Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja cepat dalam memperbaiki tingkat kesehatan Indonesia. Hal ini disampaikannya dalam penutupan rangkaian acara Global Future Fellows 2023: "Advancing Southeast Asia's Predictive Healthcare" (GFF Healthcare 2023) di Jakarta, Kamis, 5 Oktober 2023.
"Saya dan kita, ini dikejar waktu. Pertama, masa kerja saya hanya 3 tahun 9 bulan. Kedua, Indonesia dikejar target 2030 dimana tahun itu puncak bonus demografi kita yang akan menentukan kemampuan kita melewati batasan dari negara berpendapatan menengah ke pendapatan tinggi," ujar Menkes Budi Gunadi.
Baca Juga
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
Istana Buckingham Ungkap Perkembangan Terkini Kanker Raja Charles III, Perawatan Berlanjut Tahun 2025
Timnas Indonesia Kalah di Stadion Manahan, Vietnam Justru Cetak Banyak Gol dalam Laga Terakhir Grup B Piala AFF 2024
Budi menambahkan, bila periode tersebut terlewat, Indonesia akan terus jadi negara menengah. Oleh karena itu penting untuk segera melakukan transformasi kesehatan.Â
Advertisement
"Jika periode ini terlewat, kita akan terus jadi negara menengah selamanya. Untuk memaksimalkan bonus demografi, kita butuh masyarakat yang pintar dan juga sehat. Karena itulah, kita harus kerja cepat dan melakukan banyak gebrakan."
Menurut Menkes, perubahan besar adalah perubahan fundamental dari arah kegiatan Kementerian di mana menurutnya saat ini sekitar 80 persen waktu dan anggaran diarahkan untuk mengobati yang sakit, bukan mengupayakan masyarakat yang sehat. Padahal, menjadikan masyarakat sehat harusnya jadi fokus utama karena lebih efektif dan lebih murah untuk kesejahteraan jangka panjang.
"Pendekatan ini yang sedang kami ubah. Salah satunya melalui transformasi digital. Pemerintah saat ini sedang mendorong rumah sakit dan fasilitas kesehatan (faskes) daerah untuk melakukan standarisasi dan digitalisasi rekam medis dan database hingga akhir tahun ini," kata Menkes Budi Gunadi.
Â
Pentingnya Kolaborasi Multisektor
"Data yang terpusat dan dapat diakses dengan mudah akan mengubah wajah kesehatan Indonesia: pasien akan punya rekam jejak personal yang reliabel dan portabel, dan secara makro, kita bisa menggunakannya untuk prediksi penyakit dan pengobatan ke depannya. Di sisi lain, data seperti ini akan mendorong transparansi dan pemerataan harga layanan kesehatan," lanjutnya.
Untuk melakukan ini semua, Menkes menekankan pentingnya kolaborasi multisektor dan multipihak, seperti saat dulu berbagai lapisan masyarakat gotong-royong mempercepat proses vaksinasi nasional.
GFF Healthcare 2023 merupakan program residensi oleh Pijar Foundation yang bertujuan mendorong sinergi antara sektor publik, privat, dan komunitas dalam proses transformasi kesehatan nasional dan regional. Sebanyak 41 peserta (fellows) yang terdiri dari pelaku dan pemain strategis sektor kesehatan, mulai dari dokter, kementerian, hingga perusahaan rintisan, dari 6 negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunie Darussalam, Thailand, dan Filipina) terlibat dalam serangkaian diskusi mendalam, pemberian materi oleh para ahli, serta kelas khusus mengenai kolaborasi.
Rangkaian kegiatan tersebut berlangsung selama 4 hari dan berakhir pada Kamis, 5 Oktober 2023. Semua hasil diskusi dikonsolidasikan dalam White Paper Rencana Aksi Bersama, yang kemudian dikoordinasikan dengan para pemangku keputusan terkait.
Â
Advertisement
Saatnya Mengubah Sistem Kesehatan Indonesia Jadi Lebih Efektif
Direktur Kebijakan Publik Pijar Foundation Cazadira F Tamzil mengatakan, belajar dari pandemi COVID-19, saat ini masalah kesehatan tak hanya fokus satu negara, melainkan lintas negara. Terlebih setelah Indonesia menjabat sebagi ketua ASEAN pada 2023, kesehatan juga diangkat sebagai isu kritis untuk masa depan kita. Seperti juga ditekankan dalam ASEAN Leaders' Declaration on One Health Initiative.
Karena itu, Cazadira berpendapat, saatnya kita mengubah sistem kesehatan yang bersifat introspektif, kuratif, dan reaktif menjadi pendekatan yang lebih kolaboratif, prediktif, dan efektif secara regional.
"Meskipun tidak ada sistem perawatan kesehatan nasional yang sama, pandemi membuat negara-negara semakin menyadari bahwa tantangan kesehatan sangat kompleks dan memerlukan solusi inovatif dan kolaboratif melibatkan sektor publik, swasta, dan masyarakat. Melalui GFF Healthcare ini saya percaya bahwa pada akhirnya solusi kesehatan tidak hanya tentang obat-obatan atau perangkat medis, tetapi juga tentang berbagai regulasi pendukung, mekanisme distribusi dan keterlibatan masyarakat," ujar Cazadira.
Guna mendukung pemeriksaan kesehatan berbasis analisis prediktif dan pelayanan kesehatan preventif di ASEAN, GFF Healthcare 2023 memberikan sejumlah rekomendasi. Salah satunya adalah pengembangan ekosistem riset dalam teknologi kesehatan berbasis AI dan mempermudah proses integrasi data lintas negara. Solusi ini menjadi dasar untuk mempercepat transformasi sistem kesehatan di Asia Tenggara.