Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara membawa dampak negatif pada kesehatan setiap orang terutama anak-anak. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), setiap harinya 93 persen anak di bawah usia 15 tahun terekspos partikel halus (PM 2.5) dari udara.
Dr. Maira Neira dari Department of Public Health, Environmental and Social Determinants of Health WHO, menjelaskan alasan mengapa anak lebih rentan terkena efek polusi udara.
Baca Juga
“Anak-anak lebih rentan pada efek polusi udara karena mereka bernapas lebih cepat dibanding orang dewasa sehingga menyerap lebih banyak polutan. Polusi membuat otak anak-anak kerdil, yang berefek pada kesehatan mereka lebih dari apa yang kita kira,” kata Maira dalam keterangan pers Coway dikutip Kamis (5/10/2023).
Advertisement
5 Dampak Negatif Polusi Udara bagi Anak
Ada setidaknya lima dampak negatif yang dapat dialami anak jika terpapar polusi udara. Keempat dampak itu termasuk:
Bikin Bayi Lahir Prematur
Paparan udara berpolusi pada wanita hamil berimbas pada kelahiran prematur atau bayi lahir sebelum waktunya dengan bobot di bawah standar.
Pengaruhi Perkembangan Saraf Anak
WHO juga mengungkap, polusi udara memengaruhi perkembangan saraf, sehingga menurunkan hasil tes kognitif yang berdampak negatif terhadap perkembangan mental dan motorik anak.
Merusak Fungsi Paru Anak
Polusi udara turut merusak fungsi paru-paru anak, bahkan meski tingkat paparannya rendah. Fakta-fakta ini selaras dengan temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Vital Strategies.
Picu Stunting hingga Kematian
Dampak selanjutnya dari paparan polusi udara bagi kesehatan anak yakni:
Memicu Stunting
Organisasi kesehatan publik tersebut meyakini bahwa polusi udara dapat menyebabkan stunting pada anak-anak, yang secara permanen dapat mengganggu perkembangan kognitif dan fisik.
Memicu Kematian
Bahkan, paparan polusi udara juga bisa menyebabkan kematian pada anak. Di tahun 2016, sebanyak 600.000 kematian pada anak dikaitkan dengan efek gabungan dari polusi udara dari lingkungan dan rumah tangga.
Advertisement
Polusi Ada di Luar dan Dalam Ruangan
Kematian pada anak akibat dampak gabungan antara polusi udara dan lingkungan rumah tangga bisa terjadi lantaran polusi memang ada di luar dan dalam ruangan.
Polusi udara di luar ruangan biasanya berasal dari sektor manufaktur dan pemakaian kendaraan. Sementara, polusi dalam ruangan biasanya berasal dari penggunaan teknologi, bahan bakar, aktivitas dapur, hingga pencahayaan dalam ruangan.
“Memasak, memanaskan, atau menyalakan dengan kompor tradisional dan bahan bakar merupakan sumber utama polutan udara dalam rumah,” kata Epidemiolog Vivian Pun dalam keterangan yang sama.
Aktivitas dalam ruangan tersebut dapat meningkatkan konsentrasi polutan udara beberapa kali lebih tinggi dibandingkan batas pedoman kualitas udara WHO.
“Ini menimbulkan ancaman kesehatan yang signifikan terhadap perempuan dan anak-anak di rumah tangga tersebut,” tambah Vivian.
Kurangi Polusi Udara Dalam Ruangan
Ada beberapa kiat yang bisa diterapkan guna meminimalisasi polusi yang ada dalam ruangan. Salah satunya adalah mengenali sumber polusi dari benda-benda yang ada dalam ruangan.
Bahan bangunan pada umumnya seperti perekat, pernis, cat, penyegel, serta pelapis lantai PVC, parket, linoleum atau pun karpet karet dan kayu berlapis, dapat melepaskan senyawa beracun. Misalnya alkana, senyawa aromatik, asetofenon, stirena, toluena, glikol, texanol, keton, ester, siloksan, dan formaldehida.
Dalam konsentrasi tinggi, paparan senyawa ini menjadi penyebab iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, sakit kepala, kehilangan koordinasi dan mual, hingga kerusakan organ tubuh seperti hati, ginjal, dan saraf.
Ruangan juga dapat menjadi tempat ideal berkembangnya jutaan jamur, serbuk sari, spora, bakteri, virus, dan serangga seperti tungau dan kecoa yang turut memperburuk konsentrasi polusi.
Di samping itu, laptop atau komputer, mesin fotokopi, printer, dan peralatan penunjang WFH lainnya juga mengeluarkan ozon yang buruk bagi pernapasan.
Cermat memilih bahan bangunan dan perabot rumah, ditambah rutin menjaga kebersihan, menjadi langkah tepat untuk meminimalisasi dampak kesehatan dari sumber polusi dalam ruangan.
Advertisement