Liputan6.com, Jakarta Herpes zoster (HZ) kerap juga disebut dengan cacar ular atau cacar api atau shingles bukanlah penyakit yang asing di masyarakat. Terlebih baru-baru ini, seorang pengguna media sosial TikTok milik @ivanlafofficial.
"Dear penyakit udahan dong staycation di gua," tulis Ivan di akun Tiktok diunggah sekitar 20 jam lalu.
Baca Juga
Dalam video pendek tersebut, terlihat si pemilik akun tengah berbaring di sebuah ranjang rumah sakit. Di sebelah kanan wajahnya terlihat ada bintik-bintik merah. Terlihat juga seseorang mengoleskan salep ke bagian yang ruam merah itu.
Advertisement
Ternyata, Ivan terkena herpes zoster. Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella-zoster yang aktif kembali.
Virus varicella-zoster merupakan virus yang juga menyebabkan cacar air. Itu sebabnya, mereka yang pernah terkena cacar air memiliki risiko untuk terkena herpes zoster.
Menurut dokter Anthony Handoko, SpKK, FINSDV sekitar 30 persen populasi di dunia pernah terkena herpes zoster.
“HZ terutama terjadi pada kelompok usia 45-64 tahun," kata dokter Anthony Handoko, SpKK, FINSDV beberapa waktu lalu saat diskusi media bersama Klinik Pramudia.
"Namun, saat ini tren kasus HZ cenderung terjadi pada usia yang lebih muda dan lebih sering terjadi pada wanita. Kira-kira 30% populasi pernah mengalami HZ semasa hidupnya,” lanjut Anthony.
Cara Penularan Herpes Zoster
Anthony memaparkan bahwa herpes zoster dapat menular lewat kontak langsung.
“Penularan virus bisa melalui pertukaran napas dan kontak dengan lesi atau gejala di kulit. Penularan HZ terjadi ketika ada kontak langsung dengan cairan pada lepuhan ruam yang dialami penderita,” ujar Anthony.
Mereka yang terinfeksi tidak akan langsung terkena herpes zoster atau cacar api, melainkan merasakan cacar air terlebih dahulu. Kemudian, barulah virus cacar air itu dapat sewaktu-waktu menjadi herpes zoster.
Ketika terinfeksi lewat kontak pertama kali, virus masih membutuhkan waktu beberapa hari hingga akhirnya muncul lesi pada kulit.
“Masa inkubasi setelah pertama kali kontak hingga timbulnya lesi di kulit sekitar 10-21 hari,” kata Anthony.
Advertisement
Gejala Herpes Zoster
Gejala awal dari herpes zoster seringkali tidak kelihatan namun dapat dirasakan. Seperti timbulnya rasa gatal, kesemutan dan sensasi terbakar pada kulit.
Beberapa hari kemudian, ruam merah yang membentuk gelembung berisi cairan (bintil) muncul dan butuh waktu hingga sekitar 30 hari sampai seluruh bintil ini menghilang dengan sendirinya.
Ruam yang muncul seringkali disertai dengan rasa nyeri mulai dari yang bersifat ringan hingga yang terasa berat.
Rasa nyeri akut merupakan salah satu gejala umum herpes zoster. Rasa nyeri dari kasus herpes zoster yang sudah parah dapat menimbulkan dampak yang serius, mulai dari biasa hingga yang sangat menyakitkan.
Dalam sebuah laporan, beberapa pasien menggambarkan betapa menyakitkannya nyeri yang ditimbulkan. Sebanyak 45 persen pasien dengan gejala herpes zoster mengungkapkan bahwa mereka mengalami rasa nyeritersebut setiap hari seperti disampaikan peneliti di BMC Infectious Diseases 2011.
Tak Ada Pantangan Makan untuk Penderita Herpes Zoster
Anthony berpesan untuk pasien herpes zoster bahwa tidak ada pantangan makanan. Malah diminta untuk mengonsumsi makanan yang sehat.
"Karena ini bukan kasus alergi, diperbolehkan untuk makan apa aja. Tidak ada pantangan makan, makan apa saja yang diinginkan, makan apa saja yang membuat senang dan sehat,” kata Anthony.
Asupan pangan yang sehat membantu meningkatkan imunitas tubuh menjadi lebih baik.
“Makan apa saja yang membuat tubuh sehat dan membuat pikiran senang. Keadaan ini akan membuat imunitas tubuh meningkat dan lebih baik,” kata Anthony.
Secara medis, pasien herpes zoster dapat ditangani dengan terapi anti-virus. Obat tersebut dapat mengatasi gejala pada kebanyakan pasien jika diberikan sejak dini, saat gejala awal muncul. Selain itu juga dapat menekan tingkat keparahan pada kejadian herpes zoster dan mengurangi risiko komplikasi. Maka bila muncul gejala herpes zoster terlebih sampai terasa menggangu maka segera periksakan diri ke dokter.
Advertisement