Liputan6.com, Jakarta - Di Indonesia, terdapat sekitar 8 juta orang berusia di atas 50 tahun yang mengalami masalah gangguan penglihatan. Di antaranya, diperkirakan terdapat 700,000 pasien yang terdampak oleh nAMD dan DME.
"Penyebab utama gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi, sedangkan penyebab utama kebutaan adalah katarak," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Dr. Eva Susanti saat di sebuah konferensi pers pada Kamis, (2/11/2023) di Jakarta.
Baca Juga
"Selain itu, faktor degeneratif dan penyakit kronis juga merupakan risiko terjadinya penyakit mata lainnya seperti age-related macular degeneration (AMD) dan diabetic macular edema (DME).” ujar
Advertisement
Apa itu nAMD dan DME?
Neovascular Age-Related Macular Degeneration (nAMD / wet AMD) adalah suatu kondisi yang mempengaruhi makula, bagian mata yang terkait dengan penglihatan sentral dan tajam yang diperlukan untuk aktivitas seperti membaca.
AMD basah, atau neovaskular, adalah bentuk penyakit AMD lanjut yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara cepat dan parah jika tidak diobati. AMD muncul saat seseorang berusia di atas lima puluh tahun.
"Penyakit ini dulu sering dialami oleh orang-orang di negara maju, karena sekarang Indonesia sudah lebih makmur maka (penyakit AMD) jadilah masalah di masyarakat Indonesia sekarang," kata Dr. dr. Elvioza, SpM(K), Dokter Spesialis Mata Konsultan Vitreoretina dan Direktur Layanan Vitreoretina, JEC Eye Hospitals & Clinics.
Diabetic Macular Edema (DME)
DME adalah sebuah kondisi mata serius yang mempengaruhi pasien dengan diabetes (tipe 1 atau tipe 2). DME disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah yang mengeluarkan cairan dan menyebabkan pembengkakan, sehingga mengaburkan penglihatan dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang parah hingga kebutaan jika tidak diobati.
DME terjadi saat makula (inti penting dari retina) terkena diabetes melitus. Sehingga sudah pasti dapat menyebabkan kebutaan, kata Elvioza.
Faktor Risiko dan Gejala nAMD dan DME
Ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan penyakit nAMD adalah:
- Seseorang berusia lebih dari 75 tahun
- Genetika
- Merokok
- Memiliki keturunan Kaukasian
Selain itu, faktor risiko yang bisa menyebabkan penyakit DME adalah:
- Seseorang berusia 20-79 tahun
- Memiliki hipertensi
- Kontrol gula yang buruk
- Menderita diabetes selama >15 tahun
Advertisement
Gejala pada Pasien nAMD dan DME
Beberapa gejala bagi seseorang yang mengidap penyakit nAMD dan DME antara lain:
- Sulit membedakan warna
- Penglihatan kabur atau terdistorsi
- Area gelap dan kosong di tengah penglihatan
- Tepi dan garis lurus tampak bergelombangKesulitan dalam membaca
Cara Mendiagnosis nAMD dan DME
Tajam penglihatan setiap orang bisa diukur secara kuantitatif. Seseorang bisa mengukur tajam penglihatan menggunakan alat snellen charts atau ETDRS charts.
"Kita juga bisa ukur kualitas penglihatan kita menggunakan alat yang bernama amsler grid,"
Alat-alat tersebut bisa digunakan untuk mendiagnosa kelainan pada penglihatan sentral (makula).
Terapi untuk nAMD dan DME
Terapi adalah salah satu pengobatan yang terbukti ampuh. Dan ini beberapa jenis terapi yang dapat dilakukan untuk nAMD dan DME:
- Inhibitor Angiogenesis- Inhibitor angiogenesis menargetkan VEGF dan Ang-2 (protein yang merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru)
- Ocriplasmin- Rekombinan plasmin yang digunakan untuk mengobati gejala adhesi vitreomakular
- Kortikosteroid- Digunakan untuk mengurangi peradangan, meningkatkan risiko katarak dan peningkatan tekanan bola mata
- Terapi Laser- Efek energi laser pada jaringan mata bergantung pada: panjang gelombang dan durasi denyut sinar laser, karakteristik penyerapan jaringan, dan durasi paparan.
Tujuan terapi:
Menjaga stabilitas penglihatan dengan cara mencegah memburuknya retina, mencegah memburuknya edema, memperbaiki hyper-reflective repair foci.Terapi pemulihan dengan cara mempertahankan atau meningkatkan koreksi ketajaman visual atau Best Corrected Visual Acuity (BCVA) danmemperbaiki edema
Advertisement