Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran nyamuk berbakteri Wolbachia adalah salah satu upaya untuk menurunkan angka demam berdarah dengue atau DBD.
Kabar baiknya, tidak hanya terbukti menurunkan angka kasus DBD, nyamuk Wolbachia juga dapat menurunkan penyakit lain yang berkaitan dengan nyamuk Aedes aegypti.
Baca Juga
"Wolbachia itu juga bisa mencegah atau menurunkan kasus Zika dan chikungunya hingga masing-masing 56 persen dan 37 persen," kata peneliti riset nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta, dr Riris Andono Ahmad MPH PhD, dalam media briefing daring bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Senin, 20 November 2023.
Advertisement
Seperti diketahui, nyamuk Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang tak hanya menyebarkan dengue tapi juga penyakit lain mulai dari Zika hingga yellow fever.
"Karena Aedes aegypti itu bisa menularkan penyakit seperti Zika, chikungunya, kemudian dengue dan juga yellow fever, Wolbachia itu punya dampak tidak hanya pada satu penyakit tapi juga penyakit-penyakit tersebut," ujarnya.
Riris, menambahkan, beberapa tahun lalu pandemi Zika membawa kekhawatiran di masyarakat dan Wolbachia diketahui memiliki efek perlindungan terhadap penularan penyakit tersebut.
"Dan ini sudah dipublikasikan dalam jurnal," kata pria yang karib disapa Doni.
Efek Positif Nyamuk Wolbachia Sudah Ditinjau VCAG
Bukti-bukti terkait hal ini sudah ditinjau oleh The Vector Control Advisory Group (VCAG). Ini adalah tim yang didirikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berupa kumpulan ilmuwan top global dengan keahlian di bidang vektor.
"Setelah melihat bukti-bukti yang ada, mereka sampai pada kesimpulan bahwa sudah ada bukti bahwa Wolbachia wMel (dari inang lalat buah) menunjukkan ada dampak kesehatan masyarakat terhadap dengue," katanya.
Tim ini selanjutnya merekomendasikan agar WHO mulai mengembangkan pedoman untuk rekomendasi intervensi.
"Panel ini (VGAC) juga mengakui bahwa baru kali ini mereka menemukan ada hal yang menjanjikan dan nilai positif karena adanya dampak kesehatan masyarakat dari intervensi pengendalian vektor yang baru," ujarnya.
Nyamuk Wolbachia Dipastikan Aman bagi Manusia
Lebih lanjut Doni menyampaikan, rekomendasi dari VCAG ini tidak hanya membuktikan bahwa teknologi Wolbachia memang potensial untuk mengendalikan dengue. Namun, juga menunjukkan aspek keamanan.
Seperti diketahui, penelitian Doni dan pakar lainnya yang dilakukan di Yogyakarta sempat mendapat penolakan dari masyarakat. Mereka merasa menjadi objek percobaan dan mempertanyakan keamanan teknologi Wolbachia.
Namun, setelah dilakukan sosialisasi, masyarakat pun terbuka pikirannya dan mengerti tentang tujuan penyebaran telur nyamuk ber-Wolbachia.
Sisi keamanan ini sudah diteliti oleh para ahli terbaik dunia yang memang memiliki pengalaman dalam pengendalian vektor.
"Penilaian dari VCAG dilakukan oleh top scientist secara global dan mereka terdiri dari peneliti-peneliti yang memang sangat erat kaitannya dengan berbagai macam pengendalian vektor," katanya.
"Dan WHO tentu saja tidak akan memberikan rekomendasi tanpa memperhitungkan aspek safety-nya," ujar Doni.
Advertisement
Intervensi di 3 Kota Yogyakarta
Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut juga menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan intervensi dengue dengan Wolbachia di tiga kota di Yogyakarta sejak 2017.
"Kami sudah melakukan intervensi di tiga kota di Yogyakarta, hasilnya, angka insidensi (dengue) di Provinsi DIY relatif semakin menurun meskipun belum nampak secara nyata," katanya.
Kini, pihak Doni tengah melakukan pemantauan jangka panjang terkait efek dari Wolbachia terhadap kasus dengue di DIY dan pemantauan akan dilakukan hingga 2025.
"Kami menemukan bahwa ada potensi mencapai eliminasi (dengue di DIY), sehingga kami melakukan pemantauan dampak jangka panjang sampai 2025. Jadi dari 2017 sampai 2025 kita akan melihat apakah pasca pelepasan Wolbachia itu kita bisa mencapai eliminasi, kemudian apakah akan ada dampak sosial ekonominya," pungkas Doni.