Sukses

Kualitas Rumah Sakit Kanker di Indonesia, Apa Sudah Setara dengan RS Luar Negeri?

Angka kanker yang masih tinggi, timbul tanya, apakah kualitas rumah sakit kanker di Indonesia sudah setara dengan RS kanker di luar negeri?

Liputan6.com, Jakarta Angka kanker di Indonesia pada 2023 masih tinggi. Menurut Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono, angka ini tergantung jenis kankernya.

“Satu paling besar itu kanker payudara dan serviks untuk perempuan dan paru-paru serta kolorektal untuk laki-laki. Itu paling banyak di Indonesia,” kata Dante dalam 1st Annual Indonesian Cancer Conference bersama RS Kanker Dharmais di Jakarta, Jumat (15/12/2023).

Mengingat angka kanker yang masih tinggi, timbul tanya, apakah kualitas rumah sakit kanker di Indonesia sudah setara dengan RS kanker di luar negeri?

Hal ini mendapat tanggapan dari Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais Soeko Werdi Nindito. Menurut Soeko, pihaknya sedang berusaha ke arah tersebut.

“Kita berusaha ke arah sana, kalau dibilang standar pelayanan kanker kita sudah sama, tapi kalau teknologi luar negeri berkembang cepat sehingga kita juga harus mengikuti ini,” kata Soeko kepada Health Liputan6.com dalam acara yang sama.

Dia menambahkan, rumah sakit kanker di kota-kota besar perlu memberi pendampingan dan pengampuan bagi RS kanker di daerah.

“Tapi kalau di daerah itu memang perlu pendampingan atau pengampuan, seperti RSUP H. Adam Malik (Medan), RSUP Dr. Mohammad Hoesin (Palembang), RSUP. Dr. M. Djamil (Padang), itu mengampu regionalnya RS-RS daerah lain supaya standarnya sama,” jelas Soeko.

2 dari 4 halaman

Upaya RS Dharmais Tingkatkan Standar Layanan Kanker di RS Daerah

Lebih lanjut, Soeko mengatakan, pihaknya ikut berupaya meningkatkan standar-standar layanan kanker di rumah sakit daerah.

“Pertama, kita buat sistem. Kita buat ratifikasi dengan Kemenkes juga, kemudian kita lakukan pelatihan. Kita kerja sama dengan University of Mexico yang punya platform transfer knowledge,” jelasnya.

“Kemudian kita proctorship, jadi ahli-ahli kita datang ke daerah, tidak hanya ahli kanker ya, tapi jantung dan stroke juga begitu. Jadi kita bersama-sama masif untuk meningkatkan layanan RS di daerah,” imbuhnya.

Proctorship adalah proses transfer pengetahuan dan keterampilan dari dokter ahli kepada dokter di rumah sakit dalam melakukan tindakan atau prosedur medis terbaru. Proses ini bertujuan mempercepat pendidikan dan pelayanan pasien.

3 dari 4 halaman

HUT RS Dharmais ke-30

Acara yang dihadiri Soeko dan Dante Saksono sekaligus untuk memperingati hari ulang tahun (HUT) RS Dharmais.

“RS Dharmais saat ini kan usianya 30 tahun, kami ingin membuat suatu momen yang bisa menjadi kegiatan tahunan terkait dengan kanker. Jadi tidak hanya ultah (ulang tahun) Dharmais, tapi bagaimana membuat suatu program ke depan yang sustain (berkelanjutan),” jelas Soeko.

“Kenapa? Karena sebelumnya layanan kanker tuh masih fokus di kota-kota besar, Kemenkes sekarang kan pengennya ke daerah. Saya berharap ada wahana untuk bertemu berkolaborasinya semua pihak mulai dari pakar, pemerhati kanker, yayasan-yayasan tadi kita ajak juga. Kemudian pemerintah maupun swasta.”

4 dari 4 halaman

Bicarakan Soal Penanganan Kanker di Masa Mendatang

Acara bertajuk “1st Annual Indonesian Cancer Conference” menghadirkan berbagai pekerja dan ahli bidang kesehatan.

“Disini banyak RSUD-RSUD yang dikasih kewajiban untuk bisa memberikan layanan kanker untuk duduk bareng di sini membahas terkait kanker ke depan.” 

“Itu si intinya, jadi (membicarakan) kolaborasi kita ke depannya. Karena kita kalau bicara kanker coba aja lihat teknologinya, berkembang terus. Kita baru beli alat satu udah ada lagi yang lain. Kalau kita tidak memperkuat kolaborasi, informasi datengnya terlambat,” ucap Soeko.

Dia juga mengutip pernyataan Dante soal tujuan penanganan kanker di Indonesia adalah untuk menyembuhkan pasien stadium awal. Maka dari itu, perlu ada penguatan dalam deteksi dini, aksi promotif dan preventif, serta menegakkan diagnosis yang benar.

“Karena kalau sekali kita diagnosis keliru, terapinya juga jadi salah. Akhirnya pasien yang jadi korban,” pungkasnya.