Liputan6.com, Tangerang Selatan Para lansia penghuni Panti Wreda Yayasan Bina Bhakti di Babakan, Setu Tangerang Selatan Rabu, 14 Februari 2024 pagi sudah menggunakan hak pilih dalam Pemilu 2024. Tak perlu keluar panti, cukup dari teras halaman panti puluhan oma dan opa serta staf bisa menggunakan hak pilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Khusus 901.
Agar proses pencobolosan berlangsung lancar, jam makan pagi yang biasanya pukul 6.30 khusus untuk tadi dimajukan menjadi pukul 06.00.
Baca Juga
"Iya memang kami majukan sarapannya jadi pukul 06.00 sehingga nanti pada saat pencoblosan tidak terburu-buru," kata pengurus Panti Wreda Yayasan Bina Bhakti Anyus ke Health Liputan6.com.
Advertisement
Sekitar pukul 07.00 Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) sudah mulai mengecek surat suara dan membuka boks tempat memasukkan surat suara serta kelengkapan data lainnya. Setelah itu, baru pada pukul 08.00 para oma dan opa secara bergantian menggunakan hak suaranya dengan data yang tercatat ada 123 DPT.
"DPT yang tercatat ada 123 tapi jadi ada 109 pemilih karena ada 14 yang tidak bisa memilih termasuk diantaranya meninggal dunia," kata Ketua KPPS M Haru di sela-sela pemungutan suara.
Salah satu penghuni panti yang tak sabar ikut nyoblos adalah Dora. Lansia ini sejak pukul 06.00 sebenarnya sudah tak sabar ingin memilih.
"Kami sudah siap dari tadi," katanya.
Antusiasme memilih presiden dan anggota legislatif juga diungkapkan Juliana. Oma yang menggunakan kursi roda dalam mobilitasnya ini mengatakan sejak semalam sudah berdoa untuk kelancaran pencoblosan hari ini.
"Semangat dong, kita bawa dalam doa," tutur wanita yang karib disapa Juli.
Â
Ritme Pencoblosan Perlahan-lahan
Ritme pencoblosan di TPS khusus seperti di panti wreda berbeda dengan TPS pada umumnya. Ritme para pemilih cenderung perlahan mengingat keterbatasan fisik para oma dan opa.
Mayoritas oma dan opa di Panti Wreda Yayasan Bina Bhakti saat memilih pun menggunakan pendamping saat mencoblos. Pendamping membantu tergantung kebutuhan pemilih, misalnya membantu berjalan ke bilik suara, membukakan kertas suara atau membacakan pilihan presiden atau wakil presiden dan anggota legislatif.
"Kami maksimalkan pelayanan dan penuh kehati-hatian apalagi beberapa penghuni panti masih dalam perawatan (kondisi sakit). Jadi harus hati-hati dan sabar," kata M. Harun.
Penghuni panti tertua yang berusia 95 tahun pun turut serta menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024.
Â
Advertisement
Datangi Penghuni Panti yang Tidak Bisa Hadir Langsung di TPS
Sesudah oma opa yang bisa datang ke TPS dan staf panti mencoblos, pencoblosan kemudian menjemput bola. Yakni mendatangi penghuni panti yang tidak bisa datang ke TPS.
Salah satunya yang mencoblos dari tempat tidur adalah Oma Ong. Berusia 86 tahun, Ong begitu antusias kala mencoblos.
"Mana kacamataku," katanya sebelum mencoblos.
Meski dari atas tempat tidur, kerahasiaan pilihan suara Ong tetap terjaga lantaran petugas KPPS menutupi dengan sarung. Sehingga para saksi, penghuni panti, petugas KPPS pun bisa menghormati proses pencoblosan.
Tampak Ong antusias menggunakan hak pilihnya tak ketinggalan mencelupkan jarinya ke tinta tanda sudah mencoblos.
Â
Tak Bisa Memilih
Sementara itu, ada beberapa penghuni panti yang didatangi namun petugas KPPS, Pengawas Pemilu dan para saksi sepakat bahwa yang bersangkutan tidak bisa menggunakan hak pilihnya lantaran beberapa faktor.
Termasuk diantaranya tidak bisa diajak berkomunikasi, tidak bisa menggerakkan anggota tubuh dan hilang ingatan. Lalu,ada tiga penghuni panti werdha yang sudah menggunakan alat bantuan napas dan tak mampu berkomunikasi.
Â
Advertisement