Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, prediksi puncak kasus COVID varian JN.1 akan terjadi pada Januari 2024. Prediksi ini dilihat dari jumlah kenaikan kasus varian JN.1 yang terus naik menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
"Yang varian JN.1 memang (jumlah kasusnya) 43 persen dari total sampel yang kita ambil di minggu ke-2 Desember ini. Kita ada 77 sampel di minggu ke-2 ini yang masuk, dari 77 sampel itu 43 persennya varian JN.1," ujar Budi Gunadi saat ditemui Health Liputan6.com di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Jakarta pada Jumat, 22 Desember 2023.
Baca Juga
Kenaikan Kasus Varian JN.1 Pesat
Dari sekuens yang dicatat oleh Kemenkes, varian JN.1 mendominasi varian COVID yang menyebar di Indonesia. Temuan varian JN.1 pun terbilang pesat.
Advertisement
"Nah, kalau diprediksi puncaknya, kita lihat karena 43 persen dan itu naik dari 19 persen di minggu pertama Desember 2023. Kenaikannya dia pesat, artinya dia mendominasi varian yang ada. Kalau pengalaman kita di sebelum-sebelumnya, begitu dia sampai 80 persem, di atas 80 persen itu peak-nya (puncak) tercapai," jelas Menkes Budi Gunadi.
"Sekarang kita lihat 19 persen ke 43 persen itu kan naiknya hampir 20 persen lebih ya. Kalau kita hitung 20 persen lagi minggu depan, gitu 60 kasus, (naik) 20 persen lagi minggu depannya lagi udah 80 kasus. Harusnya di Januari itu peak-nya sudah dicapai."Â
Temuan Varian XBB.1.16 dan XBB.1.9.1
Selain temuan varian JN.1, hasil varian COVID yang masuk ke laporan Kemenkes dari 77 sampel sepanjang minggu ke-2 Desember 2023 adalah varian XBB.1.16 dan XBB.1.9.1.
"16 persennya itu XBB.1.16, kemudian ada XBB.1.9.1. Jadi JN.1, XBB itu adalah subvarian dari Omicron," lanjut Menkes Budi Gunadi Sadikin.
"Omicron itu, kalau SARS-CoV-2 itu COVID-nya, kakeknya lah. Omicron itu ayahnya, nah ini (JN.1 dan XBB) 'anaknya' gitu ya. Ini kira-kira anaknya."
Advertisement
Puncak Varian JN.1 Diprediksi Turun Februari 2024
Apabila prediksi puncak kasus COVID varian JN.1 pada Januari 2024, maka penurunan puncak diperkirakan pada Februari 2024.
"Nah, peak-nya berapa lama? Peak-nya paling 2 minggu sampai 4 minggu maksimal, kemudian terjadi penurunan," terang Menkes Budi Gunadi Sadikin.
"Jadi, mudah-mudahan nanti kita lihat, kalau misalnya peak-nya terjadi di Januari, itu harusnya sih Februari Insya Allah, ini sudah turun kembali."
Tidak Semua Kematian Akibat COVID
Budi Gunadi menambahkan, varian JN.1 relatif severity-nya dan hospitalisasinya rendah.
"Sampai sekarang kan kita lihat rumah sakit-rumah sakit kita sih masih relatif kosong (untuk pasien COVID). Bed Occupancy Ratio (BOR) masih relatif kosong. Memang ada beberapa kematian, sekitar berapa ini 27 orang,"
"Tapi 27 orang ini ada komorbidnya. Jadi dia masuk, sakit, biasanya sakit jantung atau dia stroke. Begitu dites, dia positif COVID. Jadi enggak semuanya meninggalnya gara-gara positif COVID, tapi gara-gara penyakit lainnya."
Ada 41 Kasus Varian JN.1
COVID Varian JN.1 yang merupakan turunan dari Omicron BA.2.86 kini bertambah menjadi 41 kasus di Indonesia. Data ini sebagaimana laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI per Senin, 19 Desember 2023.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)Â Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu, merinci kasus varian JN.1, yang mana temuan pasien positif tersebut lebih banyak dari DKI Jakarta.
"Per tanggal 19 Desember 2023, yaitu penemuan JN.1 di Indonesia sudah ada 41 kasus," kata Maxi dalam konfirmasi yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 21 Desember 2023.
Sebaran kasus COVID varian JN.1 dengan total 41 kasus, antara lain:
Pengambilan sampel kasus positif tanggal 6 - 23 November 2023 = 5 kasus
- 2 kasus dari Jakarta Utara
- 1 kasus dari Jakarta Selatan
- 1 kasus dari Jakarta Timur
- 1 kasus dari Batam
Pengambilan sampel tanggal 1 - 12 Desember 2023 = 36 kasus
- 29 kasus dari Jakarta Selatan
- 2 kasus dari Jakarta Timur
- 2 kasus dari Jakarta Utara
- 3 kasus dari BatamÂ
Advertisement