Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) selama periode 22-29 September 2023, suhu panas maksimum terukur di beberapa wilayah Indonesia pada siang hari cukup tinggi, berkisar 35 sampai 38 derajat Celsius.
Peneliti Global Health Security Dicky Budiman mengingatkan, masyarakat terkait jam-jam tertentu tatkala paparan sinar matahari bisa sangat menyengat. Apalagi bagi masyarakat yang bekerja sehari-hari langsung di bawah sinar matahari.
Baca Juga
"Yang banyak aktivitas langsung di bawah sinar matahari, yaitu petani, peternak atau bahkan petugas di lapangan, seperti polisi itu harus dibatasi, terutama di jam-jam rawan," ungkap Dicky kepada Health Liputan6.com pada Senin, 2 Oktober 2023.
Advertisement
"Sebenarnya, antara jam 11 siang sampai jam 3 sore ya, suhunya sangat tinggi, paparan sinar matahari juga bisa sangat tinggi."
Perkuat Proteksi Pekerja Lapangan
Dicky melanjutkan, sebaiknya bagi para pekerja lapangan yang bekerja di bawah sinar matahari langsung dapat diberikan perlindungan khusus. Misalnya, fasilitas untuk tempat berteduh dan saling bergantian bekerja atau penerapan shift.
"Nah, artinya pada jam seperti itu, para petugas ataupun orang yang bekerja langsung di bawah sinar matahari harus memperkuat proteksi. Jadi ada mungkin tempat berteduh disediakan atau menggunakan topi dan lainnya,"
Gunakan Semprotan Air dan Banyak Minum Air Putih
Upaya proteksi pekerja lapangan di atas akan mengurangi dampak dari suh panas atau paparan sinar matahari.
"Bisa juga gunakan misalnya semprotan air, perbanyak minum air putih. Usahakan ya setiap satu jam setengah, kalau bisa satu gelas air putih dan usahakan kalau bisa bergantian (pekerjanya) ya mungkin 2 jam ganti dengan petugas lain," Dicky Budiman melanjutkan.
"Atau kalau petani ya dia berbagilah dengan anggota keluarganya. Ini penting."
Heatstroke dan Gangguan Kesehatan
Selain itu, Dicky menegaskan, dampak suhu panas dapat berujung heatstroke dan dehidrasi.
"Dan juga bisa berdampak pada orang-orang yang menderita penyakit seperti misalnya diabetes dan darah tinggi. Ini gangguannya bisa sangat serius, terutama yang memiliki gangguan penyakit kardiovaskuler," tegasnya.
Advertisement
Suhu Bumi Meningkat
Dicky Budiman menuturkan, suhu panas ekstrem yang terjadi dialami secara global, bukan hanya di Indonesia. Kaitannya sangat erat dengan fenomena El Nino, yang diperkirakan akan berlangsung mungkin sampai akhir tahun.
"Dengan perkiraan dampaknya adalah peningkatan suhu bumi yang bisa sampai satu setengah derajat secara global dan ini sangat serius dampaknya," tuturnya.
Berkaitan dengan kesehatan, berdampak pada manusia secara langsung.
"Cuaca panas ini berkaitan aktivitas yang akan semakin terbatas karena eksposur dari panas ini membuat manusia enggak bisa dan enggak boleh terlalu berlama-lama di bawah terik matahari, karena bisa menyebabkan ya dehidrasi, heatstroke ya," terang Dicky.
Pertumbuhan Awan Minim
Senior Forecaster BMKG Laode Nurdiansyah pada Rabu (27/9/2023) membeberkan, cuaca panas di Jakarta dipengaruhi oleh beberapa faktor mulai dari sinar matahari yang cukup optimal pada pagi hingga menjelang siang dan siang hari.
Adapun faktor lainnya terkait minimnya pertubuhan awan yang bisa mengurangi intensitas sinar matahari langsung ke bumi.
“Kondisi cuaca cerah dengan tingkat pertumbuhan awan yang minim turut memicu optimalnya pemanasan sinar matahari. Seperti diketahui bahwa pertumbuhan awan dapat menghalangi sinar matahari langsung ke permukaan bumi,” pungkas Laode.
Kondisi El Nino Bertahan sampai Akhir 2023
Saat ini, para masyarakat Jakarta juga terpantau mulai menggunakan payung untuk menghindari panasnya terik matahari. Selain itu, kondisi El Nino moderat dan IOD positif diprediksi terus bertahan hingga akhir tahun 2023.
Fenomena El Nino sendiri merupakan fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur yang menjadi hangat dari biasanya. Kondisi ini menyebabkan adanya perubahan pola cuaca secara global dan berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah dunia.
Melansir dari umsu.ac.id El Nino disebabkan oleh peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik dan Timur. Sehingga perubahan suhu tersebut membuat pergeseran angin dan arus laut dan mengubah pola cuaca secara global.
Dampaknya bisa sangat terasa terutama beberapa wilayah bisa mengalami kekeringan hingga gangguan musim tanah. Selain itu kondisi ini juga bisa memunculkan penyakit dan hama terutama yang merusak pada pertanian.
Advertisement