Liputan6.com, Jakarta Indonesia tengah menghadapi kebakaran hutan dan lahan di berbagai wilayah seperti Palembang dan Pekanbaru. Asap yang timbul akibat kebakaran hutan bahkan dirasakan pula oleh sebagian warga Malaysia.
Kebakaran hutan dan lahan atau karhutla kian memperburuk kualitas udara yang bisa berdampak negatif pada kesehatan masyarakat terutama anak-anak.
Baca Juga
Hal ini menjadi perhatian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Menurut, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan dan Pendidikan KemenPPPA Amurwani Dwi Lestariningsih, selain mengancam kesehatan, kabut asap juga membatasi aktivitas bermain anak.
Advertisement
“Belajar dan bermain itu merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari anak. Sering kali kualitas udara mengurangi waktu anak untuk sekolah sehingga anak harus sekolah dari rumah untuk menghindari asap,” ujar Amur saat ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (7/10/2023).
“Oleh arena itu, tentu kita mengharapkan pemerintah daerah kerja sama dengan baik dengan kementerian/lembaga terkait untuk menyikapi kebakaran hutan sebagai hal yang serius. Jangan sampai hak anak untuk bermain tidak bisa dilakukan secara maksimal,” tambahnya.
Amur mengatakan, anak tidak bisa terus-terusan dicegah untuk tetap di rumah saja. Pasalnya, anak butuh berkembang dengan berinteraksi dengan anak-anak lain di lingkungan sekitarnya.
“Kebutuhan interaksi menjadi penting ketika anak membangun relasi, membangun sistem jaringan mereka untuk pengetahuan yang lebih luas. Pengalaman saat interaksi itu tentu menjadi sebuah pembelajaran.”
Sejalan dengan Merdeka Belajar
Sejalan dengan konsep Merdeka Belajar, anak-anak sepatutnya memiliki kebebasan untuk eksplorasi pengetahuan dari lingkungan sebanyak-banyaknya, lanjut Amur.
“Nanti ketika anak bersaing secara global dengan orang lain, dia akan tahu siapa saja orang-orang yang ada di sekitar dia, apa yang ada di sekitar dia. Itu adalah bekal, ketika nanti bersaing di dunia global, dia akan semakin kuat.”
Dengan adanya kabut asap ini, eksplorasi anak dalam menyerap pelajaran di lingkungannya menjadi terbatas.
“Hak anak untuk bermain di luar menjadi penting, oleh karena itu isu kebakaran hutan kalau bisa ya segera diatasi dengan sebaik-baiknya,” harap Amur.
Advertisement
Kebakaran Hutan di Pekanbaru
Dalam sepekan terakhir, kebakaran hutan memicu kabut asap di Pekanbaru. Hal ini otomatis membuat kualitas udara berada di level tidak sehat.
Kabut asap Pekanbaru ini diduga hasil kebakaran lahan di sejumlah kabupaten di Riau. Ada pula kiriman provinsi lain seperti Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel) karena kabut asap Karhutla di sana terbawa angin ke Pekanbaru.
Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Pekanbaru, Ramlan Djambak, pergerakan asap dari Jambi dan Sumsel masih berpotensi mengarah ke Riau.
"Hal ini mengingat arah angin bergerak ke arah tenggara," kata Ramlan, Rabu petang, 4 Oktober 2023 mengutip Regional Liputan6.com.
Dipengaruhi Minimnya Hujan
Keadaan ini juga dipengaruhi masih minimnya hujan di Pekanbaru dan sejumlah wilayah lainnya sehingga pergerakan asap belum dapat terhambat.
"Dari citra satelit tanggal 4 Oktober 2023 terpantau asap di wilayah Jambi dan Sumsel," jelas Ramlan.
Untuk asap dari sejumlah daerah di Riau masuk ke Pekanbaru, BMKG menyatakan sudah terkendali.
Ramlan menjelaskan, wilayah Riau pada umumnya sudah memasuki awal musim hujan sejak September lalu. Namun, masih ada sebagian di wilayah Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir yang belum memasuki musim hujan.
"Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir masih musim kemarau," jelas Ramlan.
Advertisement