Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih menghadapi beban penyakit menular tropis yang tinggi meski sudah ada upaya pencegahan dan pengendalian serta ketersediaan pengobatan yang efektif. Hal ini disampaika Deputi Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia, Momoe Takeuchi.
Menurut Takeuchi, penyakit tropis terabaikan tersebut menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kecacatan serta stigma khususnya pada kelompok marjinal.
Baca Juga
"Penyakit tropis terabaikan menyebabkan tingginya angka kesakitan, kecacatan, dan stigma, terutama mempengaruhi populasi yang paling miskin dan marjinal, termasuk anak-anak, perempuan, dan lansia," kata Momoe dalam Peringatan Hari NTD's Sedunia 2024 di Jakarta, Rabu, dilansir Antara.
Advertisement
Momoe Takeuchi mengatakan, secara global, terdapat 21 Penyakit Tropis Terabaikan atau Neglected Tropical Diseases/NTD yang disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk virus, bakteri, protozoa dan cacing parasit.
"Sebelas dari penyakit tersebut dapat ditemukan di Indonesia," ujarnya.
Upaya memerangi NTD, kata Takeuchi, sangat penting guna mencapai cakupan kesehatan semesta dan memastikan hak setiap orang untuk sehat terpenuhi.
Bersamaan dengan penyakit menular seperti demam berdarah dan tuberkulosis, Takeuchi melanjutkan, Indonesia juga berjuang mengeliminasi dan memberantas NTD seperti filariasis, kecacingan, schistosomiasis (demam keong), kusta serta frambusia.
Sementara penyakit lainnya seperti skabies, rabies, dan gigitan ular berbisa juga ikut memengaruhi kesehatan masyarakat dan memerlukan perhatian otoritas berwenang.
Pada Hari NTDs Sedunia 2024, WHO mengajak semua orang, termasuk pemimpin, pejabat pemerintah, dan masyarakat, untuk bersatu, bertindak, dan mengeliminasi NTD di dunia.
"Kami juga mengajak untuk berinvestasi dengan berani dan berkelanjutan untuk membebaskan sekitar 1,6 miliar orang di komunitas paling rentan di dunia dari lingkaran setan penyakit dan kemiskinan yang berkepanjangan," katanya.
Â
WHO Dorong Indonesia Eliminasi Frambusia dan Demam Keong
Â
Di Indonesia, WHO mendorong para pemimpin tingkat nasional serta daerah untuk mengeliminasi frambusia di seluruh negeri. Saat ini, kasusnya dilaporkan kurag dari 50 pada 2023.
WHO juga mendorong upaya eliminasi demam keong yang saat ini terdapat di 28 desa, serta eliminasi kusta dan filariasis pada 2030.
"Untuk mencapai target ini kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dan memastikan akses ke sumber daya kesehatan seperti obat-obatan, perlengkapan diagnosis, dan vaksin sangatlah penting," katanya.
Â
Â
Advertisement
Apresiasi Pemerintah Indonesia
WHO mengapresiasi Pemerintah Indonesia atas kepemimpinannya yang kuat dalam menerapkan pendekatan verifikasi eliminasi subnasional untuk memverifikasi upaya eliminasi dari desa hingga provinsi.
Takeuchi pun menyampaikan, WHO siap mensertivikasi eliminasi dan pemberantasan di tigkat nasional.
Pendekatan ini telah diakui oleh negara-negara lain, kata dia, khususnya negara besar seperti Indonesia.
"Hari ini saya mengucapkan selamat kepada 99 kabupaten/kota yang telah diverifikasi bebas dari frambusia dan tiga kabupaten yang telah mengeliminasi filariasis," katanya.
Komitmen WHO Dukung Indonesia Capai Target Akhiri Epidemi NTD
WHO mengajak seluruh elemen masyarakat di Indonesia untuk merayakan kesuksesan tersebut dan mendorong kabupaten/kota lain untuk menerapkan strategi serupa pada daerah yang sukses mengeliminasi frambusia.
"WHO berkomitmen untuk mendukung Indonesia dalam mencapai target SDGs untuk mengakhiri epidemi NTD dan penyakit menular lainnya pada tahun 2030," katanya.
Advertisement