Sukses

Terobosan Menkes Budi Gunadi Sadikin, Skrining Hepatitis B untuk Ibu Hamil

Pelaksanaan skrining hepatitis B kepada semua ibu hamil.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menduduki peringkat nomor satu dengan prevalensi hepatitis B tertinggi di kawasan regional SEARO (South East Asia Region). Kejadian hepatitis B di Indonesia di angka 7,1 persen, yang mana persentase itu lebih tinggi dibanding Myanmar (6,5 persen) dan Bangladesh (5,5 persen).

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin melakukan terobosan penanganan hepatitis B yang ditujukan kepada ibu hamil. Yakni semua ibu hamil harus menjalani skrining hepatitis B agar tidak menularkan ke bayinya.

"Setelah kami telusuri lebih lanjut, ternyata penyebab utamanya (penularan hepatitis B) lebih banyak dari ibunya. Kami sekarang lagi agresif skrining ibu hamil untuk hepatitis B," terang Budi Gunadi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (7/11/2023).

"Kalau dia positif, dikasih obat profilaksis sekali aja ya karena itu upaya promotif paling bagus. Jadi semua ibu hamil, kita akan skrining hepatitis B."

Profilaksis merupakan antivirus untuk mencegah reaktivasi hepatitis B pada pasien yang positif HBsAg. HBsAg positif menandakan bahwa orang tersebut masih infeksius atau berpotensi untuk menularkan virus ke orang lain.

Tak Banyak Negara Skrining Hepatitis B pada Ibu Hamil

Menurut Budi Gunadi, tak banyak negara di dunia yang melakukan skrining hepatitis B pada ibu hamil. Seperti diketahui, penanganan hepatitis B umumnya berupa pemberian vaksin hepatitis B pada bayi.

"Harusnya kalau sudah dikasih profilaksis, ya tidak menurun ke bayi ya. Kita bisa menghilangkan penyakitnya dan seingat saya, tidak banyak negara yang lakukan itu," ucapnya.

"Jadi kita mencegahnya lebih ke hulunya lagi. Dulu, strategi Pemerintah Indonesia, kita imunisasi hepatitis bayinya, nah sesudah kita lihat lebih critical ke hulu ya itu ada di ibunya."

2 dari 4 halaman

Proteksi 98 Persen

Pemberian profilaksis pada ibu hamil yang positif HbsAg dapat melindungi bayi dari risiko penularan virus tersebut.

"Kalau itu dikasih, kalau enggak salah bisa proteksi sampai 98 persen, jadi sisanya 2 persenan ya bisa turun ke bayinya. Nah, bayinya itu kita kasih imunisasi, HB B0 dan HBIg, yang dua ini harus dilakukan dalam 24," lanjut Budi Gunadi Sadikin.

"Sekarang, kami sedang kerja sama dengan BPJS untuk melindungi anak-anak kita. Kalau dia imunisasi, ya enggak bayar. Semua imunisasi yang wajib-wajib, kalau orang enggak mau ya udah kita tegaskan enggak bisa klaim BPJS nanti."

Cara di atas untuk memastikan karena terkadang kebanyakan rumor ibu-ibunya lupa bawa kalau anaknya tidak diimunisasi.

"Malah anaknya jadi berisiko kena penyakit hepatitis B dan ini penyakit fatal," sambung Menkes Budi.

3 dari 4 halaman

Risiko Kanker Hati

Penyakit hepatitis secara umum cukup banyak memakan korban jiwa. Ini karena dapat berisiko menimbulkan kanker hati.

"Orang kena kanker hati itu penyebab terbesarnya adalah dari infeksi hepatitis B atau C. Di kita sendiri, paling banyak itu hepatitis B," imbuh Menkes Budi Gunadi Sadikin.

"Oleh karena itu, kita mesti menghindari supaya jangan kena hepatitis B, hepatitis C.  Ini salah satu determinan utama penyebab kanker hati, yang menjadi penyebab kematian nomor dua di Indonesia. Fokusnya, kita bener-bener pengen pencegahan."

Skrining Darah untuk Hepatitis C

Untuk skrining hepatitis C terus dilakukan Kemenkes. Apalagi belum ada vaksin untuk hepatitis C.

"Jadi kita melakukan skrining darah, nanti rencana kita bisa lakukan di Puskesmas untuk bisa melihat darah, apakah dia ada anti virus HCV-nya atau enggak," tambah Budi Gunadi.

"Tapi sekali lagi, hepatitis ini adalah penyebab kanker hati dan berkaitan juga dengan timbulnya lemak hati ya atau fetty liver. Itu bisa dilihat lewat USG."

4 dari 4 halaman

Penularan Hepatitis B dari Ibu ke Anak

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Mohammad Syahril mengatakan, penularan kasus hepatitis didominasi oleh penularan langsung dari ibu ke anak.

Penularan hepatitis B, C, dan D secara umum terjadi melalui sejumlah hal yakni secara vertikal langsung dari ibu pada anak melalui cairan tubuh (air ludah, cairan sperma), dan aktivitas seksual tidak aman, menggunakan tindik atau tato, maupun penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba.

"Penularan hepatitis B dari veritkal ibu ke anak menyumbang sebesar 90-95 persen dari seluruh sumber penularan lainnya," ujar Syahril pada 19 Mei 2023.

Berdasarkan data Kemenkes tahun 2022, sebanyak 35.757 bayi terlahir dari ibu yang positif hepatitis dan berisiko menjadi pengidap hepatitis bila tidak mendapatkan pelayanan lanjut.

Bayi yang terinfeksi hepatitis B kemungkinan untuk menjadi kronis dan sirosis hingga 80 persen. Dengan demikian, penting untuk memutus alur penularan karena hingga kini belum ada pengobatan hepatitis yang efektif.

“Pemberian vaksin hepatitis B secara lengkap dan tepat dapat menurunkan prevalensi hepatitis B. Tetapi masih terdapat permasalahan yang harus dihadapi yaitu risiko untuk menjadi sirosis dan hepatoma serta belum ada pengobatan yang efektif,” jelas Syahril.

Video Terkini