Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sedang melakukan pilot project di 16 provinsi untuk deteksi kanker serviks menggunakan pemeriksaan HPV DNA berbasis PCR. Dalam pilot project tersebut, fasilitas kesehatan di 16 provinsi akan dilengkapi dengan alat PCR.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menuturkan, deteksi dini kanker serviks dengan HPV DNA berbasis PCR dapat dilakukan di Puskesmas dengan cara pengambilan lewat swab.
Baca Juga
Cara ini bisa dibilang lebih praktis dibanding pap smear dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) test.
Advertisement
"Kita pilot project di 16 provinsi untuk mengubah (deteksi kanker serviks) dari pap smear, IVA test ke HPV DNA. Yang HPV DNA ini tes berbasis PCR," tutur Budi Gunadi usai menghadiri 'Launching Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim' di Djakarta Theatre, Jakarta pada Sabtu, 16 Desember 2023 lalu.
"Mereka datang ke Puskesmas terdekat supaya bisa dilakukan swab. Skrining yang pap smear dulu kan agak susah ya. Nah, yang ini (HPV DNA berbasis PCR) kayak swab di mulut itu, diambil sampelnya."
Sampel Dikirim ke Laboratorium PCR
Setelah dilakukan PCR, sampel dikirim ke laboratorium PCR yang ada di kabupaten/kota.
"Dilakukan (PCR) di Puskesmas, kemudian itu (sampelnya) dikirim ke laboratorium yang ada di kabupaten/kota. Di kabupaten/kota sudah ada lab PCR," terang Menkes Budi.
Pemeriksaan Kanker Serviks Akan Masuk Sistem SATUSEHAT
Hasil tes HPV DNA berbasis PCR ini juga direncanakan dapat masuk ke sistem SATUSEHAT agar masyarakat dapat mengakses di ponsel masing-masing seperti halnya tes COVID-19.
Untuk deteksi dini kanker serviks pun dilakukan dua kali seumur hidup selang 10 tahun. Misalnya, deteksi pertama pada usia 30 tahun, maka diharapkan deteksi kembali saat usia 40 tahun.
"Kita akan coba, kalau SATUSEHAT kan udah banyak di download (unduh). Itu kita blast WhatsApp, kita diingetin (buat pemeriksaan). Sama seperti tes kayak COVID masuk ke sistem," terang Menkes Budi Gunadi Sadikin.
"Dan memang tesnya seumur hidup mesti dua kali selang 10 tahun."
Advertisement
HPV DNA Berbasis PCR Sekarang Murah
Kehadiran pemeriksaan HPV DNA berbasis PCR untuk deteksi kanker serviks diakui Menkes Budi Gunadi Sadikin sebenarnya sudah ada sejak tahun-tahun sebelumnya. Namun, pada waktu itu masih sangat susah dan mahal.
"HPV DNA dengan PCR ini dulu susah karena mahal dan harus mempergunakan laboratorium PCR. Kita dulu kan lab PCR sedikit sekali," Menkes Budi Gunadi Sadikin melanjutkan.
"Kita beruntung gara-gara COVID, lab PCR udah banyak. Yang tadinya HPV DNA susah dan mahal, sekarang bisa murah."
Target 42 Juta Perempuan
Target tes HPV DNA berbasis PCR akan menyasar 42 juta perempuan usia 30-69 tahun. Target ini dikejar selama 7 tahun ke depan.
"Tes ini nanti kita akan menyasar banyak ya, ada 42 juta yang dites adalah usia 30-69 tahun. Tesnya dua kali seumur hidup selang 10 tahun," imbuh Budi Gunadi.
"Jadi kita mempergunakan PCR yang ada, alat paling modern."
Eliminasi Kanker Serviks
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, WHO telah mencanangkan strategi global untuk eliminasi kanker serviks pada tahun 2018 sampai tahun 2030.
“Intervensi yang dilakukan, yaitu imunisasi, skrining menggunakan tes performa tinggi, serta pengobatan sesuai standar,” kata Maxi pada kesempatan yang sama.
WHO menargetkan 90 persen wanita harus diimunisasi. Sebelum 2030, imunisasi HPV juga dilakukan untuk remaja pria.
“Indonesia menargetkan hal yang sama,” sambung Maxi.
Advertisement