Sukses

Bukan Cuma Balita, Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Juga Harus Diperhatikan untuk Cegah Stunting

Kebutuhan gizi ibu hamil harus dipastikan terpenuhi dalam hal jumlah maupun jenis agar janin dalam kandungannya tumbuh dengan baik.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan upaya mencegah stunting bukan hanya fokus pada pemenuhan gizi balita tapi juga ibu hamil.

"Selain fokus ke balita, ibu hamil juga mesti kita kejar karena banyak yang kita amati pada balita sudah tertangani tetapi yang lahir itu berat badannya kurang," katanya pada acara peringatan Hari Gizi Nasional di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Minggu, 28 Januari 2024.

Kebutuhan gizi ibu hamil harus dipastikan terpenuhi dalam hal jumlah maupun jenis agar janin dalam kandungannya tumbuh dengan baik. Sehingga saat lahir berat badan cukup atau di atas 2,7 kg yang mengurangi risiko anak menjadi stunting. 

Menkes: Perhatikan Gizi di Tahun Pertama Kehidupan

Budi juga menyampaikan bahwa para orangtua mesti memperhatikan pemenuhan kebutuhan gizi anak. Otak anak berkembang pesat pada saat usianya kurang dari setahun. Pada masa-masa itu asupan protein dibutuhkan untuk mendukung perkembangan otak anak.

Tak berhenti di situ, selama lima tahun kehidupan anak alias balita orangtua harus terus memantau pertumbuhan yakni tinggi dan berat badan anak. Hal ini guna mendeteksi dini indikasi stunting dan masalah kesehatan yang lain.

Intervensi harus segera dilakukan apabila anak terindikasi mengalami masalah pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan dan pengukuran badan anak.

"Kalau sudah mengalami masalah gizi harus diberikan makanan berprotein hewani. Makanannya boleh apa saja tapi yang penting ada protein hewani, bisa telur, ikan, atau daging," kata Budi mengutip Antara.

2 dari 3 halaman

Bila Ingin Anak Pintar Tidak Boleh Kurang Gizi

Budi mengatakan bila orangtua ingin anak pintar dan sehat, maka di tahun pertama kehidupannya harus dipastikan tidak kekurangan gizi. 

"Kalau ingin sehat dan pintar anak-anak tidak boleh kurang gizi, karena kalau kekurangan gizi pasti enggak bisa pintar," tutur pria yang karib disapa BGS itu.

Pemerintah menjalankan berbagai program untuk mencegah dan mengatasi stunting dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045.

"Presiden Jokowi ingin Indonesia Emas, itu artinya kita menjadi negara maju. Enggak mungkin kalau orangnya enggak sehat dan enggak pintar," kata Budi.

"Kalau enggak bisa pintar pasti gajinya kecil. Kalau gajinya kecil, pasti enggak bisa jadi negara maju, logikanya begitu," ia menambahkan.

3 dari 3 halaman

Stunting dan Target Penurunan Angka Stunting

Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Stunting tidak hanya dikaitkan dengan pertumbuhan fisik anak yang terhambat, melainkan juga menjadi sebab otak anak tidak berkembang optimal. Perkembangan otak yang terhambat itu dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar anak tidak maksimal serta berdampak pada prestasi belajar yang buruk.

Efek jangka panjang kondisi stunting dan kurang gizi kronis akan dirasakan individu bahkan setelah dewasa. Stunting dan kondisi kurang gizi lainnya kerap kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko gangguan kesehatan seperti diabetes, hipertensi, obesitas, dan kematian akibat infeksi.

Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6 persen pada 2022. Pemerintah menargetkan prevalensi stunting bisa diturunkan menjadi 14 persen pada 2024.

Video Terkini