Sukses

Tinjau Penanganan Stunting di Kupang, Menkes Budi Pastikan Skrining Kesehatan Ibu Hamil Cukup di Puskesmas

Selain memastikan USG dan antropometri di kedua puskesmas tersedia dan dalam kondisi baik, Menkes juga memastikan SDM di puskesmas tersebut mampu mengoperasikan alat kesehatan itu.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin memastikan tersedianya alat antropometri dan USG di Puskesmas sebagai bagian dari upaya penanganan stunting.

Di sela-sela kunjungan ke Kupang, Menkes pun memastikan ketersediaan alat tersebut dan penggunaannya di Puskesmas Oebobo dan Oepoi, khususnya di poli Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Selain memastikan USG dan antropometri di kedua puskesmas tersedia dan dalam kondisi baik, Menkes juga memastikan SDM di puskesmas tersebut mampu mengoperasikan alat kesehatan itu.

"SDM baik dokter maupun bidan harus bisa mengoperasikan USG, ibu hamil untuk untuk skrining kesehatannya cukup ditangani di Puskesmas, kecuali ada hal lain yang mengharuskan dirujuk ke rumah sakit," ujar Budi Gunadi di Puskesmas Oepoi, Selasa (24/10).

Menkes Budi juga memastikan set antropometri tersedia di Posyandu yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Oebobo dan Puskesmas Oepoi.

Kepala Puskesmas Oebobo dr Maria Kurniawati Mari mengatakan, alat yang dimaksud telah tersebar di seluruh posyandu.

“Antropometri sudah tersebar di seluruh Posyandu kami, dan kader-kader nya sudah dilatih,” jata Maria.

Dengan adanya USG di setiap Puskesmas di Kota Kupang masyarakat atau ibu hamil mengaku merasa senang karena untuk memeriksakan kehamilannya tidak harus ke rumah sakit, tapi bisa dilakukan di Puskesmas yang lebih dekat dengan tempat tinggal masing-masing.

“Kebanyakan ibu hamil mengaku senang bisa USG di Puskesmas, mereka bisa dengan mudah ke Puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya tanpa antre di rumah sakit,” ucap Maria.

2 dari 3 halaman

4 Indeks Antropometri

Menkes juga menyempatkan berbincang dengan salah seorang ibu yang akan menimbang anaknya di Puskesmas Oebobo.

“Ibu harus rutin menimbangkan anaknya ke posyandu, berat badan anak harus naik setiap bulannya, berikan anak protein hewani seperti telur. Kalau ayah nya merokok gunakan uang yang tadinya buat rokok untuk beli telur,” kata Menkes Budi.

Antropometri adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh anak. Standar antropometri anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas empat indeks, meliputi:

  • Berat Badan menurut Umur (BB/U);
  • Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U);
  • Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB); dan
  • Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).

Dengan tersebarnya antropometri di setiap Posyandu di Kupang, berkontribusi pada penurunan angka stunting di NTT. Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) Februari 2023, stunting di NTT tinggal 15,7% atau 67.518 Balita, terjadi penurunan signifikan dibanding 2018 yang mencapai 35,4% atau 81.434 penderita.

3 dari 3 halaman

Kemenkes Distribusikan 300 Ribu Antropometri dalam 2 Tahun Terakhir

Untuk bisa mengecek kondisi stunting, diperlukan timbangan khusus bernama set antropometri. Semula ketersediaan alat ini hanya ada pada level puskesmas. Sementara yang paling membutuhkan adalah posyandu yang berjumlah 300 ribuan.

Oleh karena itu Menkes Budi Gunadi Sadikin pun mendistribusikan antropometri ke seluruh posyanduu dan USG ke seluruh puskesmas sebagai upaya penanganan stunting. Pendistribusian timbangan antropometri ini telah dilakukan Kemenkes dalam dua tahun terakhir.

Tak hanya itu, stunting sangat bergantung pada kondisi ibu saat hamil. Menkes Budi menambahkan, untuk mengetahui kesehatan bayi dalam kandungan diperlukan USG.

Sebelumnya, hanya ada 2 ribu USG dari 10 ribu Puskesmas. Dalam 2 tahun terakhir, Kemenkes mendistribusikan 10 ribu USG ke seluruh Puskesmas.