Liputan6.com, Jakarta - Penelitian baru mengungkap bahwa ibu hamil yang mengonsumsi makanan ultra-olahan atau makanan cepat saji selama kehamilan menempatkan janin pada risiko kesehatan yang lebih besar.
Selain kandungan lemak dan kalorinya, risiko ini berasal dari bahan kimia yang sering terkandung dalam burger dan kentang goreng, menurut sebuah penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington yang diterbitkan bulan lalu di Environment International.
Baca Juga
Dikenal sebagai ftalat, bahan kimia ini biasanya dikeluarkan dari bungkus makanan cepat saji atau sarung tangan plastik pekerja dan telah dikaitkan dengan autisme, ADHD, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah.
Advertisement
Ketika makanan terkontaminasi oleh bahan pemlastis berukuran mikro yang berbahaya ini, bahan kimia tersebut dapat masuk ke aliran darah ibu hamil.
“Saat ibu terpapar bahan kimia ini, bahan kimia ini dapat melewati plasenta dan masuk ke sirkulasi janin,” kata penulis senior Dr. Sheela Sathyanarayana, dokter anak di UW Medicine, dilansir New York Post.
Ketika 1.031 wanita hamil diteliti pada trimester kedua kehamilan mereka, para peneliti menemukan bahwa konsumsi makanan ultra-olahan yang lebih banyak dikaitkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari salah satu ftalat yang paling umum dan berbahaya.
Para peneliti memperingatkan bahwa selain makanan cepat saji seperti kentang goreng, roti burger, dan minuman ringan, campuran kue juga bisa berisiko.
“Kami tidak menyalahkan orang hamil di sini,” kata peneliti Brennan Baker. “Kita perlu memanggil produsen dan legislator untuk menawarkan pengganti [dalam penanganan dan pengemasan makanan], dan pengganti yang mungkin tidak lebih berbahaya.”
Disarankan Konsumsi Makanan yang Lebih Menyehatkan
Kini, Sathyanarayana menyarankan ibu hamil untuk menghindari makanan cepat saji dan makanan olahan sebisa mungkin.
Sebaliknya, mereka sebaiknya memilih buah-buahan, sayuran, daging tanpa lemak, dan menu sarapan yang terbuat dari buah-buahan organik seperti kurma, bukan lemak dan gula.
“Carilah jumlah bahan yang lebih rendah dan pastikan Anda dapat memahami bahan-bahannya,” ujarnya.
Penelitian yang tidak terkait juga menemukan bahwa anak laki-laki yang lahir dari ibu yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes.
Advertisement