Liputan6.com, Jakarta Ibu kerap mengalami stres dalam menjalankan kesibukan harian seperti mengurus rumah, suami, anak, bahkan pekerjaan formalnya.
Menurut educational psychologist Orissa Rinjani, stres yang timbul dapat memengaruhi emosi ibu yang tanpa disadari dapat menular pada anak. Emosi yang tak stabil berdampak negatif pada pola pengasuhan, pemenuhan kebutuhan anak, bahkan berpengaruh pada pembentukan kelekatan emosional antara ibu dan anak.
Baca Juga
Hal ini menjadi isu serius yang terus berkembang di kalangan ibu. Di mana, porsi perhatian dan kasih sayang ibu terhadap anak menjadi kurang optimal sehingga dapat berimbas pada tumbuh kembangnya.
Advertisement
Selain itu, kecemasan ibu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
- Munculnya ragam penyakit baru yang dapat menimpa anak
- Tumbuh kembang anak yang kurang baik
- Ketidakhadiran ibu di momen-momen berharga anak
- Penggunaan gawai terlalu dini pada anak
- Kekhawatiran akan waktu yang berkualitas bersama anak semakin berkurang.
Hal-hal ini dapat mengganggu pikiran para ibu di Indonesia, baik yang bekerja maupun ibu rumah tangga.
Dilema seperti ini dirasakan oleh ibu asal Jakarta yang memiliki anak usia dua tahun dan bekerja sebagai akuntan, Gina.
“Di tengah kesibukan yang saya jalankan, membuat kedekatan dengan anak kurang maksimal ya, karena ketika bekerja, saya dan suami sepakat menitipkan anak kami ke daycare,” kata Gina dalam keterangan pers, Sabtu (27/1/2024).
“Walau selalu menyempatkan memeriksa kondisinya melalui komunikasi dengan pengasuh di daycare, rasanya berbeda, karena hanya bisa memantau dari jauh di waktu yang terbatas,” tambahnya.
Ibu Pegang Peran Lebih Besar dalam Memenuhi Kebutuhan Anak dan Domestik
Menanggapi hal ini, Orissa Rinjani mengatakan, ketika seorang ibu memilih bekerja, perlu disadari bahwa akan ada tantangan tersendiri.
Data menunjukkan, meski keterlibatan ayah dalam proses pengasuhan meningkat, ibu tetap memegang porsi dan peranan yang lebih besar terkait kebutuhan anak dan domestik.
“Oleh sebab itu, penting bagi para ibu modern untuk menyadari dan menerima: tidak bisa semua yang kita harapkan sempurna di waktu bersamaan. Di waktu tertentu, anak menjadi prioritas, di waktu lain, pekerjaanlah yang jadi prioritasnya,” kata Orissa.
Advertisement
Kesibukan Kurangi Sentuhan Ibu pada Anak
Orissa tak memungkiri, waktu 24 jam yang dimiliki ibu selalu terasa kurang. Tak jarang, kesibukan membuat bonding ibu dan anak yang melibatkan sentuhan menjadi terbatas, apalagi ketika anak jatuh sakit.
Seperti yang dirasakan ibu rumah tangga yang memiliki anak usia tujuh dan tiga tahun, Intan.
“Walaupun kita sudah memberikan perlindungan ekstra, anak tetap saja bisa terkena penyakit. Yang saya lakukan adalah berusaha selalu ada di sampingnya, agar ketika dia merasa tidak nyaman, saya dapat segera memberikan kenyamanan, salah satunya melalui sentuhan,” kata Intan.
Mengenai hal ini, Orissa menyampaikan, ketika kondisi anak sakit, ibu merupakan “dokter” terdekat sebagai pertolongan pertama.
Hal sederhana yang dapat dilakukan namun sangat bermanfaat, salah satunya adalah sentuhan ibu atau skin-to-skin contact. Ini dapat menghasilkan ketenangan dan kehangatan yang tak terlupakan.
Ikatan antara ibu dan anak merupakan landasan perkembangan emosional, sosial, dan kognitif yang tak terputuskan.
Salah satu cara untuk membangun ikatan tersebut adalah melalui teknik skin-to-skin contact yang dilakukan secara konsisten.
Tips Lakukan Kontak Kulit dengan Anak
American Academy of Pediatrics pun merekomendasikan hal tersebut, di mana anak akan merasa terhibur sekaligus mengurangi stres yang dialami melalui sentuhan kulit ibu yang dirasakan.
Namun, kendala terkait pembagian waktu yang tepat untuk menciptakan bonding time bersama anak menjadi masalah utama. Ini terutama dialami oleh kebanyakan ibu modern yang produktif di rumah maupun di dunia kerja.
Orissa pun memberikan beberapa tips bonding melalui skin-to-skin contact antara ibu dan anak sebagai pedoman para ibu modern:
Lakukan Sejak Awal
Mulailah skin-to-skin contact sejak awal. Sejak mengandung hingga melahirkan, ibu memiliki ikatan emosional yang unik dengan masing-masing anaknya.
Maka mulailah usapan atau pijatan lembut segera setelah masa kelahiran untuk membantu menguatkan ikatan emosional, sekaligus kehangatan yang dikenal dan akan diingat oleh anak.
Buat Jadwal yang Konsisten
Jadwalkan ritual skin-to-skin secara rutin dan konsisten untuk meningkatkan bonding yang kuat dengan sang anak.
Manfaatkan momen pagi dan sore hari setelah mandi, serta waktu sebelum tidur, lanjutkan dengan membalurkan balsam khusus bayi dan anak untuk memberikan kehangatan yang lebih lama pada area leher, dada, dan perut di atas pusar searah jarum jam. Ditambah dengan pijatan halus pada punggung.
Cukup luangkan waktu 15-20 menit setiap hari. Ini dapat membantu membangun kebiasaan sehat dalam keluarga dan menciptakan momen kebersamaan keluarga serta ikatan emosional antara ibu dan anak.
Advertisement