Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT, mengatakan pihaknya melalui Satgas MPox akan terus mengawal perkembangan kasus cacar monyet di Indonesia.
“Kami terus bersinergi dengan pemerintah untuk memberikan penanganan terbaik bagi para pasien dan masyarakat. Diperlukan upaya berkelanjutan dan kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi layanan kesehatan, dan organisasi internasional agar dapat mengatasi masalah Mpox di Asia Tenggara ini secara efektif," Adib menyampaikan melalui keterangan tertulis.
Baca Juga
Adib juga menyoroti pentingnya upaya peningkatan kesadaran masyarakat, peningkatan akses terhadap pengobatan yang efektif, peningkatan pendanaan untuk penelitian dan upaya pengendalian penyakit Monkeypox.
Advertisement
"Serta pembentukan respons terkoordinasi yang melibatkan partisipasi semua negara terutama di Asia Tenggara,” tambahnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, ada kekhawatiran bahwa masalah cacar monyetagak terabaikan di wilayah Asia Tenggara karena kurangnya akses terhadap fasilitas medis yang memadai.
Ketua Satgas Mpox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Dr Hanny Nilasari, Sp.DVE mengatakan, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini adalah salah satu alasan utama diabaikannya Mpox di Asia Tenggara.
Selain itu, Hanny juga mencermati bahwa banyak penderita Mpox yang bergejala ringan sehingga membuat orang berasumsi bahwa gejalanya tidak serius dan akan sembuh dengan sendirinya.
Namun, Hanny mengingatkan, kasus Mpox yang ringan sekalipun dapat menular dan menyebabkan penyebaran penyakit, serta berakibat fatal terutama pada pasien dengan imunitas rendah.
6 Rekomendasi IDI
Berikut rekomendasi lanjutan PB IDI mengenai penanganan kasus Mpox di Indonesia, seperti disampaikan Hanny Nilasari,
- Banyak masyarakat yang belum terinformasi dengan baik mengenai apa itu Mpox, diperlukan penyebaran edukasi secara luas kepada masyarakat umum ttg infeksi ini, terutama cara penularan, pencegahan dan deteksi dini.
- Lebih dari 90 persen penularan melalui kontak erat dan terutama kontak seksual. Hindari kontak fisik dengan pasien terduga Mpox, tidak menggunakan barang bersama misalnya handuk yang belum dicuci, pakaian yang belum dicuci, atau berbagi tempat tidur, alat mandi dan perlengkapan tidur seperti sprei, bantal, dan lainnya.
- Untuk populasi risiko tinggi misalnya memiliki multipartner, dan kondisi imunokompromais (autoimun, penyakit kronis lainnya) sedapat mungkin hindari perilaku yang berisiko. Hubungan seksual harus dilakukan dengan aman menggunakan kondom serta lakukan vaksinasi.
- Kepada masyarakat umum, terlebih bagi populasi di atas, dianjurkan untuk segera mengunjungi dokter apabila muncul gejala lesi kulit yang tidak khas dan didahului demam.
- Pada kasus terduga Mpox, perlu dilakukan skrining / pemeriksaan awal berupa wawancara tentang perkembangan penyakit (anamnesis), pemeriksaan lesi kulit dan organ-organ secara detail dan lengkap (PF), serta pemeriksaan swab yakni pemeriksaan lab khusus dengan mengambil cairan dari lenting/ keropeng/ kelainan kulit.
- Penyediaan obat antivirus dan vaksin didesentralisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang ditunjuk dengan alur permintaan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan diberikan atas indikasi serta skala prioritas.
Advertisement
Ada 21 Kasus Cacar Monyet di Indonesia
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, ditemukan satu kasus cacar monyet atau Monkeypox di Bandung, Jawa Barat. Dengan demikian, total kasus Mpox di Indonesia menjadi 21 kasus.
"Kasus Mpox sekarang sudah ada 21 kasus. Selain dari Jakarta dan Tangerang Selatan, ada temuan satu kasus di Bandung," kata Nadia di Jakarta, Minggu (29/10), dilansir Antara.
Meski demikian, Nadia tidak merinci lebih lanjut mengenai kondisi pasien maupun lokasi dari kasus cacar monyet di Bandung.
Menurut nadia, jumlah kasus Mpox telah bertambah dari laporan sebelumnya per 27 Oktober 2023 yang mencapai 17 kasus dan seluruhnya berasal dari DKI Jakarta.
Hasil penelusuran kontak erat dari 21 kasus cacar monyet, kata Nadia, seluruhnya masih dinyatakan negatif.
"Hasil kontak masih negatif," tuturnya.