Liputan6.com, Depok Seiring perkembangan perawatan kanker, peran perawat onkologi sangat dibutuhkan untuk mendukung pengobatan pasien. Spesialisasi perawat onkologi ini akan mendampingi dan memonitor pasien kanker selama menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit.
Direktur Utama Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais Soeko Werdi Nindito menuturkan, penanganan kanker membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, tak hanya dari sisi dokter spesialis kanker, melainkan juga ketersediaan perawat onkologi.
Baca Juga
"Dalam peningkatan kualitas perawatan kanker, kita harus menyiapkan SDM yang cakap untuk bisa seirama dengan program-program dari Pemerintah. Apa yang bisa dilakukan oleh perawat-perawat onkologi di rumah sakit?" tutur Soeko saat ditemui Health Liputan6.com di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/12/2023).
Advertisement
"Perawat ini nanti melakukan assesmen kondisi fisik pasien seperti, psikologi seperti apa, dan perencanaan keperawatan pasien."
Stres pada Pasien Kanker
Menurut Soeko, perawat onkologi berperan untuk mendampingi pasien. Apalagi stres bisa saja dialami para pasien lantaran memikirkan perawatan dan pengobatan.
"Bagaimana perawat onkologi memberikan edukasi kepada pasien supaya mereka paham tentang penyakitnya. Kanker itu paling rumit ya, mulai dari diagnostik sampai tatalaksana itu membuat pasien stres," lanjutnya.
"Belum lagi mengikuti prosedur perawatan, belum lagi pasien kanker mendengar berita-berita tidak menyenangkan terkait dengan perkembangan penyakitnya."
Melihat Perkembangan Pasien Setiap Saat
Soeko Werdi Nindito menambahkan, sosok perawat juga termasuk orang yang paling sering bertemu dengan pasien. Bahkan melihat perkembangan pasien setiap saat.
"Yang paling sering bertemu dengan pasien itu perawat sejujurnya. Dokter ada tapi cuma sebentar. Nah, yang melihat perkembangan pasien setiap saat adalah perawat," tambahnya.
"Itu menjadi tantangan buat perawat spesialis onkologi, bagaimana bisa mengedukasi."
Advertisement
Benchmarking dengan Perawatan Kanker di Luar Negeri
Selanjutnya, yang paling penting adalah apabila sudah ada perawat onkologi, lanjut Soeko Werdi Nindito, bagaimana kita bisa membuat standar yang sama dengan pelayanan kanker yang ada di luar negeri.
"Jadi ya harus banyak belajar di luar negeri, maksudnya untuk benchmarking ya. Saya kemarin harus presentasi kepada Kementerian Kesehatan, bagaimana the best practice untuk perawatan kanker di Indonesia," katanya.
"Kita lihat tuh yang sudah terjadi di Singapura, Malaysia, Filipina ataupun negara yang lebih maju, China, Taiwan, apa yang sudah terjadi di daerah bisa menjadi benchmark."
Butuh Banyak Perawat Onkologi
Di negara-negara maju sudah ada perawat onkologi. Indonesia pun dapat segera mulai mempersiapkan diri agar tidak ketinggalan dengan negara lain.
"Environment (lingkungan) yang paling besar nilainya sudah tercipta. Jadi banyak nanti perawat onkologi untuk lebih dibutuhkan di Indonesia," pungkas Soeko.
"Tinggal bagaimana kita mempersiapkan diri bisa masuk ke dalam ekosistem tersebut. Jangan lupa, kita punya rumah sakit itu ada 3.000, rumah sakit swasta mungkin ratusan, bahkan ribuan yang memberikan pelayanan onkologi."
Banyak Perawat Enggan Merawat Pasien Kanker
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sedang gencar menangani pasien kanker di Indonesia. Salah satunya dengan memperbanyak tenaga ahli perawat di bidang spesialis Onkologi. Namun, masih sangat kekurangan perawat spesialis Onkologi.
Past Presiden Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (HIMPONI) Kemala Rita menjelaskan, jika masih banyak perawat di Indonesia yang enggan merawat pasien kanker.
Sebab, di Indonesia sendiri rata-rata pasien kanker yang mendapat perawatan intensif di rumah sakit adalah pasien yang sudah dalam tahap stadium lanjut. Kondisi ini sudah sangat riskan karena pasien sudah mengalami pembengkakan pada tubuhnya.
"Pasiennya itu datang dalam keadaan stadium lanjut, sudah benyenyeh, sudah pecah, berdarah-darah, bau. Nah itu yang ditangani oleh perawat kanker bagaimana menjadikan lukanya itu tidak bau dan lainnya," kata Kemala Rita di Jakarta Selatan, Jumat (11/8/2023).
Kurangnya tenaga spesialis onkologi di Indonesia akibat kurangnya kompetensi dari para perawat untuk menangani pasien kanker. Perawat diharuskan mendapatkan pendidikan spesialis agar bisa merawat para pasien-pasien penderita kanker.
"Jadi itu merupakan kendala kita di lapangan, sedangkan para pasien kanker itu, 70 persen datang sudah stadium lanjut, dan artinya disitu peran perawat menjadi sangat penting," ucap Kemala.
Advertisement