Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa dirinya orang dengan genetik kanker yang tinggi. Menkes mengungkapkan kisah keluarganya yang penuh dengan tragedi akibat penyakit kanker.
Ibunya, begitu juga ibu mertuanya, meninggal dunia usai bertarung melawan kanker, masing-masing pada kanker paru-paru dan kanker payudara. Kesedihan semakin menyelimuti hidup Menkes Budi ketika ayah mertuanya juga berpulang akibat kanker prostat.
Baca Juga
"Itu sebabnya kenapa saya bilang kanker itu dekat di hati. Jadi, saya tahu juga, genetically saya high risk individu," kata Menkes Budi saat menghadiri Peringatan Hari Kanker Sedunia 2024 dengan tema 'Close the Care Gap' di Pantai Indah Kapuk 2, Tangerang, Banten pada Minggu, 4 Februari 2024.
Advertisement
Dalam kesempatan itu, orang nomor satu di Kementerian Kesehatan RI mendorong masyarakat mengadopsi gaya hidup sehat dan tidak takut deteksi dini kanker. "Kanker itu, setelah saya pelajari, strateginya harus di-deteksi dini. Kalau kita tahu kanker dini dengan teknologi yang ada sekarang, survivability rate-nya tinggi. Kependeritaan masyarakat jauh lebih rendah," katanya.
"Kalau itu ketahuannya terlambat, kemungkinan wafatnya besar. Penderitaannya banyak. Jadi, teman-teman, tolong promosikan agar masyarakat kita mau deteksi dini kanker," ujar Menkes Budi kepada para pejuang kanker (cancer survivor) yang hadir dalam acara itu.
Kesenjangan dalam pemahaman dan pengobatan kanker menjadi salah satu tantangan utama dalam melawan penyakit mematikan ini. Beberapa kesenjangan yang melekat di masyarakat termasuk informasi yang salah tentang kanker, keterlambatan dalam penanganan, dan penolakan pasien atau keluarga terhadap pengobatan kanker.
Â
Â
Alasan Banyak Kasus Kanker Datang pada Stadium Lanjut
Penolakan berobat sering terjadi karena ketidaktahuan pasien, menyebabkan sebagian besar kasus datang pada stadium lanjut. Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa lebih dari 70 persen pasien kanker didiagnosis pada stadium lanjut. Menurut jurnal yang dirilis oleh Jurnal Kedokteran Indonesia pada 2021, 86 persen pasien kanker mengalami keterlambatan pengobatan.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Prof Dr dr Aru Wisaksono SpPD-KHOM FINASIM, menekankan pentingnya dukungan dan kebersamaan dari keluarga dan lingkungan sekitar bagi pasien kanker. Dia menyatakan bahwa informasi yang tepat dan dukungan aktif berkontribusi besar dalam memberikan perawatan terbaik.
Lebih lanjut, Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou, mendukung perluasan edukasi kanker dengan menyelenggarakan pameran seni 'Close the Care Gap' dan seminar edukasi. Pameran ini menampilkan lebih dari 150 karya seni dari penyintas kanker untuk menghadirkan cerita perjalanan para pejuang kanker.
Â
Advertisement
Peluncuran Pusat Edukasi Seputar Kanker
"MSD Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong perluasan edukasi terkait kanker guna menghilangkan kesenjangan informasi di masyarakat. Dengan langkah-langkah inovatif, kami berupaya menjembatani pemahaman masyarakat tentang penyakit dan pengobatan kanker," katanya.
Selain itu, MSD Indonesia meluncurkan @NgobrolinKanker, pusat edukasi dan informasi terpercaya seputar kanker. Langkah-langkah inovatif ini diambil dengan harapan dapat menghilangkan kesenjangan informasi di masyarakat dan memberikan kontribusi positif dalam perjuangan melawan kanker serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
George menegaskan komitmen perusahaan dalam menghadirkan informasi yang akurat, mengajak masyarakat untuk bersama-sama membuat perubahan dan kemajuan nyata dalam mengurangi dampak kanker secara luas.