Liputan6.com, Jakarta - Sebagian dari kita paham betul soal diabetes. Namun, tidak sedikit yang belum familiar dengan prediabetes.
Mengacu pada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC), prediabetes adalah kondisi ketika kadar gula darah puasa lebih tinggi dari normal, tapi belum terlalu tinggi untuk masuk kategori diabetes.
Baca Juga
Bolehkan Sholat Subuh Kesiangan karena Baru Bangun, Apakah Dosa? Ini Kata Buya Yahya dan UAH
Ini Syarat yang Harus Dipenuhi Timnas Indonesia Jika Ingin ke Piala Dunia 2026, Harus Bisa Kejar Runner Up
Justin Hubner, Rafael Struick, hingga Ivar Jenner Bersiap untuk Main dengan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
Seseorang bisa disebut prediabetes apabila gula darah puasa berada di level 100 s.d 125 mg/dL. Jika lebih dari itu, sudah bisa dibilang diabetes.
Advertisement
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi, Metabolik, dan Diabetes, Dr dr Fatimah Eliana Taufik SpPD KEMD menjelaskan bahwa prediabetes tidak memiliki gejala khusus yang bisa diamati.
Alhasil, seseorang tidak akan tahu apakah dia prediabetes atau tidak. Dia baru akan tahu bahwa selama ini mengalami prediabetes ketika akhirnya sudah berkembang menjadi diabetes dan menimbulkan komplikasi.
Padahal, kata Fatimah, prediabetes saja sudah bisa menimbulkan komplikasi serius, seperti penyakit jantung dan pembuluh darah.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko prediabetes dan harus diwaspadai, di antaranya:
- Kegemukan
- Berumur > 45 tahun
- Punya keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2
- Riwayat diabetes gestasional atau diabetes selama kehamilan
- Melahirkan bayi dengan berat > 4 kg
- Mengidap polycystic ovary syndrome (PCOS)
Agar masyarakat kian sadar akan prediabetes dan bahaya yang mengintai, sejumlah pakar berkumpul membuat sebuah acara bertajuk 'Edumedy (Edukasi Lewat Comedy) yang berlangsung di De Balcony, De Entrance Lt 1, Arkadia Green Park, Jakarta Selatan.
Â
1 dari 3 Orang Menderita Prediabetes
"Program Edumedy ini hadir agar semakin banyak edukasi kesehatan ke publik dengan cara yang berbeda, yaitu ada unsur komedinya, sehingga lebih mudah dipahami," kata Edukator & Expert Relasi Diri, Febrizky Yahya, sekaligus perwakilan dari acara yang mengangkat tema 'Waspada Prediabetes: Karena Kencing Manis Tak Seindah Kenangan Manis'.
Lebih lanjut, Fatimah mengatakan bahwa satu dari tiga orang di dunia mengidap prediabetes, tapi hanya 10 persen dari para pasien ini yang menyadari kalau mereka mengalami prediabetes."
"Padahal prediabetes ini merupakan road to diabetes type 2, sehingga harus diwaspadai dan ditangani dengan baik dan benar," dia menambahkan.
Â
Advertisement
Prediabetes Merupakan Risiko dari Gaya Hidup yang Sembarangan
Sementara itu, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Dr Andhika Raspati SpKO, menjelaskan, risiko penyakit akibat gaya hidup tidak aktif atau mager ada banyak, termasuk prediabetes.
Sehingga, kata Andhika, penting untuk memulai gaya hidup aktif dan sehat untuk menjauhkan diabetes yang jahat.
"Bisa dimulai dengan olahraga yang nyaman, menyenangkan, low intensity dan low impact. Jika sudah mulai biasa, bisa dilakukan progress secara bertahap --- bersaing dengan diri sendiri," katanya dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 24 November 2023.
Hadir dalam acara tersebut Senior Medical Advisor PT Merck Tbk, dr Maria Christina Hanindita yang mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik kegiatan Edumedy karena dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penyakit diabetes dan prediabetes.
"Hal ini sejalan dengan komitmen kami dalam menyediakan sarana untuk mengenali risiko prediabetes melalui online risk assessment di situs Cek Prediabetes. Lebih cepat tahu, lebih cepat berubah," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Matthew Justyn SSi dari Prodia,"Skrining sedini mungkin sangat diperlukan agar bisa mencegah diabetes, sosialisasi prediabetes sangat penting agar masyarakat bisa mengenali gejalanya dan mencegah hingga tidak sampai ke diabetes."
Â
Â