Liputan6.com, Jakarta Lawrence Faucette adalah penerima transplantasi jantung babi kedua di dunia yang meninggal selang enam bulan setelah operasi.
Pria berusia 58 itu mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa tubuhnya menolak jantung babi dalam beberapa hari sebelum kematiannya pada tanggal 30 Oktober 2023.
Baca Juga
Sebelumnya, ia menunjukkan perkembangan yang baik dan bisa kembali berkumpul dengan keluarga.
Advertisement
Terkait transplantasi lintas spesies atau xenotransplantasi, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Ima Ansari Kusuma memberi tanggapan. Menurutnya, di Indonesia belum ada transplantasi beda spesies maupun yang dari manusia ke manusia.
“Kita sedang proses di RS Jantung Harapan Kita itu transplantasi jantung tapi jantung manusia. Di Indonesia kita belum ada yang seperti itu (xenotransplantasi). Tapi kalau transplantasi jantung manusia sedang proses, inshaAllah doakan saja semoga lancar, kita timnya sudah ada,” kata Ima kepada Health Liputan6.com, dalam peringatan hari ulang tahun RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita ke-38, Kamis (2/11/2023).
“Kalau transplantasi jantung babi, saya juga sebenarnya belum terlalu banyak membaca tentang itu. Pasti akan ada pro dan kontranya,” tambah Ima.
Ima menjelaskan, untuk transplantasi jantung manusia ke manusia saja, prosesnya rumit. Banyak tes yang perlu dilakukan, baik pada donor maupun penerimanya.
“Di Indonesia sendiri baru proses, baru akan mewujudkan transplantasi jantung dari manusia ke manusia. Saya rasa dari hewan ke manusia tuh, waduh, dan ternyata terbukti kan baru sebentar, pasiennya meninggal karena ada penolakan,” jelas Ima dalam acara yang sekaligus memperingati Hari Kesehatan Nasional 2023.
Tak Ada yang Tahun Beberapa Tahun ke Depan
Lebih lanjut Ima mengatakan, jantung satu spesies dengan spesies lainnya tentu berbeda. Namun, dia tidak memungkiri dalam beberapa tahun ke depan hal tersebut bisa saja terjadi.
“Kita enggak tahu lah, Wallahualam nanti beberapa tahun ke depan siapa tahu ada kemajuan. Siapa tahu bikin jantung buatan sudah bisa dari artifisial atau buatan, bukan dari hewan. Siapa tahu, who knows berapa puluh tahun ke depan.”
Advertisement
Alasan Belum Terwujudnya Transplantasi Jantung di Indonesia
Terkait transplantasi jantung manusia ke manusia yang belum ada di Indonesia, Ima menjabarkan beberapa faktor atau kendalanya. Salah satunya adalah sulitnya donor.
“Kita donor organ lain selain jantung aja enggak terlalu banyak, contoh donor retina. Mungkin masalah budaya Indonesia yang kalau seseorang meninggal maka seluruh badan bisa dikubur bersama. Jadi donor-donor organ yang lain pun di Indonesia masih belum terlalu digalakkan,” Ima menjelaskan.
“Jadi mungkin kendalanya di masalah budaya, kepercayaan, dan kesadaran orang Indonesia sendiri untuk mendonorkan organnya juga belum banyak.”
Ancang-Ancang Hadirkan Layanan Transplantasi Jantung
Selain itu, transplantasi jantung juga dikenal sebagai tindakan yang pemeriksaannya cukup banyak.
“Jadi untuk menemukan donor juga harus ada kecocokan dengan penerima. Selain mencari donornya susah kemudian pemeriksaannya pun panjang dan cukup high cost (mahal). Syaratnya panjang dan banyak, bukan sekadar golongan darah harus sama, banyak sekali tesnya.”
Meski begitu, RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita sedang merintis upaya untuk menghadirkan transplantasi jantung.
“Timnya sudah ada, beberapa kali juga tim dari luar datang kemari, kemudian dokter di sini pun sudah belajar ke luar (negeri) tentang itu (transplantasi jantung antar manusia) jadi sudah on going lah.”
Ima pun memperkirakan, keberadaan layanan transplantasi jantung di Indonesia bisa jadi dimulai tahun depan.
“Sekarang timnya udah ada, on progress, bisa jadi tahun depan, ya enggak tahu saya, timnya sudah terbentuk kemudian sudah ancang-ancang lah,” ucapnya.
Advertisement