Liputan6.com, Jakarta - Konflik antara Palestina dan Israel masih berlanjut hingga menelan banyak korban termasuk perempuan dan anak-anak.
Salah satu yang banyak menyedot perhatian warganet dunia adalah kematian seorang anak dari dokter di Gaza yang tewas mengenaskan.
Baca Juga
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
Tragedi di Pasar Natal Jerman: Korban Tewas Bertambah Jadi 5 Orang, Ratusan Lainnya Terluka
Gagal di Piala AFF 2024, Shin Tae-yong Yakin Timnas Indonesia Akan Sukses di SEA Games dan Kualifikasi Piala Asia U-23 2026
Momen ini diabadikan oleh Independent Arabia dalam bentuk video kemudian menjadi viral di media sosial setelah diunggah ulang sejumlah akun Twitter (X).
Advertisement
Video tersebut memerlihatkan suasana ruangan rumah sakit yang dikerumuni beberapa orang.
Mereka mengelilingi tubuh kecil yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan gambar yang disamarkan.
Diduga jasad itu adalah anak dari seorang dokter yang bertugas di Gaza. Terlihat sang dokter berjalan masuk ke ruangan tersebut dengan langkah terburu-buru dibarengi koleganya.
Benar saja, tubuh kecil yang terbaring di ranjang tersebut adalah jasad putranya. Seketika rekan sesama tenaga kesehatan menangis dan memeluk sang dokter di Gaza dengan erat.
"Seorang dokter kehilangan putranya dalam serangan itu dan keluarganya juga terluka," tulis keterangan video yang dibagikan oleh akun X @HuDa_NaIm92 yang dalam keterangan bio-nya tertulis sebagai seorang jurnalis di Gaza.
Video juga menampilkan ketika dokter itu menenangkan istrinya yang larut dalam kesedihan karena kehilangan buah hati akibat serangan Israel.
"Istrinya memintanya untuk bertemu putra mereka untuk terakhir kalinya," kata keterangan video.
Kondisi Sang Anak dari Dokter di Gaza
Serangan senjata perang memang tidak main-main. Anak kecil itu meninggal dunia dalam keadaan yang mengenaskan.
"Perawat mengatakan bahwa hanya sisi kanan anak mereka yang terlihat. Sisi lain tubuhnya rusak permanen," kata keterangan yang dikutip dari akun X @HuDa_NaIm92 pada Senin, 16 Oktober 2023.
Meski begitu, warganet tak melihat dokter tersebut menitikkan air mata seperti istrinya.
"Orang yang tidak bisa menangis, waktu melihat orang yang dia cintai pergi untuk selamanya… Percayalah, Itu karena hatinya telah hancur, ikut hancur melihat kepergian orang yang disayanginya. Semoga orangtua anak ini diberikan kesabaran dan keikhlasan atas kepergian anak tercintanya," tulis seorang pengguna X.
"Dia tahu anak dia syahid, kuat orang Palestina yang beriman ini ketika cobaan berat datang pada mereka," tulis warganet lainnya.
Advertisement
Kondisi Sistem Kesehatan Gaza Semakin Buruk
Di balik momen-momen menyedihkan seperti yang terjadi dalam video tersebut, kini kondisi sistem layanan kesehatan di Palestina semakin memburuk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa sistem kesehatan di Jalur Gaza, Palestina tengah berada di ujung tanduk.
Sistem kesehatan akan kewalahan jika listrik, bahan bakar, dan pasokan kesehatan yang dapat menyelamatkan nyawa tidak segera dikirim ke Jalur Gaza di tengah blokade total.
Rumah sakit hanya mempunyai pasokan listrik beberapa jam setiap hari karena mereka terpaksa menjatah cadangan bahan bakar yang semakin menipis.
Selama ini, rumah sakit bergantung pada generator untuk menjalankan fungsi-fungsi yang paling penting.
Bahkan, fungsi-fungsi ini harus dihentikan dalam beberapa hari, ketika stok bahan bakar akan habis.
Berdampak Buruk pada Pasien dengan Kondisi Rentan
Kondisi ini akan berdampak sangat buruk bagi pasien yang paling rentan. Pasien rentan adalah mereka yang terluka dan memerlukan operasi penyelamatan nyawa, pasien di unit perawatan intensif, dan bayi baru lahir yang bergantung pada perawatan di inkubator.
Ketika jumlah korban luka dan kematian terus meningkat akibat serangan udara, darat, dan laut yang terus berlanjut di Jalur Gaza, kekurangan pasokan medis yang parah semakin memperparah krisis ini.
Kurangnya pasokan membatasi kapasitas tanggap rumah sakit yang sudah kewalahan untuk merawat orang yang sakit dan terluka.
Situasi ini juga sangat mengganggu penyediaan layanan kesehatan penting.
Termasuk layanan kebidanan, penanganan penyakit tidak menular seperti kanker dan penyakit jantung, serta pengobatan infeksi umum.
Sebab, semua fasilitas kesehatan terpaksa memprioritaskan perawatan darurat untuk menyelamatkan nyawa.
Advertisement