Liputan6.com, Jakarta - COVID-19 varian Omicron JN.1 telah ada di Indonesia dan diklasifikasikan sebagai Varian of Interest (VOI) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Keputusan WHO ini diambil ketika angka mobilitas meningkat jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Bertepatan pula dengan peningkatan kasus penyakit pernapasan di beberapa negara.
Baca Juga
Melansir Verywell Health, Variant of interest (VOI) bukanlah tingkat yang paling mengkhawatirkan. Ini hanyalah sesuatu yang perlu diwaspadai menurut para pakar kesehatan masyarakat. VOI berada di urutan ketiga dalam daftar klasifikasi varian yakni:
Advertisement
- Varian konsekuensi tinggi (VOHC)
- Varian yang menjadi perhatian (VOC)
- Varian minat (VOI)
- Varian sedang dipantau (VBM)
Saat ini, WHO tidak menganggap JN.1 menimbulkan risiko kesehatan masyarakat yang lebih serius dibandingkan varian lainnya. Tampaknya, varian ini tidak membuat orang semakin sakit atau membuat mereka lebih sering dirawat di rumah sakit.
Namun, virus ini tampaknya lebih mudah menyebar dan menghindari kekebalan dibandingkan varian lain yang beredar.
“Kami hanya melihat sedikit peningkatan pada kasus-kasus serius,” kata Dean Winslow, MD, profesor kedokteran di Stanford Health Care, kepada Verywell dikutip Jumat (22/12/2023).
“Di San Francisco Bay Area telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah kasus COVID-19, kasusnya meningkat, tapi banyak di antaranya yang mungkin bersifat ringan atau subklinis,” tambah Winslow.
Mendominasi di AS
Menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), JN.1 muncul sebagai jenis virus yang dominan di AS.
Meskipun penilaian risiko yang dilakukan WHO saat ini masih rendah, pemantauan terhadap virus ini akan membantu para peneliti mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai apakah penyakit tersebut telah menyebar ke seluruh dunia.
Asosiasi Medis Amerika (AMA) mengatakan, meskipun JN.1 tampaknya lebih mudah menular, para ahli tidak berpikir hal itu akan menyebabkan lonjakan penyakit serius atau rawat inap. Dibandingkan dengan varian sebelumnya seperti Delta dan strain asli SARS-CoV-2 dari awal tahun 2020.
Advertisement
Varian COVID-19 Akan Terus Bermunculan
Tara Vijayan, MD, seorang dokter di Divisi Penyakit Menular di Fakultas Kedokteran David Geffen UCLA, mengatakan bahwa COVID akan tetap ada, dan variannya akan terus bermunculan.
“SARS-CoV2 masih ada dan tidak akan kemana-mana. Itu tetap menular,” katanya.
“Orang-orang yang rentan (dengan sistem kekebalan tubuh lemah, orang lanjut usia) tetap berada pada risiko tertinggi. Fakta-fakta ini konsisten selama pandemi, bahkan dengan varian yang lebih baru.”
Sejauh ini JN.1 menimbulkan gejala yang sama dengan varian COVID lainnya, antara lain:
- Batuk
- Pilek
- Sakit tenggorokan
- Bersin
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Perubahan indera penciuman atau rasa.
Perlindungan Vaksin yang Ada Terhadap JN.1
Kabar baiknya, Vaksin COVID yang ada saat ini tetap dapat melindungi terhadap varian JN.1.
Menurut CDC, 99 persen varian berasal dari Omicron, jadi itulah dasar dari suntikan booster saat ini.
“Memastikan Anda mendapatkan dosis booster terbaru dapat membantu mencegah penyakit parah jika Anda sakit, mengurangi risiko infeksi ulang, dan dapat mengurangi peluang Anda terkena COVID yang berkepanjangan.”
Selain itu, mempraktikkan kebersihan tangan yang benar dan menjauhi siapa pun yang sakit masih merupakan cara yang paling mendasar dan benar untuk menghindari penularan. Langkah-langkah lain yang direkomendasikan para ahli meliputi:
- Mendapatkan vaksinasi dengan booster COVID, vaksinasi flu, dan vaksin penyakit saluran pernapasan (RSV) jika memenuhi syarat.
- Tetap di rumah jika sakit.
- Mengenakan masker atau respirator kelas medis (N95 atau KN95) di tempat ramai.
- Mencuci tangan dengan benar dan sering.
- Melakukan tes COVID jika memiliki gejala.
- Tetap terhidrasi, makan bergizi, dan cukup istirahat.
Advertisement