Sukses

HEADLINE: Lonjakan Kasus Mycoplasma Pneumoniae di China, Seberapa Bahaya?

Bakteri Mycoplasma pneumoniae menjadi penyebab paling banyak terjadinya pneumonia yang sedang merebak di China.

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit saluran pernapasan yang merebak membuat fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik di China Utara penuh. Pasien didominasi usia anak.

Berdasarkan laporan media lokal Global Times pada Selasa kemarin, Rumah Sakit Anak Beijing menerima 9.378 pasien. Rumah sakit itu juga menyampaikan dalam dua bulan terakhir selalu full kapasitas.

Demikian pula dengan fasilitas kesehatan lain yang ada di Beijing seperti klinik umum, klinik anak dan beberapa poli paru di rumah sakit di sana juga penuh beberapa hari terakhir.

Tak heran bila dalam belakangan ini kerumunan orangtua menemani anak-anak yang sakit menjadi pemandangan umum seperti di Rumah Sakit Anak Capital Institute of Pediatrics di Beijing. Salah satu orangtua bermarga Zhang menemani putranya berusia sembilan tahun yang sedang batuk. Ia mengatakan bahwa putranya sakit karena pneumonia kepada jurnalis AFP.

"Baru-baru ini banyak sekali anak-anak yang tertular penyakit ini," kata Nyonya Zhang.

Sistem Kesehatan China Mengaku Belum Kewalahan

Pasien penyakit pernapasan yang menjalani rawat jalan dan rawat inap memang membludak, tapi disebut bahwa sistem kesehatan yang ada di China Utara belum kewalahan. Berbeda halnya saat awal-awal pasien COVID-19 membludak di 2020.

Capital Institute of Pediatrics telah melakukan beberapa perbaikan untuk meningkatkan kemampuan perawatan medisnya. Lalu, rumah sakit juga menyediakan sistem jalur cepat khusus yang diterapkan untuk anak-anak yang sakit kritis, memungkinkan mereka untuk menerima laporan diagnostik dengan segera, menurut laporan Beijing Youth Daily.

"Departemen pediatri kami menerima lebih dari 2.000 kunjungan per hari, sekitar 70 persen di antaranya adalah pasien infeksi saluran pernapasan. Sulit untuk menemukan bangsal sejak bulan Oktober 2023," kata Deputy Director of The Hospital's Pediatrics First Affiliated Hospital of Henan University of Chinese Medicine, Zhou Rongyi.

"Banyak anak yang terinfeksi Mycoplasma saat ini. Salah satu penyebab utamanya adalah infeksi kombinasi influenza dan Mycoplasma."

Peningkatan kasus penyakit pernapasan ini pun membuat World Health Organization (WHO) memberi perhatian khusus. Terlebih penyakit seperti influenza ini meningkat sejak Oktober.

"China bagian utara telah melaporkan peningkatan penyakit mirip influenza sejak pertengahan Oktober jika dibandingkan dengan periode yang sama dalam tiga tahun sebelumnya," kata WHO seperti dikutip dari AFP.

WHO juga secara resmi meminta China untuk memberikan informasi secara rinci penyebab peningkatan penyakit pernapasan yang didominasi pada anak-anak. Apalagi beberapa media menyebut penyakit yang membuat banyak anak-anak masuk rumah sakit sebagai pneumonia misterius.

 

2 dari 9 halaman

WHO Tanyakan Langsung ke China

Pada tanggal 23 November 2023, WHO mengadakan telekonferensi dengan otoritas kesehatan China dari Chinese Center for Disease Control and Prevention dan Beijing Children’s Hospital, yang difasilitasi oleh National Health Commission dan National Administration of Disease Control and Prevention.

Hasil dari telekonferensi itu mengindikasikan adanya peningkatan konsultasi rawat jalan dan penerimaan pasien rawat inap anak-anak karena beberapa patogen seperti Mycoplasma pneumoniae, serta Respiratory Syncytial Virus (RSV), virus adenovirus dan influenza.

Hal tersebut membuat benderang bahwa penyakit yang awalnya oleh beberapa media disebut pneumonia misterius kini tak lagi misterius. Sudah jelas bahwa penyebabnya bukan karena patogen baru.

"Itu sudah diperiksa oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan bakteri yang ada di sana, bukan infeksi dari patogen baru," kata Menkes Budi usai Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Selasa, 28 November 2023.

Dari laporan WHO tersebut, infeksi penyakit pernapasan yang dilaporkan terjadi pada anak-anak di China. Disebutkan bahwa penyebab utama pneumonia yang merebak adalah Mycoplasma pneumoniae. Adanya infeksi Mycoplasma pneumoniae dinilai tidak mengkhawatirkan.

"Ada infeksi dari influenza, infeksi dari Respiratory Syncytial Virus (RSV) sama pneumonia mikoplasma kalau enggak salah ya. Jadi, penambahannya, kenaikannya memang karena ada peningkatan penularan aja, tapi tidak mengkhawatirkan," jelas Budi Gunadi.

"Ya karena bukan bakteri atau patogen baru seperti SARS-CoV-2."

 

3 dari 9 halaman

Bila Terinfeksi Bakteri Mycoplasma Pneumoniae, Gejala Ringan

Pneumonia bisa terjadi karena virus, bakteri, jamur atau parasit. Pada pneumonia karena bakteri terbagi lagi menjadi bakteri gram positif, bakteri gram negatif dan bakteri atipikal. Mycoplasma pneumoniae ini termasuk dalam bakteri atipikal.

"Bakteri atipikal itu apa? Yakni bukan kuman yang kerap ditemukan tapi jarang ditemukan. Sekitar 7 - 20 persen kejadian itu karena infeksi bakteri atipikal," kata Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan.

Bila merujuk data dunia, infeksi Mycoplasma pneumoniae ini terjadi sebesar 8,61 persen sebelum pandemi tepatnya di 2017 - 2020.

Saat COVID-19, angka insidensi menurun yakni 1,6 persen (2021) dan 0,7 persen (2022). Hal ini lantaran meningkatnya protokol kesehatan selama pandemi.

Perlu juga diketahui bahwa pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae sudah lama ada di Indonesia. Hanya saja gejalanya cenderung sangat ringan dan kejadiannya jarang.

Bila mengacu pada studi 2022, pada 26 persen pasien pneumonia yang butuh perawatan ditemukan adanya koinfeksi Mycoplasma pneumoniae. Ini artinya, selain Mycoplasama pneumoniae pasien juga terinfeksi bakteri atau patogen lain seperti Klebsiella pneumoniae dan Acinetobacter baumannii yang menyebabkan gejala berat sampai butuh perawatan di rumah sakit.

Strain di China Sama atau Beda dengan Indonesia?

Erlina mengungkapkan belum mengetahui  bakteri Mycoplasma pneumoniae yang beredar di China sama atau tidak dengan di Indonesia.

"Dari China belum ada laporan, apa jenisnya, sudah bermutasi atau belum. Tapi (bila ada mutasi) tetap Mycoplasma pneumonia bukan menjadi mikroorganisme yang lain," katanya. 

4 dari 9 halaman

Beda Orang Dewasa dan Balita Terinfeksi Mycoplasma Pneumoniae

Erlina mengatakan bahwa saat seseorang terinfeksi Mycoplasma pneumoniae tak langsung muncul gejala. Melainkan gejala  muncul 1-4 minggu sesudah terpapar bakteri.

Lalu, gejala yang muncul biasanya ringan dan tidak sampai membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Gejala umum:

  • Batuk yang dapat memburuk, bisa bertahan dalam beberapa minggu atau bulan.
  • Sakit tenggorokan
  • Demam
  • Nyeri kepala
  • Pada pasien dengan penyakit seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) gejala bisa lebih parah seperti ditemukan cairan pada paru.

Gejala pada anak di bawah 5 tahun:

  • Bersin-bersin
  • Hidung tersumbat
  • Sakit tenggorokan
  • Mata berair
  • Mengi
  • Muntah atau diare

Di kesempatan berbeda, dokter spesialis anak konsultan respirologi dari Universitas Padjajaran, Cissy Kartasasmita mengungkapkan paparan Mycoplasma pneumoniae pada anak bisa mengakibatkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut tapi biasanya tidak berat. Bahkan, kalau sampai mengalami pneumonia juga tidak berat karena itu disebut “walking pneumonia”.

Pengobatan pada infeksi ini tergantung pada gejala yang muncul. Semisal jika ada demam maka diberi parasetamol, seperti kata Cissy.

"Bila gejala ringan tidak perlu antibiotika hanya simptomatis. Bila ada pneumonia dan berat ada antibiotika khusus golongan makrolid," kata Cissy lewat pesan teks ke Liputan6.com.

5 dari 9 halaman

Kenapa Lebih Banyak Usia Anak di China Terpapar?

Pada kasus Mycoplasma pneumoniae di China lebih banyak menyerang anak-anak. Hal ini karena saluran pernapasan anak-anak pendek sehingga bakteri dan virus lebih mudah masuk ke jaringan paru-paru.

"Kenapa banyak anak yang kena? Anak-anak ini kan saluran pernapasannya pendek sehingga infeksi saluran pernapasan atas itu lebih mudah masuk ke jaringan paru. Karena dia (saluran pernapasannya) pendek," tutur Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr Imran Pambudi.

 

6 dari 9 halaman

Daya Penularan Mycoplasma Pneumoniae Lebih Kecil dari COVID-19

Imran Pambudi menilai fatalitas atau kematian infeksi pneumonia akibat bakteri Mycoplasma pada anak ini terbilang sedikit.

Pernyataan Imran di atas menjawab, seberapa bahaya Mycoplasma pneumoniae.

"Virulensi COVID-19 jauh tinggi dibandingkan Mycoplasma. Selama ini, bakteri Mycoplasma menjadi penyebab pneumonia yang sering terjadi sebelum COVID," kata Imran saat konferensi pers 'Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia' pada Rabu, 29 November 2023.

"Dan kalau melihat data, dulu tidak sampai tinggi kematian cuma memang morbiditas (angka kesakitan) ya ada. Mortalitas (kematian) sedikit ya."

Virulensi secara definisi merupakan daya atau kemampuan patogen, baik virus dan bakteri untuk menyebabkan kerusakan pada inang.

7 dari 9 halaman

Potensi Jadi Pandemi Sangat Kecil

Epidemiolog Dicky Budiman menegaskan, potensi pneumonia di China untuk jadi pandemi sangat kecil.

"Menurut saya kalau dikatakan ke arah potensi pandemi jauh sekali, sangat amat kecil potensi menjadi pandemi," katanya kepada Health Liputan6.com, Selasa, 28 November 2023.

Pneumonia cenderung berada di bawah level COVID-19. Meski begitu, penanganannya tetap harus disiapkan.

"Tentu sistem rujukan disiapkan dan jangan sampai kasus meningkat dan semua berlomba-lomba ke rumah sakit. Nah ini yang akan membebani rumah sakit seperti yang saat ini terjadi di China. Jadi saya kira pemerintah perlu memperkuat dan memastikan mekanisme sistem rujukan," sambung Dicky.

Di tingkat masyarakat, Dicky menyebut pentingnya Pemerintah memberikan literasi soal penanganan pertama di rumah, cara deteksi, dan ke mana harus merujuk.

 

8 dari 9 halaman

Belum Masuk Status Kedaruratan Kesehatan Global

WHO belum mengkategorikan wabah pneumonia di China masuk status Kedaruratan Kesehatan Global, yang istilahnya Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

"WHO sampai sekarang belum menyatakan ini sebagai PHEIC ya," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi di Jakarta pada Selasa, 28 November 2023.

Walaupun belum masuk PHEIC, Nadia menegaskan, Indonesia harus tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian pneumonia yang sedang menyerang anak-anak di China.

"Dari sisi kita itu melakukan peningkatan kewaspadaan aja, karena di China masuknya sebagai Kejadian Luar Biasa ya," tegasnya.

Sebagai bentuk antisipasi, Kemenkes RI melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit juga telah menerbitkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4732/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.

Surat edaran yang terbit pada tanggal 27 November 2023 ini diteken Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu.Surat kewaspadaan Kemenkes RI terkait Mycoplasma pneumonia ditujukkan kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Direktur/Kepala Rumah Sakit, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan dan Kepala Puskesmas di Indonesia.

Dalam surat edaran Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global serta meningkatkan kewaspadaan dini dengan melakukan pemantauan kasus dicurigai pneumonia.

Ia juga meminta KKP untuk meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.

9 dari 9 halaman

5 Upaya Antisipasi Penularan Pneumonia

Imran menegaskan, upaya mitigasi tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendiri, perlu dibarengi komitmen seluruh masyarakat agar pengendalian pneumonia bisa lebih optimal.

Berikut lima langkah yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi penularan pneumonia di Indonesia:

1. Melakukan vaksinasi untuk melawan influenza, COVID-19, dan patogen pernapasan lainnya jika diperlukan;

2. Tidak berkontak atau menerapkan jaga jarak aman dengan orang yang sakit;

3. Memastikan memiliki ventilasi yang baik

4. Membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mencuci tangan memakai sabun antiseptik dan air mengalir;

5. Jika merasa kurang enak badan atau sakit, sebaiknya tidak keluar rumah dan tetap menggunakan masker dengan baik dan benar.

Selain menerapkan protokol kesehatan, upaya pencegahan terinfeksi Mycoplasma pneumoniae yang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan meningkatkan imunitas tubuh.

Caranya dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, cukup istirahat, tidak stres, rutin berolahraga, tidak merokok."

Kalau imunitas tubuh kita baik terpapar Mycoplasma pneumoniae enggak sakit. Tapi kalau misalnya pun jadi sakit ringan saja," kata Erlina.