Liputan6.com, Pontianak Japanese Encephalitis (JE) adalah salah satu penyebab utama radang otak akibat infeksi virus (ensefalitis virus) di seluruh dunia. Di Indonesia, kasus konfirmasi JE dalam periode tahun 2014 sampai per Juli 2023 dilaporkan, sejumlah 145 kasus, yang mana 30 kasus di antaranya berada di Provinsi Kalimantan Barat.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, total sasaran penerima imunisasi tambahan JE di Kalimantan Barat ada 1,3 juta anak.
Baca Juga
“Imunisasi tambahan massal JE diharapkan dapat selesai lebih cepat dan tepat sehingga pada bulan November 2023, kita sudah mulai imunisasi rutin pada anak usia 10 bulan di Posyandu, Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya,” harap Maxi dalam keterangannya, ditulis Sabtu (30/9/2023).
Advertisement
"Kita belajar dari penanganan pandemi COVID-19 lalu, di mana seluruh lintas program dan sektor bekerja sama dan berupaya keras sehingga COVID-19 dapat segera ditanggulangi melalui intervensi vaksinasi COVID-19."
Partisipasi Imunisasi JE
Cara tersebut, lanjut Maxi diharapkan dapat dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan imunisasi rutin termasuk imunisasi JE.
“Saya kembali mengajak Bapak, Ibu semua, mari kita bersama-sama berpartisipasi dan berkontribusi dalam menyebarkan pesan tentang program imunisasi JE ini, terkait pentingnya dan manfaat imunisasi JE yang tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga untuk masyarakat disekitar kita," katanya.
"Saya percaya dengan kerja keras kita semua bisa menyukseskan program imunisasi ini serta dapat mencapai cakupan yang tinggi dan merata di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat."
Babi Dibiarkan Berkeliaran
Pj Gubernur Kalimantan Barat Harrison menjelaskan mengenai tingginya kasus Japanese Encephalitis (JE) di Kalimantan Barat. Menurutnya, salah satunya disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan di lingkungannya.
Ia mencontohkan di peternakan babi, seringkali masih dilepasliarkan, sehingga penyebaran kotoran dan limbahnya menganggu lingkungan serta berpotensi sebagai sumber infeksi virus JE ke manusia.
“Misalnya, di rumah-rumah panjang yang memelihara babi, itu dibiarkan berkeliaran. Tidak di kandangkan. Akibatnya, lingkungannya tidak bersih. Waktu itu kami bekerj asama dengan tokoh adat, Koramil dan Polsek mendorong masyarakat agar babi-babi ini dikandangkan," beber Harrison.
"Awalnya berhasil tapi tidak berlangsung lama. Ini yang sebenarnya tugas kita untuk terus mengedukasi mereka."
Pihaknya menyadari bahwa tugas tersebut tidak bisa dilakukan oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan harus melibatkan seluruh stakeholder seperti TNI, Polri dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Advertisement
Belum Ada Obat untuk Virus Japanese Encephalitis
Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr. N. Paranietharan, menyampaikan bahwa di dunia terdapat lebih dari 3 miliar orang yang terancam virus Japanese Encephalitis (JE), Namun sampai saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini.
Karena itu, WHO mendorong imunisasi sebagai strategi yang aman, efektif, dan terjangkau untuk melindungi anak-anak kita dari penyakit berbahaya ini.
“WHO juga mengapresiasi dedikasi Pemerintah Indonesia dalam memperluas imunisasi JE untuk mencakup semua anak yang membutuhkan serta mendukung penelitian dan kajian lebih lanjut untuk meningkatkan pemahaman kita tentang peta penularan penyakit ini dan memastikan cakupan ke seluruh komunitas yang berisiko,” kata Dr. N. Paranietharan.
Lakukan Imunisasi JE Massal
Selaras, Perwakilan UNICEF Indonesia, Maniza Zaman, mengatakan, UNICEF juga berkomitmen untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam melindungi anak-anak dari radang otak melalui pemberian Imunisasi JE.
“Bersama Pemerintah Indonesia, UNICEF berkomitmen untuk melindungi anak-anak dari ensefalitis, infeksi yang mengancam jiwa yang dapat dicegah dengan vaksin Japanese Encephalitis (JE),” imbuhnya.
“Di Kalimantan Barat, di mana kasus radang otak tersebar luas, kami mendukung Pemerintah untuk melakukan imunisasi tambahan JE massal selama dua bulan untuk semua anak usia 9 bulan hingga 15 tahun yang termasuk dalam populasi berisiko tinggi."
Setelah itu, vaksin JE akan diperkenalkan sebagai bagian dari program imunisasi rutin di Kalimantan Barat dan diberikan kepada semua anak pada usia 10 bulan.
"Pemberian imunisasi JE di wilayah endemis tinggi akan membantu mengurangi kasus ensefalitis secara signifikan di Indonesia," sambung Maniza.