Liputan6.com, Seoul - Duka tengah menyelimuti para pecinta dunia hiburan Korea Selatan usai aktor Lee Sun Kyun ditemukan meninggal dunia di dalam mobilnya pada Rabu (27/12/2023) pagi. Bintang film Parasite yang berusia usia 48 tahun diduga meninggal karena bunuh diri.
Dugaan Lee Sun Kyun bunuh diri berembus setelah polisi menemukan briket arang yang menyala di dalam mobilnya. Sebelum meninggal, Lee Sun Kyun dikabarkan sempat menulis surat wasiat yang ditujukan untuk istrinya, Jeon Hye Jin, yang kemudian melaporkan tulisan tangan suaminya ke polisi.
Baca Juga
Jauh sebelum Lee Sun Kyun, banyak juga kematian selebriti atau artis Korea Selatan karena bunuh diri. Tak jarang pula, idol K-Pop ternama dan debut di mana-mana mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Advertisement
Lantas, apa yang menyebabkan kondisi bunuh diri tersebut terjadi?
Pengaruh Media Sosial
Jang Soong-nang, peneliti epidemiologi sosial di Universitas Chung-ang mengungkapkan, dalam hal bunuh diri di kalangan selebriti Korea Selatan, pengaruh media sosial sangat berperan.
Semua yang dilakukan dan dikatakan oleh para selebritis diungkap, dimanipulasi, dikritik, dan terkadang - didorong oleh politik identitas - menunjukkan kebencian.
"Peningkatan bunuh diri bukan karena apa yang disebut efek Werther -- fenomena keinginan untuk meniru tindakan bunuh diri. Jadi alasannya bahwa ini bukan tren peniruan,"Â ungkap Jang, dikutip dari DW, Rabu (27/12/2023).
"Apa yang terlihat di Korea Selatan adalah peningkatan bunuh diri, utamanya bagi perempuan yang terus berlanjut, dengan berbagai penyebab yang saling terkait."
Â
Persaingan yang tidak ada habisnya
Selepas Perang Korea 1950-1953, Korea Selatan menikmati perkembangan ekonomi yang pesat, tetapi apa yang disebut sebagai Keajaiban di Sungai Han (Miracle on the Han River) tidak terjadi tanpa pengorbanan yang besar.
Cita-cita pengorbanan tersebut, ditambah dengan klasisisme, usia, dan patriarki dalam masyarakat, menciptakan hambatan yang tidak dapat diatasi bagi wanita muda yang modern, mungkin ambisius, dan tidak konvensional
"Jalan menuju kesuksesan dipandang sebagai jalan yang terbuka melalui pendidikan, tergantung pada merek institut yang diikuti, seperti universitas "SKY". Bagi lulusan Seoul National, Korea and Yonsei Universities, pintu terbuka. Bagi yang lain, ini lebih merupakan perjuangan," lanjut Jang Soong-nang.
"Ada persaingan yang tidak ada habisnya. Mereka hanya bertahan hidup dari hari ke hari. Bertahan hidup itu sendiri sangat sulit, merupakan penderitaan, dan satu-satunya kebahagiaan yang mereka rasakan adalah dalam hal-hal yang sangat kecil seperti makan sesuatu yang lezat. Sedangkan untuk hal lain dalam hidup, semuanya tak tertahankan, sulit, dan kompetitif. Dan ketika mereka lulus dari universitas, sifat patriarkis dari budaya kerja Korea Selatan dapat menindas."
Advertisement
Lonjakan Bunuh Diri Perempuan
Pada pertengahan pertama tahun 2020, ketika pandemi COVID-19 melanda Korea Selatan, terjadi lonjakan 30 persen dalam kasus bunuh diri perempuan muda. Konsekuensi sosial dari krisis kesehatan telah membebani perempuan muda.
Korea Selatan memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik sejak dimulainya pandemi, dengan  Produk Domestik Bruto (PDB) yang menurun hanya 1 persen.
Penurunan yang tidak terlalu besar ini sebagian disebabkan oleh ekonomi negara yang didorong oleh ekspor, yang menawarkan sedikit kenyamanan bagi mereka yang bekerja di pekerjaan kelas bawah, pekerjaan sementara dan jasa, yang sebagian besar adalah perempuan.
Ketidaksetaraan Sosial yang Mengakar
Sebelum keadaan darurat kesehatan COVID-19, tingkat pengangguran kaum muda mencapai sekitar 20 persen, sekarang sekitar 25 persen, menurut data statistik Pemerintah Korea Selatan pada November 2021.
"Memperkuat pencegahan bunuh diri saja tidak cukup. Masalah yang mendorong orang untuk bunuh diri di sini berasal dari ketidaksetaraan sosial yang mengakar," pungkas Jang Soong-nang.
"Ini membutuhkan solusi jangka menengah dan panjang ... pekerjaan dan dukungan ekonomi bagi kaum muda berusia 20-an dan 30-an, dan lebih banyak lagi dukungan untuk keluarga muda dengan anak-anak."
Pengorbanan Menjadi Idol K-Pop
Sementara di dunia idol K-Pop, CedarBough Saeji, Assistant Professor of Korean and East Asian Studies di Pusan National University Department of Global and International Studies mengatakan, para idola berlatih selama bertahun-tahun.
"Hari-hari yang sering dimulai sebelum mereka menjadi trainee, karena mereka menghadiri pelajaran di lembaga persiapan yang membantu calon idol mempersiapkan diri untuk audisi. Setelah audisi yang sukses, proses trainee terus berlanjut," jelasnya, dikutip dari Gulf News.
"Seiring dengan semakin dekatnya waktu debut, hal ini bisa memakan waktu 15 jam atau lebih dalam satu hari dengan aktivitas yang padat, seperti latihan menari dan vokal."
Banyak yang memulai perjalanan menjadi idol K-Pop ini sebelum benar-benar memahami pengorbanan yang diperlukan.
"Para peserta harus belajar bahasa asing, dan dilatih untuk tampil dalam wawancara. Ini adalah proses yang menyeluruh, jelas Saeji.
"Bagian dari pengaturan ini adalah bahwa calon idola setuju untuk selalu berperilaku baik di depan publik yang waspada.
Menurut Saeji, di negara kecil seperti Korea Selatan, seorang selebriti tidak bisa begitu saja berjalan-jalan seperti orang biasa.
"Mereka akan selalu diawasi, dan akan selalu ada orang di dunia maya yang memutuskan untuk alasan yang mungkin sama sekali tidak dapat dibenarkan, untuk menimbulkan masalah dan rumor serta melontarkan kritik yang dapat membuat kehidupan seorang idola menjadi semakin tertekan," ujarnya.
Advertisement
KONTAK BANTUAN
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku:Â https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.