Liputan6.com, Jakarta - Puluhan juta orang di seluruh dunia memilih menggunakan rokok elektronik (vape) guna membantu diri sendiri berhenti merokok. Bagi mereka vape merupakan cara menyenangkan sebagai pengganti nikotin daripada yang lain.
Vaping sering digambarkan sebagai salah satu alternatif yang lebih aman dibanding merokok. Padahal, sudah banyak pakar yang menyebut vape lebih aman dari merokok adalah hoaks terbesar abad ini.
Baca Juga
Sejumlah penelitian baru mengungkap bahwa vape juga sama-sama memiliki risiko. Bagaimana tidak? Rokok elektrik bekerja dengan memanaskan cairan yang biasanya mengandung nikoin, pelarut, perasa, dan menghasilkan uap yang kemudian dihirup penggunanya.Â
Advertisement
Baru-baru ini, dokter di Children's National Hospital di Washington DC, Amerika Serikat, menemukan seorang gadis remaja yang tenggorokannya membengkak, disebut akibat kebiasaan nge-vape.Â
Remaja yang tidak disebut namanya mengunjungi dokter setelah suaranya menjadi serak. Dia merasa seperti ada yang sedang bersarang dalam tenggorokannya. Awalnya dokter tidak mencurigai hal itu sebagai akibat dari kebiasaan vaping-nya.
Dokter mengira remaja itu hanya mengalami alergi biasa. Namun, ketika diberi obat antihistamin, kondisi tenggorokan remaja itu belum juga membaik. Walhasil, dia segera dirujuk ke rumah sakit.Â
"Kami menguji spesimennya dalam sejumlah cara untuk sejumlah patogen pernapasan, termasuk virus pernapasan, virus influenza, virus Epstein-Barr, Streptococcus, dan banyak lagi. Namun, semua negatif," ujar salah seorang dokter yang melakukan penelitian ini, Michael Jason Bozzella, dikutip dari Mirror pada Jumat 12 Januari 2024.Â
Hasil tes yang dilakukan tidak menunjukkan kalau remaja tersebut terbukti terinfeksi jamur, bakteri, atau virus.
Namun, ketika berbicara mengenai keluhannya, remaja tersebut mengakui kalau dia memiliki kebiasaan nge-vape selama berbulan-bulan hingga akhirnya dia merasa ada yang salah dengan tenggorokan-nya.
Â
Â
Kebiasaan Merokok Vape Mengakibatkan Radang Amandel
Menurut dr Ainni Putri Sakih dari Rumah Sakit Timah Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, kebiasaan merokok --- baik merokok tembakau maupun vape --- dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan peradangan.
"Dua hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri dan jamur yang menyebabkan amandel bengkak," katanya.
Tidak hanya bakteri, lanjut Ainni, paparan bahan kimia yang beracun dalam jangka waktu yang cukup lama juga bisa menyebabkan gangguan pada amandel atau tonsil.
Kondisi ini yang sebabkan seseorang alami abses peritonsil. Bahkan, penelitian menunjukkan bawa perokok lebih berisiko menderita radang amandel kronis (berulang).Â
Ainni, mengatakan, gun mengurangi bengkak pada amandel, perokok harus menghentikan kebiasaan merokok sesegera mungkin.
"Semakin Anda sering merokok, semakin tinggi risiko iritasi tenggorokan yang menyebabkan amandel bengkak," ujarnya.Â
Kemudian, jika amandel bengkak tak kunjung hilang atau kembali lagi, dokter mungkin akan melakukan operasi pengangkatan amandel atau yang disebut juga dengan tonsilektomi.
Advertisement