang setelah melakukan transplantasi menjadi abai dengan kondisinya karena merasa sehat dan bugar sehingga tidak mengatur pola hidup dengan baik, tidak melakukan pemeriksaan secara rutin di mana hal ini sangat disayangkan,” ujar Maruhum.

3 dari 4 halaman

Waspada Anemia pada Pasien Ginjal Kronik

Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis penyakit dalam konsultan nefrolog Mirna Nurasri Praptini mengatakan bahwa anemia pada pasien ginjal kronik harus diterapi dengan baik.

“Salah satunya melalui pemberian terapi utama yaitu terapi Ertythropoiesis Stimulating Agent (ESA). Di mana pada pasien gagal ginjal terapi ESA dimulai ketika Hb <10 g/dl,” ujar Mirna.

Mirna menambahkan, amat mudah untuk mengidentifikasi gejala anemia pada pasien ginjal kronik. Gejala-gejala yang dapat terjadi yakni:

  • Nafsu makan menurun.
  • Jantung berdebar-debar.
  • Sesak napas.
  • Sakit kepala.
  • Kulit dan membran mukosa pucat.
4 dari 4 halaman

Orang dengan Penyakit Ginjal Kronik Lebih Berisiko Alami Anemia

Mirna menambahkan, National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) mengungkap, anemia dijumpai dua kali lebih tinggi pada pasien ginjal kronik (15,4 persen) dibandingkan dengan populasi umum (7,6 persen).

Prevalensi anemia meningkat dengan bertambahnya progresivitas penyakit ginjal kronik yakni 8.4 persen pada stadium satu menjadi 53.4 persen pada stadium lima.

Jika tidak ditangani dengan adekuat anemia pada pasien ginjal kronik bisa menimbulkan berbagai masalah seperti:

  • Kegagalan fungsi organ hingga kematian.
  • Pada wanita hamil, anemia dapat memicu kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan anemia pada janin.
  • Gagal jantung.
  • Gangguan pertumbuhan, perkembangan kognitif dan mental.