Liputan6.com, Jakarta Transformasi sistem kesehatan tak lepas dari digitalisasi dan integrasi data. Hal ini penting mengingat data kesehatan diperlukan untuk efisiensi pelayanan dan penanganan pasien.
Digitalisasi dan integrasi data kesehatan adalah upaya untuk menyimpan data rumah sakit, pasien, dan alat kesehatan dengan lebih tertata dan mudah diakses. Dengan digitalisasi, data dari 3000 lebih rumah sakit dapat tersimpan dengan baik dan aman.
Baca Juga
Jelang Laga Versus Jepang di GBK, Bintang Timnas Indonesia Thom Haye: Atmosfer Bermain di Kandang Itu Gila
Buntut Intimidasi Siswa Sujud dan Menggonggong, Pengusaha Surabaya Ivan Sugianto Terancam 3 Tahun Bui
Tak Harus Selalu Bersama, 4 Zodiak Ini Memahami Pentingnya Ruang Pribadi dalam Hubungan Cinta
Hal inilah yang diupayakan oleh startup layanan digital BitHealth yang baru saja meresmikan kolaborasi dengan platform InterSystem.
Advertisement
Menurut Chief of Sales and Marketing Officer Bithealth Peter James Rampengan, digitalisasi layanan kesehatan khususnya di Indonesia tak lepas dari berbagai tantangan. Salah satunya masih banyak rumah sakit yang menyimpan data kesehatan secara manual.
“Dari pengalaman kami, memang masih ada beberapa rumah sakit yang masih menggunakan manual input (data kesehatan). Dan manual input itu akan memicu risiko untuk human error karena kita manusia punya limitasinya,” ujar Peter dalam penandatanganan kerja sama antara BitHealth dengan InterSystem di Jakarta Pusat, Rabu (18/10/2023).
Peter menambahkan, berdasarkan diskusi yang dilakukan dengan pihak Digital Transformation Office (DTO), Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), asosiasi, dan pihak rumah sakit, memang masih banyak RS yang memasukkan data secara manual.
“Dari pemahaman kami beberapa kali berdiskusi dengan teman-teman di DTO, asosiasi, dan teman-teman di rumah sakitnya langsung memang kami lihat cukup banyak (yang menggunakan data manual).”
RS Sudah Digitalisasi tapi Belum Integrasi Data
Dalam kasus lain, ada pula rumah sakit yang sudah mulai melakukan digitalisasi data tetapi belum melakukan integrasi.
“Kita tahu di satu rumah sakit itu ada banyak sekali aplikasi yang mendukung operasional, baik secara administratif, finansial, dan klinis. Ini akan mengakibatkan banyak data tersedia di rumah sakit, tapi belum terintegrasi,” kata Peter.
Data rumah sakit yang tercecer dapat mempersulit proses analisis. Pada akhirnya, akan menyulitkan pula bagi pihak rumah sakit dalam mengambil keputusan.
“Kalau kita bicara data, sebenarnya kalau tercecer dan tidak bisa dianalisa, maka akan menjadi kesulitan bagi pihak manajemen rumah sakit dan tenaga-tenaga medis untuk bisa mengambil keputusan. Sementara kita tahu, di rumah sakit itu isinya adalah orang-orang yang membutuhkan pengobatan.”
Advertisement
Digitalisasi Jadi Bentuk Improvisasi Layanan Kesehatan di Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Regional Managing Director Asia Pacific InterSystems, Luciano Brustia mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara paling padat di dunia.
Namun, kepadatan ini tidak sebanding dengan jumlah dokter yang masih sangat sedikit.
“Kita bicara soal dokter umum, belum lagi kita bicara soal dokter spesialis yang tentunya angkanya lebih sedikit,” ujar Luciano.
Di satu sisi, lanjut Luciano, Indonesia memiliki kekayaan geografis dan keuntungan lainnya. Namun, jika dilihat secara jangka panjang, maka bisa saja timbul risiko kesehatan kronis.
“Itulah mengapa layanan kesehatan di Indonesia harus betul-betul kita pastikan untuk di-improve bersama-sama agar bisa memberi layanan terbaik,” ucap Luciano.
Target Digitalisasi Data di Layanan Kesehatan Indonesia
Lebih lanjut, Peter berharap, pihaknya dan InterSystem dapat membantu lebih banyak rumah sakit dalam digitalisasi dan integrasi data kesehatan.
“Harapan kami, yang dapat terdigitalisasi ya sebanyak mungkin. Kami akan roadshow dan bekerja sama dengan asosiasi-asosiasi, tentu kami berharap sebanyak mungkin bisa digitalisasi.”
“Jadi kami tidak hanya menutup untuk Pulau Jawa dan Bali, atau hanya Sumatera, tapi sebanyak mungkin,” pungkasnya.
Advertisement