Sukses

Tak Cuma Singapura, Setiap Negara Punya Potensi Lonjakan Kasus COVID-19 Masing-Masing

Epidemiolog Dicky Budiman menyebut, di era endemi COVID-19 ini masing-masing negara punya potensi lonjakan yang bervariasi.

Liputan6.com, Jakarta Lonjakan kasus COVID-19 di Singapura dan Malaysia menjadi bahasan hangat di Indonesia. Menurut epidemiolog Dicky Budiman, dalam masa endemi, COVID-19 memang akan terus memiliki lonjakan-lonjakan.

Bukan tanpa alasan, lonjakan bisa terjadi salah satunya ketika imunitas masyarakat menurun. Selain itu, bisa pula karena ada subvarian baru. Dan lonjakan ini memiliki potensi memicu kematian meski kecil.

“Lonjakan ini memiliki sedikit potensi menyebabkan kematian. Tapi yang jelas, potensi rawatan rumah sakit ini yang bisa terjadi dan meningkat, jadi ini yang juga perlu diwaspadai oleh Indonesia,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Senin (4/12/2023).

Tak hanya Singapura, lanjut Dicky, di era endemi ini setiap negara punya potensi lonjakan masing-masing yang bervariasi. Tergantung pada imunitas masyarakat, program vaksinasi, perilaku 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, menjaga jarak), dan subvarian yang tersebar di wilayah tersebut.

“Selain itu, faktor cuaca secara langsung atau tidak langsung mendukung, dalam artian musim dingin atau musim hujan ini membuat orang banyak indoor. Kalau sirkulasi atau ventilasi udaranya buruk, ini akan membuat kasus meningkat.”

Terkait subvarian EG.5 atau Eris dan sub-garis keturunannya HK.3 yang mendominasi di Singapura, Dicky mengatakan bahwa subvarian ini memang bisa memicu lonjakan.

“Eris, HK.3, semuanya memiliki potensi menjadi salah satu kontributor pada lonjakan,” ujar Dicky.

2 dari 4 halaman

Potensi Lonjakan Semakin Tinggi pada Kelompok Rentan

Potensi lonjakan semakin tinggi mengingat masih ada kelompok rawan. Ini adalah kelompok yang belum mendapatkan vaksinasi, lanjut usia (lansia), komorbid, dan anak-anak.  

“Mereka akan lebih mudah terinfeksi dan salah satu ciri khas dari COVID ini kan subvariannya semakin efektif dalam menyebabkan infeksi termasuk infeksi pada orang yang sudah divaksinasi. Tapi umumnya memang gejalanya ringan, kecuali orangnya mengalami gangguan imunitas.”

Maka dari itu, lanjut Dicky, maka untuk mencegahnya perlu dilakukan vaksinasi primer dan semua anak perlu mendapat semua jenis vaksinasi yang tersedia, termasuk vaksin COVID.

“Tentu ini disertai dengan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), 5M, dan penguatan kesehatan udara.”

3 dari 4 halaman

Prediksi Kenaikan Kasus COVID-19 di Indonesia

Senada dengan Dicky, epidemiolog Masdalina Pane menyampaikan, kenaikan kasus COVID-19 di Singapura dan Malaysia didominasi oleh subvarian EG.5 atau Eris dan HK.3.

“Kenaikan kasus di Singapura dan Malaysia minggu ini di dominasi oleh subvarian EG.5 dan HK.3, dan ini juga merupakan ancaman di Indonesia,” kata Masdalina kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat.

Masdalina pun memprediksi bahwa kenaikan kasus akan terjadi pula di Indonesia dalam beberapa minggu ke depan.

“Kemungkinan beberapa minggu ke depan kasus kita juga akan naik,” ujarnya.

Meski begitu, masyarakat Indonesia tak perlu khawatir. Pasalnya, EG.5 dan sub-garis keturunannya HK.3 merupakan bagian dari Omicron. Subvarian ini memiliki karakteristik virulensi atau kemampuan menular yang rendah.

Meski begitu, EG.5 dan HK.3 tetap tidak boleh dianggap remeh oleh kelompok berisiko tinggi, lanjut usia (lansia), dan orang-orang dengan komorbid atau penyakit penyerta.

“Tidak perlu khawatir karena masih bagian dari Omicron, maka virulensinya rendah, kecuali pada kelompok risiko tinggi, usila (usia lanjut/lansia) dan komorbid.”

4 dari 4 halaman

Tetap Waspada

Mengingat potensi kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia, Masdalina pun menitip pesan kepada masyarakat untuk tetap waspada.

Terlebih, masyarakat akan memasuki musim libur Natal dan tahun baru atau Nataru. Seperti momen besar lainnya, Nataru tahun ini juga diprediksi akan meningkatkan mobilitas penduduk dan memicu keramaian.

“Dalam menghadapi keramaian saat tahun baru, menggunakan masker dan menjaga jarak menjadi kepedulian kita,” kata Masdalina.

“Jika mengalami gejala ringan segera ke layanan kesehatan untuk mendapat perawatan, menjaga daya tahan tubuh juga harus tetap dilakukan. Pembatasan tentu tidak menjadi pilihan terbaik,” katanya.