Sukses

Gaya Hidup Sedentari Picu Berbagai Masalah Kesehatan, Begini Cara Memperbaikinya

Terlalu banyak duduk dan kurang gerak dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan dan diyakini sebagai penyebab utama naiknya angka obesitas.

dr Dinda Meraih Gelar Medical Bachelor, Bachelor of Surgery (M.B.B.S) dan Merampungkan Program Post Graduate Obstetric and Gynecology di Suzhou University, Suzhou, China pada 2014. Lalu Menjadi Dokter Adaptasi di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi yang mempermudah pekerjaan manusia telah menyebabkan banyak orang mengadopsi gaya hidup kurang gerak atau sedentary lifestyle.

Terlalu banyak duduk dan kurang gerak dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan dan diyakini sebagai penyebab utama naiknya angka obesitas.

“Duduk lebih dari empat jam per hari secara signifikan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan beberapa kondisi terkait obesitas lainnya,” mengutip Verywell Health, Kamis (11/1/2024).

Hingga kini tidak ada definisi pasti tentang apa yang dimaksud dengan gaya hidup sedentari. Namun, para peneliti memiliki beberapa metrik berbeda untuk mengukur apa yang dimaksud dengan gaya hidup sedentari.

Salah satu ukurannya adalah waktu yang dihabiskan seseorang untuk duduk atau berbaring selama terjaga (jam bangun). Menghabiskan empat hingga enam jam bangun untuk duduk atau berbaring dianggap kurang gerak.

Dalam jangka pendek, kurang gerak dapat meningkatkan depresi atau kecemasan. Hal ini juga dapat memengaruhi cara tubuh memproses lemak dan gula dalam makanan dan menyebabkan penambahan berat badan jika tidak membakar cukup kalori.

Sedangkan, dalam jangka panjang, gaya hidup sedentary dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, diabetes, dan kanker.

Selain meningkatkan kemungkinan kematian karena penyebab-penyebab ini, gaya hidup yang tidak banyak bergerak juga menurunkan kualitas hidup. Karena dapat memicu peningkatan nyeri lutut, tingginya angka depresi, dan penurunan fungsi kognitif.

2 dari 4 halaman

Cara Perbaiki Gaya Hidup Sedentari

Kabar baiknya, ada banyak cara untuk memperbaiki gaya hidup sedentari dengan menambahkan beberapa kegiatan sederhana agar tubuh jadi lebih banyak gerak.

Beberapa ide perbaikan gaya hidup sedentary yang dapat dilakukan yakni:

Lebih Banyak Jalan Kaki

Banyak penelitian telah membuktikan manfaat kesehatan dari berjalan kaki selama 30 menit setiap hari.

Jalan kaki berdampak positif terhadap kesehatan mental, penurunan kejadian penyakit kardiovaskular dan stroke, serta berdampak positif terhadap tekanan darah.

Sangat mudah untuk mulai lebih banyak berjalan kaki, bahkan di kantor. Misalnya dengan mencoba menambahkan aktivitas sebelum atau sesudah bekerja, seperti mengajak anjing jalan-jalan untuk waktu yang lebih lama.

3 dari 4 halaman

Pilih Tangga Ketimbang Lift

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2017 menemukan bahwa menaiki tangga dapat membakar lebih banyak kalori per menit dibandingkan jogging. Pasalnya, naik tangga dianggap sebagai aktivitas fisik dengan intensitas tinggi.

“Naik tangga dapat membantu Anda menjaga berat badan yang sehat serta membangun dan menjaga kekuatan tulang, sendi, dan otot.”

Berjalan di Tempat Parkir

Selama dapat melakukannya dengan aman, memarkir mobil di ujung tempat parkir atau di ujung jalan dari tempat tujuan adalah cara mudah untuk menambah langkah ekstra dalam satu hari.

“Sama halnya dengan naik tangga daripada lift jika bisa, jika Anda punya waktu dan bisa berjalan sedikit lebih jauh, Anda akan mendapat manfaat dari aktivitas tambahan.”

Selain itu, berjalan melintasi tempat parkir atau sekitar satu blok dari kantor juga dapat memberi waktu di luar untuk berjemur atau menikmati pergantian musim. Ini berdampak baik pula bagi kesehatan mental.

4 dari 4 halaman

Ubah Cara Bepergian

Cara bepergian di era modern dikaitkan dengan tingkat kelebihan berat badan dan obesitas.

Dibandingkan dengan cara bepergian yang lebih pasif (menggunakan mobil), cara aktif seperti berjalan kaki atau bersepeda memiliki banyak manfaat kesehatan dan potensi lebih besar untuk mencegah obesitas.

Bahkan angkutan umum tampaknya dikaitkan dengan indeks massa tubuh (BMI) yang lebih rendah dibandingkan dengan mengendarai mobil pribadi ke tempat kerja.

Berdiri di peron kereta seperti MRT dan KRL atau berjalan ke halte bus memerlukan lebih banyak langkah daripada sekadar berjalan dari pintu depan ke garasi. Lebih banyak waktu untuk berdiri baik untuk keseimbangan tubuh.