Liputan6.com, Jakarta - Semua orang dapat mengalami masalah mental pasca Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Baik masalah yang ringan maupun gangguan mental serius.
Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa RS Pondok Indah (RSPI) - Pondok Indah, Ashwin Kandouw, masalah mental seperti stres dapat memengaruhi kondisi kesehatan lain yang sudah diidap atau komorbid.
Baca Juga
“Sekarang stres itu semakin diyakini punya peran yang besar terhadap komorbid, jantung, stroke, gangguan pembuluh darah. Stres sekarang dianggap sebagai suatu faktor yang sangat menentukan, sangat besar pengaruhnya, sangat penting,” kata Ashwin kepada Health Liputan6.com dalam wawancara daring, Selasa (13/2/2024).
Advertisement
Salah satu yang sering terjadi adalah pengaruh stres terhadap lambung, lanjutnya. Ketika stres meningkat, maka asam lambungnya pun ikut meningkat.
“Kemudian, stres terkait juga dengan gangguan metabolik seperti diabetes, ada pengaruh yang cukup besar.”
Mengingat kondisi stres dapat memengaruhi kondisi komorbid lain, maka Ashwin berharap agar Pemilu 2024 dapat berjalan dengan bahagia. Setiap calon dan pendukung perlu menerima menang atau kalah sehingga tidak terlalu banyak stres dan terhindar dari rumah sakit akibat komorbidnya kambuh.
“Memang itu (stres dan komorbid) ada kaitan yang sangat kuat,” katanya.
Semua Orang Punya Risiko Alami Masalah Kesehatan Mental
Sebelumnya, Ashwin mengatakan bahwa semua orang memiliki risiko mengalami masalah mental pasca Pemilu.
“Semua berisiko, baik yang mencalonkan, baik anggota partai maupun pendukung-pendukung setia. Tidak pasti bahwa Capres karena biaya yang dikeluarkan lebih besar maka lebih stres, tidak selalu begitu.”
“Makanya, faktornya adalah bagaimana ketahanan mental seseorang. Ketahanan mental tuh ada yang memang dari kepribadiannya dia sudah tangguh, ada juga yang rentan. Nah, mau dia tangguh kek, mau dia rentan kek, akan lebih baik kalau dia mempersiapkan diri untuk kemungkinan menang maupun kalah,” jelas Ashwin.
Advertisement
Kesiapan Mental Jadi Hal Penting
Ashwin menggarisbawahi bahwa kesiapan mental itu penting. Sementara, kesiapan mental setiap orang tidak dapat diukur.
“Kita sendiri yang harus membangun itu, bahwa ini adalah Pemilu, enggak mungkin semuanya menang. Berarti ada yang menang ada yang kalah, kalau menang ya amanah, tapi kalau kalah jangan seakan-akan dunia ini runtuh, semuanya hancur berantakan, enggak perlu begitu aja kan.”
Tingkat kesiapan mental setiap orang yang berbeda ini menjadi alasan mengapa masalah mental yang dirasakan berbeda pula.
Misalnya, seorang Capres mengeluarkan banyak modal tapi tak terpilih. Namun, hal ini tak membuatnya stres dan cenderung legowo karena memiliki kesiapan mental yang baik. Sebaliknya, pendukung bisa saja merasa stres, lebih stres dari yang didukungnya karena kesiapan mentalnya kurang baik.
Persiapkan Kesehatan Mental
Ashwin pun menjelaskan, salah satu cara mempersiapkan kesehatan mental di masa Pemilu adalah dengan berpikir bahwa kalah bukanlah akhir dari segalanya.
“Kalah itu bukan artinya akhir dari segalanya. Jangan ditaruh di tatanan seakan-akan hidup mati kita ada di situ, enggak perlu sampai begitu. Ini hanya soal memilih pemimpin untuk lima tahun ke depan.”
“Saya bukan meremehkan juga, tapi bukan artinya masalah hidup mati kita tergantung dari Pemilu ini.”
Dia pun menyampaikan bahwa dokter dapat membantu masalah-masalah mental yang dialami pasca Pemilu.
“Prinsipnya, semua rumah sakit yang punya psikiater, pasti bisa membantu. Dan saya kira semua rumah sakit punya psikiater, harusnya. Kami dari gugusan psikiater siap untuk menolong kalau memang ada yang memerlukan,” tutupnya.
Advertisement