Sukses

Tingkatkan Kesadaran Soal Kanker Payudara, Andien Aisyah Bersama Survivor dan Caregiver Berbagi Kisah

Di Indonesia, kanker payudara menjadi jenis kanker yang paling banyak dialami masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Kanker payudara merupakan jenis kanker paling umum pada wanita. Data World Cancer Research Fund menunjukkan, lebih dari 2 juta kasus baru terdiagnosis setiap tahunnya. Bahkan, kini telah menyasar usia remaja.

Di Indonesia, kanker payudara pun menjadi jenis kanker yang paling banyak dialami masyarakat. Berdasarkan laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) pada 2020, ada 65.858 kasus kanker payudara di Tanah Air. Jumlah tersebut setara 16,6 persen dari total kasus kanker di Indonesia.

Bertepatan dengan peringatan Bulan Kesadaran Kanker Payudara pada Oktober ini, brand pakaian dalam Sorella dan komunitas Lovepink mengadakan sharing session guna meningkatkan awareness terhadap penyakit tersebut. Penyanyi Andien Aisyah, Kezia Kandou, serta co-founder LOVEPINK Madelina Mutia berbagi kisah mereka terkait kanker payudara.

Dalam sharing session yang digelar di Seibu Departemen Store Grand Indonesia, Selasa, 3 Oktober 2023, Andien menceritakan pengalamannya didiagnosis tumor pada usia remaja. Andien menyadari ada benjolan di payudaranya ketika duduk di kelas 2 SMA. Awalnya Andien enggan bercerita pada orangtuanya hingga suatu waktu dia memutuskan memberi tahu sang ibu.

"Ibuku bilang, 'Diperiksain aja deh soalnya benjolannya kayaknya cukup besar nih.' Teraba langsung dan cukup besar," Andien Aisyah bercerita.

Dokter pun menyarankan agar benjolan tersebut diangkat karena bersifat jinak. Meski demikian, pengalaman itu menimbulkan tanya pada diri Andien dan membuatnya banyak merenung.

"Sependek pengetahuanku pada saat SMA pada waktu itu, katanya orang yang kena tumor itu harus 25 tahun ke atas, kalau orang yang kena kanker katanya harus yang udah punya anak.. Jadi enggak tahu bahwa itu tuh bisa terjadi pada anak usia SMA juga," tutur Andien.

Pengalaman terkena tumor payudara jinak itu diakui Andien mengubah hidupnya. Sang ibu mengganti pola makan menjadi lebih baik dengan sebisa mungkin mengurangi makanan siap saji dan Andien pun melakukan pemeriksaan berkala.

 

2 dari 4 halaman

LOVEPINK, Temani Pejuang Kanker dengan Cinta

Kisah Madelina Mutia menjadi survivor kanker payudara pun bermula dari diagnosis tumor jinak di payudara pada 2006. Sesuai pesan dokter, Co-Founder Lovepink itu kemudian disiplin memeriksakan diri ke dokter setiap 6 bulan sekali selepas pengangkatan tumor. Malang tak dapat ditolak, pada 2010, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dirinya positif kanker payudara.

Padahal kala itu Mutia tengah semangat mencetak prestasi dalam berkarier. Diagnosis itu diakui membuat hidupnya amburadul dan kebingungan harus melakukan apa.

Dukungan yang datang dari suami menyuntikkan semangat dan harapan pada diri Mutia. Proses menaklukkan kanker payudara dengan berbagai pengobatan medis diakuinya memang tidak nyaman. Namun kemajuan teknologi dan riset kesehatan memungkinkan proses yang tidak nyaman itu bisa dilalui senyaman mungkin. 

Perjalanan proses penyembuhan itulah yang mengantarkan Mutia membangun komunitas Lovepink, suatu support group bagi pejuang kanker payudara. Diawali dengan berbagi cerita dan pengalaman dengan sesama pejuang kanker sambil ngopi cantik, Lovepink pun terbentuk. 

"Kenapa Lovepink? Pink itu berasal dari (warna) pita, pink ribbon ini lambang untuk breast cancer. Terus, kita memang senangnya membantu, love, dengan cinta. Jadilah namanya Lovepink," ungkap Mutia. 

Lovepink tak hanya mendampingi para perempuan dengan kanker payudara, melainkan juga mengedukasi para perempuan mengenai deteksi dini kanker payudara. 

 

 

 

3 dari 4 halaman

Kezia Kandou Dampingi Ibu yang Didiagnosis Kanker Payudara

Pengalaman berjuang menaklukkan kanker payudara memang tidak dirasakan langsung oleh Kezia Kandou. Namun, Kezia menyaksikan sekaligus mendampingi sang ibu yang didiagnosis kanker payudara sejak 2021 dan baru selesai menjalani pengobatan pada Februari tahun ini. 

Kezia menemani dan mendampingi sang mama sejak Agustus 2021. Mulai dari bertemu dokter, menjalani kemoterapi, hingga mengurus administrasi pengobatan. Suatu perjalanan yang menurutnya tidak diketahui akan berujung seperti apa. 

"Perjalanan itu penuh pertanyaan ya, kita enggak tahu next stepnya Mama bisa survive atau enggak atau dia masih ada enggak pas aku nanti berada di step selanjutnya dalam hidup. Jadi itu penuh dengan tanda tanya," cerita Kezia. 

"Tapi yang aku bisa lakukan saat itu yaitu ada buat Mama," lanjutnya. 

Proses yang dilalui Kezia sebagai caregiver sama menantangnya dengan sang mama sebagai pejuang kanker. Menyaksikan ibunya kehilangan rambut, menjalani kemoterapi yang juga berdampak pada sel-sel baik di tubuh, hingga menyaksikan tenaga medis berpakaian APD memberi treatment kemo sempat membuat hatinya hancur. Tetapi Kezia bersama kakak dan adiknya menyakinkan diri untuk terus menemani mama dalam perjalanan pengobatan.

Pengalaman sang nenek yang telah 30 tahun menjadi survivor kanker payudara juga menjadi pemantik keyakinan bahwa harapan kesembuhan bagi sang ibu tetap ada. 

"Omaku 30 tahun lebih survive dari breast cancer. Sampai sekarang masih sehat, there's a hope. Sekarang Omaku umur 89 tahun," ungkapnya.

Sosok Kezia menjadi viral di media sosial ketika video dirinya tengah membantu sang mama mencukur rambut selepas menjalani kemoterapi. 

4 dari 4 halaman

Bra Khusus Penyintas Kanker Payudara

Salah satu kekhawatiran pasien kanker payudara dalam proses pengobatan adalah kehilangan salah satu atau kedua organ payudara. Bagi perempuan, payudara bukan sekadar organ tubuh melainkan juga identitas gender.

Kegamangan akan hal itu juga dialami Mutia. Namun, dokter yang mendampingi menjawab keresahan Mutia dengan menunjukkan bra yang dirancang khusus bagi survivor kanker payudara.

"Ini adalah beha khusus namanya beha untuk mastektomi, jadi nanti kalaupun payudara kamu diangkat, itu akan bisa pakai branya dan nanti bisa diisi dengan prostesis," jelas dokter seperti dituturkan Mutia. Seketika itu juga Mutia merasa 60 persen masalahnya selesai. 

Dukungan Sorella untuk Penyintas Kanker Payudara

Dukungan Sorella bagi perempuan penyintas kanker payudara diwujudkan dalam produk pakaian dalam yang didesain khusus bagi mereka.

"Sebagai brand pakaian dalam yang mengerti kebutuhan semua wanita, Sorella juga menyediakan produk Mastektomi Bra bagi para survivor agar mereka dapat tampil dengan sempurna kembali," tutur Head Marketing Communication PT Megariamas Sentosa Agnes Dewi. 

Hal ini juga menjawab kegelisahan para penyintas yang mengalami kendala mengakses pakaian dalam yang dapat menunjang keseharian mereka. 

Ketersediaan pakaian dalam, khususnya bra, bagi penyintas kanker payudara di Tanah Air terbatas. Dahulu, bra mastektomi hanya bisa dipesan dari luar negeri, terdekat dari Singapura. Harganya pun mahal karena menggunakan material prostesis (silikon).

Berangkat dari problem tersebut, Sorella berupaya menyediakan bra yang tepat bagi para penyintas dengan harga terjangkau. Desain dan kualitasnya terus ditingkatkan setiap tahun dengan masukan dari teman-teman penyintas kanker payudara. 

Â