Sukses

Satu Anak Satu Warung Makan, Inovasi Unik UPT KB di Makassar Turunkan Angka Stunting

UPT KB Kecamatan Rappocini Makassar tengah menggalakkan program Satu Anak Satu Warung Makan untuk atasi stunting.

Liputan6.com, Makassar - Dalam upaya menurunkan stunting di Makassar, Unit Pelaksana Tugas Keluarga Berencana (UPT KB) Kecamatan Rappocini memiliki cara yang unik.

Menurut Kepala UPT KB Kecamatan Rappocini, Syafruddin, pihaknya tengah menggalakkan program Satu Anak Satu Warung Makan. Ini adalah program yang melibatkan warung makan setempat agar dapat memberikan asupan nutrisi sehat pada anak stunting.

“Inovasi Satu Anak, Satu Warung Makan ada di Kelurahan Ballaparang dan ini diharapkan akan menjadi ‘virus’ kemudian menular ke kelurahan-kelurahan yang lain,” ujar Syafruddin kepada Health Liputan6.com saat ditemui di UPT KB Kecamatan Rappocini, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (3/10/2023).

Pria berusia 56 itu menjelaskan, program ini mengajak warung makan setempat untuk memberikan makanan pada satu anak stunting. Makanan diberikan satu porsi setiap harinya dengan menu sederhana tapi bergizi.

“Tidak harus mahal, yang penting ada proteinnya, minimal satu telur. Tidak harus selalu pakai daging ayam,” ujar Syafruddin.

Warung makan yang diajak kerja sama mayoritas adalah warung makan yang sudah terbiasa memberikan makanan gratis pada jamaah salat Jumat.

“Biasanya kalau Jumat berkah warungnya memberi makanan untuk jemaah salat Jumat, 100 bungkus makanan atau bahkan ada yang 150 bungkus.”

Alih-alih memberikan makanan kepada jemaah salat Jumat yang tidak mengalami masalah gizi, UPT KB Kecamatan Rappocini pun meminta warung makan untuk menggeser sasaran bantuan. Tujuannya, memperbaiki asupan makan anak-anak yang stunting.

 

 

2 dari 4 halaman

Geser Penerima Bantuan agar Lebih Tepat Sasaran

Dengan program Satu Anak, Satu Warung Makan, lanjut Syafruddin, bantuan pangan dapat tersalurkan dengan lebih tepat. Dan tak hanya di hari Jumat, bantuan makanan dapat disalurkan setiap hari.

“Jadi konsepnya begini, rata-rata warung makan ada istilahnya Jumat berkah, biasanya kasih 50 dus (makanan) atau 100 dus, tapi satu kali satu minggu di hari Jumat.”

“Makanan dibawa ke masjid, nah siapa yang makan? Tentu jemaah, jemaah biasanya bapak-bapak yang perutnya besar. Nah, kenapa tidak kita arahkan bantuan warung makan itu ke sasaran yang betul-betul kurang gizi, yang stunting,” jelasnya.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Pemberian Makan Didampingi Tim Pendamping Keluarga

Bukan sekadar memberikan imbauan untuk menjaga saupan nutrisi anak, UPT KB Kecamatan Rappocini juga mendorong penyediaan makanannya.

Tak berhenti di situ, tim pendamping keluarga (TPK) dikerahkan untuk memastikan bahwa makanan tersebut sampai ke perut anak dengan baik.

“Pemberian makan didampingi oleh tim pendamping keluarga, mereka datang (ke rumah anak stunting), nasinya dibawakan, dikasih makan di situ, makanan siap saji,” kata Syafruddin.

Dengan kata lain, setiap anak yang menjadi sasaran bantuan dipastikan akan mendapatkan hak atas makanan bergizi. Tim pendamping keluarga tidak akan meninggalkan anak begitu saja sebelum makanannya benar-benar dikonsumsi anak dengan baik.

 

4 dari 4 halaman

Cegah Penyalahgunaan Bantuan

Pria kelahiran Selayar, 23 Mei 1967 itu menjelaskan, pendampingan hingga saat anak makan dilakukan bukan tanpa alasan.

Pihaknya kerap menemui kasus di mana anak-anak stunting diberi persediaan makanan seperti telur, susu, dan biskuit. Namun, tanpa pendampingan, makanan-makanan itu malah habis dengan cara yang tidak semestinya.

“Makanan-makanan yang seharusnya habis dalam satu bulan malah habis dalam satu minggu karena dibagi-bagikan kepada keluarga yang lain,” ujar Syafruddin.

Dengan begitu, asupan anak yang seharusnya optimal menjadi tidak optimal.

Dia juga mengatakan bahwa anak yang stunting di kecamatan tersebut jumlahnya selalu berubah. Di kelurahan Ballaparang, jumlahnya sekitar 24 orang, tapi dengan program Satu Anak Satu Warung Makan, jumlahnya turun menjadi 14 dalam kurun waktu tiga bulan.