Sukses

Dampak El Nino, 3,46 Juta Keluarga Berisiko Tinggi Kena Imbas dari Kekeringan

Sebanyak 3,46 juta keluarga di 3.281 desa di Indonesia berpotensi tinggi mengalami kerawanan kekeringan akibat El Nino.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena El Nino yang saat ini melanda banyak negara perlu terus dicermati bersama agar dampaknya tidak meluas ke berbagai sektor.

Hal ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dalam acara Puncak Peringatan Bulan Penanggulangan Risiko Bencana Tahun 2023 di Kendari, Sulawesi Tenggara pada Jumat, 13 Oktober 2023.

Muhadjir menambahkan, sebanyak 3,46 juta keluarga di 3.281 desa di Indonesia berisiko tinggi mengalami kerawanan kekeringan akibat El Nino.

Sebanyak 8,84 persen keluarga dari jumlah tersebut tergolong sebagai keluarga yang miskin ekstrem. Apabila tidak ada langkah pengurangan risiko bencana yang tepat, maka El Nino akan dapat memperparah kemiskinan dan menurunkan ketahanan masyarakat terhadap bencana.

“Potensi bencana ini kalau tidak kita kelola dengan baik akan mengakibatkan risiko bencana yang besar,” ujar Muhadjir mengutip keterangan resmi, Selasa (17/10/2023).

Seperti diketahui, El Nino adalah bencana hidrometeorologi atau bencana yang diakibatkan oleh iklim.

El Nino berpotensi memicu bencana kekeringan yang parah, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), dan kelaparan. Serta memiliki efek domino pada kesejahteraan masyarakat.

Diprediksi, wilayah Indonesia yang berpotensi mengalami bencana kekeringan mencakup wilayah Indonesia di bagian timur, yakni Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua, serta sebagian Pulau Jawa dan Bali.

2 dari 4 halaman

Upaya Antisipasi Dampak El Nino

Kendati demikian, Muhadjir yakin jajaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan dapat mengantisipasi dampak yang terjadi akibat bencana tersebut. Keyakinan ini hadir berdasarkan hasil koordinasi yang selama ini telah dilakukan.

Terlebih, kolaborasi pun telah dilakukan dengan berbagai pihak dan modernisasi penggunaan teknologi canggih yang dimiliki akan dapat turut membantu melaksanakan proses mitigasi dengan baik.

Selain itu, pemerintah juga telah berupaya mengubah paradigma penanggulangan bencana dari responsif menjadi pengendalian risiko.

Pengendalian risiko itu diwujudkan dengan memaksimalkan kapasitas, mengurangi kerentanan, serta mengeliminasi bahaya. Keberhasilan semua upaya ini mencerminkan efektivitas program pengurangan risiko bencana yang sedang lakukan.

3 dari 4 halaman

Cegah Bencana Akibat Eksploitasi Alam

Muhadjir turut berpesan kepada seluruh jajaran pemerintah daerah untuk dapat mencegah terjadinya kerusakan alam dan bencana yang menyertainya akibat dari eksploitasi alam yang dilakukan.

Pesan ini khususnya diberikan kepada pemerintah daerah Sulawesi Tenggara yang menjadi lokasi penyelenggaraan peringatan bulan bencana tahun ini.

“Upaya eksploitasi alam harus dilakukan secara bijak dan mengedepankan keberlangsungan alam itu sendiri dan masyarakat sekitarnya. Jangan sampai ketika sudah mendapatkan keuntungan besar, lalu meninggalkan bencana,” ucap Muhadjir.

4 dari 4 halaman

Dampak El Nino

El Nino memang membawa dampak besar bagi masyarakat dunia termasuk Indonesia. Mulai dari terganggunya sektor pertanian hingga kesulitan mendapatkan air bersih.

Contohnya di Provinsi Gorontalo, kekeringan akibat El Nino membuat sejumlah Desa di Kabupaten Gorontalo krisi air bersih. Sumber air yang mereka gunakan saat ini, kering kerontang akibat cuaca panas.

Salah satunya yang ada di Desa Tilihuwa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo (kabgor). Hujan yang tak kunjung turun membuat mereka harus mengambil air dari tempat yang jauh dari pemukiman.

Dengan adanya krisis air tersebut, mereka terpaksa harus menghemat air saat mandi. Biasanya dalam sehari mandi dua kali, kini dibatasi hanya sekali.

"Pengambilan air jauh, yang kami lakukan mengurangi porsi untuk mandi. Air diprioritaskan untuk konsumsi," kata Wawan warga sekitar.

Selain itu kata Wawan, dengan adanya kekeringan yang melanda, tanaman hortikultura mereka mati karena kurang pasokan air. kebanyakan tanaman yang tumbuh di pekarangan rumah.

"Tanaman sayur, cabai dan rempah lain yang ada di depan rumah juga mati. Karena tidak ada air kami gunakan untuk menyiram," ungkapnya.

"Dengan kondisi ini kami hanya bisa berharap bantuan air dari pemerintah," ungkapnya mengutip Regional Liputan6.com.