Liputan6.com, Jakarta Hari Obesitas Sedunia jatuh setiap 4 Maret atau tepat pada hari ini. Memperingati hari tersebut, dokter spesialis bedah konsultan bedah digestif Eka Hospital BSD, Handy Wing menjelaskan salah satu penanganannya.
Salah satu penanganan obesitas atau kelebihan berat badan ekstrem adalah operasi bariatrik. Operasi bariatrik adalah prosedur medis yang bertujuan membantu menurunkan berat badan secara drastis pada orang dengan obesitas morbid. Prosedur bariatrik ini direkomendasikan bagi mereka dengan kondisi:
Baca Juga
- Memiliki indeks massa tubuh (IMT) 40 atau lebih
- Memiliki IMT 35 atau lebih dengan komorbiditas terkait obesitas, seperti diabetes tipe 2, apnea tidur obstruktif, atau hipertensi
- Gagal menurunkan berat badan dengan metode lain seperti diet, olahraga, dan terapi perilaku.
Operasi bariatrik tidak dapat dilakukan pada sembarangan orang. Ada syarat yang harus dipenuhi pasien jika ingin melakukan operasi bariatrik, seperti:
Advertisement
- Evaluasi menyeluruh oleh tim medis, termasuk psikolog dan ahli gizi
- Komitmen untuk mengikuti perubahan gaya hidup setelah operasi
- Berhenti merokok dan minum alkohol
- Memiliki kondisi kesehatan yang stabil
Manfaat Operasi Bariatrik
Adapun manfaat operasi bariatrik di antaranya:
- Menurunkan berat badan secara drastis dan berkelanjutan
- Meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan secara keseluruhan
- Mengurangi risiko komplikasi terkait obesitas, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan stroke.
Jenis Operasi Bariatrik
Prosedur bedah bariatrik terdiri dari beberapa jenis. Biasanya, jenis ini disesuaikan dengan kondisi pasien. Berikut jenis operasi bariatrik yang umumnya dilakukan:
Roux-en-Y Gastric Bypass
Roux-en-Y Gastric Bypass adalah prosedur paling populer dalam bariatrik. Prosedur ini membagi lambung menjadi dua bagian, menciptakan kantong kecil yang hanya mampu menampung sedikit makanan.
Jalur usus pun diubah, melewati sebagian besar lambung dan usus halus, sehingga penyerapan kalori dan lemak berkurang drastis.
Advertisement
Sleeve Gastrectomy
Jenis kedua adalah Sleeve Gastrectomy. Operasi bariatrik jenis ini memotong sekitar 80 persen lambung, meninggalkan kantong panjang seperti tabung.
Lambung yang lebih kecil tak hanya menampung lebih sedikit makanan, tetapi juga menghasilkan hormon ghrelin yang lebih sedikit. Ghrelin adalah hormon yang memicu rasa lapar.
Biliopancreatic Diversion with Duodenal Switch (BPD/DS)
BPD/DS adalah kombinasi dua operasi, pertama dilakukan sleeve gastrectomy, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan dan penyambungan kembali usus untuk meminimalkan penyerapan nutrisi. Prosedur ini efektif, tetapi berisiko tinggi, termasuk kekurangan gizi dan vitamin.
Single-Anastomosis Duodeno-Ileal Bypass with Sleeve Gastrectomy (SADI-S)
Mirip dengan BPD/DS, SADI-S juga menggabungkan sleeve gastrectomy dengan modifikasi usus. Prosedur ini menawarkan efektivitas yang serupa dengan BPD/DS, tapi dengan risiko komplikasi yang lebih rendah.
Risiko Operasi Bariatrik
Operasi bariatrik umumnya aman dilakukan. Meski demikian, sama seperti segala tindakan medis yang ada, operasi bariatrik tetap memiliki risiko efek samping.
Beberapa risiko yang mungkin terjadi di antaranya:
- Pendarahan
- Infeksi
- Penggumpalan darah
- Hernia
- Sumbatan kecil pada saluran cerna
- Kebocoran pada usus atau lambung yang dijahit.
Selain itu, masalah penyerapan nutrisi (malabsorpsi) juga jadi salah satu risiko jangka panjang dari operasi bariatrik.
“Walaupun demikian, Anda tidak perlu khawatir. Biasanya, sebelum memutuskan menjalankan operasi apa pun, termasuk bariatrik, dokter akan menimbang dulu risiko yang mungkin terjadi dan keuntungan yang didapat bagi pasien,” kata Handy dalam keterangan pers dikutip, Senin (4/3/2024).
Apabila dokter menilai manfaatnya jauh lebih besar untuk pasien ketimbang risiko yang akan muncul, operasi bariatrik aman dilakukan. Terlebih, operasi bariatrik adalah salah satu prosedur yang sudah terbukti dalam mengatasi obesitas kelas 3.
Advertisement