Liputan6.com, Jakarta - Virus polio tipe 2 disebut-sebut sebagai pemicu munculnya kasus lumpuh layu (Acute flaccid paralysis/AFP) di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim). Dijelaskan epidemiolog, Dicky Budiman bahwa virus penyebab poliomielitis atau polio terbagi dalam tiga tipe, yaitu tipe 1, tipe 2, dan tipe 3.
"Ada tiga tipe untuk virus polio ini. Tipe pertama disebut menyebabkan penyakit polio tipe 1," kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara dikutip Senin 8 Januari 2024.
Baca Juga
Dicky, menambahkan, sebelum ada program vaksinasi, tipe pertama atau tipe 1 ini menyebabkan sebagian besar kasus polio. Namun, seiring berjalannya waktu, dengan adanya vaksinasi maka kasus tipe 1 semakin berkurang dan bahkan semakin tidak terdeteksi.
Advertisement
Virus Polio Tipe 2
Sementara, kata Dicky, virus polio tipe 2 menyebabkan kasus yang cukup banyak meski secara global masih terbilang lebih jarang ketimbang tipe 1,"Nah, vaksin oral polio atau VOP telah sukses mengatasi polio tipe 2 dan sejak 2016, VOP ini sudah tidak lagi mengandung tipe 2."
Virus Polio Tipe 3
Di sisi lain, virus polio tipe 3 juga menyebabkan sejumlah kasus. Namun, jumlah kasusnya tetap lebih kecil dibanding tipe 1 dan tipe 2. "Sehingga seperti tipe 2, vaksin oral polio saat ini sudah banyak diubah untuk tidak mengandung tipe 3 sejak 2016," kata Dicky.Â
Peran Vaksin Polio
Menurut Dicky, vaksin polio memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan kasus.
"Peran vaksin polio ini sangat penting. Ada dua jenis sebenarnya, ada vaksin inaktif polio (inactive polio vaccine/IPV) yang melibatkan vaksin inaktif yang disuntikkan. Ini adalah virus yang sudah dinonaktifkan sehingga tidak menyebabkan penyakit," katanya.
Vaksin ini memicu respons kekebalan tubuh dan efektif melawan ketiga tipe virus polio.
Vaksin kedua adalah VOP atau vaccine oral polio. Berbeda dengan IPV, vaksin ini menggunakan virus yang dilemahkan dan dimasukkan melalui mulut seperti obat tetes.
"Dan, ini efektif memicu kekebalan di saluran pencernaan sehingga ini membantu mengeliminasi polio di banyak wilayah," ujar Dicky.
Vaksinasi Polio Terkendala COVID-19
Sayangnya, pada masa pandemi COVID-19, vaksinasi polio terhambat dan tidak diakses oleh banyak anak. Akibatnya, muncul kasus baru polio di Indonesia.
"Tentunya ini tidak bisa lepas juga dari situasi pandemi (COVID-19) di mana di masa pandemi program vaksinasi rutin polio ini terganggu, tidak bisa diberikan. Dan diperberat dengan adanya teori konspirasi, hoaks terhadap vaksin dan ini menyebabkan KLB di beberapa tempat," katanya.
Tak terlaksananya vaksinasi rutin memicu penurunan cakupan proteksi pada anak-anak.
"Nah, mengatasi KLB itu ya mau tidak mau harus ada revitalisasi program vaksinasi polionya. Kampanye massal untuk meningkatkan cakupan vaksinasi selain juga tentu meningkatkan sanitasi dan kebersihan lingkungan supaya menurunkan risiko penularan," ujar Dicky.
Advertisement
Penularan Polio di Indonesia
Vaksinasi menjadi penting mengingat virus polio lebih mudah menyebar di Indonesia. Terutama di daerah padat penduduk dengan sanitasi yang buruk.
"Pola penyebaran polio di Indonesia tentu relatif lebih mudah karena padat penduduk dengan sanitasi yang buruk. Nah, secara global pun sebetulnya ini masih terjadi pada negara-negara miskin terutama yang cakupan vaksin polionya sangat rendah," kata Dicky.
Sementara, negara-negara maju umumnya sudah dinyatakan bebas dari polio. Sayangnya, Indonesia masih sangat tertinggal dan masih sama dengan negara yang relatif miskin.
"Sebetulnya kita pernah mencapai status bebas polio, kalau tidak salah tahun 2014. Tapi yang liar ini masih ada, itulah sebabnya ketika ada satu saja kasus itu akan dikatakan sebagai KLB (kejadian luar biasa)," pungkas Dicky.