Sukses

WHO: 4,9 Juta Anak di Dunia Meninggal Sebelum Ulang Tahun Kelima

WHO mengatakan setiap enam detik ada satu balita yang meninggal.

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa diperkirkan 4,9 juta anak di dunia meninggal sebelum ulang tahun kelima. Artinya, setiap enam detik ada satu balita yang meninggal.

Jumlah ini dinyatakan sebagai angka terendah dalam sejarah menurut perkiraan terbaru per 2022 yang dirilis hari ini (13/3) oleh United Nations Inter-agency Group untuk Estimasi Kematian Anak (UN IGME).

Sementara, menurut data UN IGME per 2018, angka kematian anak di bawah 5 tahun adalah 5,4 juta.

Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan, di balik penurunan ini terdapat kisah tentang bidan dan tenaga kesehatan terampil yang membantu para ibu melahirkan bayinya dengan aman.

Ada pula petugas kesehatan yang melakukan vaksinasi dan melindungi anak-anak dari penyakit mematikan. Dan petugas kesehatan masyarakat yang melakukan kunjungan rumah untuk mendukung keluarga guna memastikan dukungan kesehatan dan gizi yang tepat bagi anak-anak.

“Melalui komitmen individu, komunitas, dan negara selama puluhan tahun untuk menjangkau anak-anak dengan layanan kesehatan berbiaya rendah, berkualitas, dan efektif, kami telah menunjukkan bahwa kami memiliki pengetahuan dan alat untuk menyelamatkan nyawa,” kata Russell dalam keterangan resmi WHO, Rabu (13/3/2024).

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa saat ini terdapat lebih banyak anak yang bertahan hidup dibandingkan sebelumnya, dengan angka kematian balita global yang menurun sebesar 51 persen sejak tahun 2000.

2 dari 4 halaman

Mayoritas Kematian Ada di Afrika dan Asia Selatan

Beberapa negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah telah melampaui penurunan ini. Sehingga menunjukkan bahwa kemajuan dapat dicapai bila sumber daya dialokasikan secara memadai untuk layanan kesehatan primer, termasuk kesehatan dan kesejahteraan anak.

Misalnya, temuan menunjukkan bahwa Kamboja, Malawi, Mongolia, dan Rwanda telah mengurangi angka kematian balita sebanyak lebih dari 75 persen sejak tahun 2000.

Namun, temuan ini juga menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih ada jalan panjang untuk mengakhiri semua kematian anak dan remaja yang dapat dicegah.

Selain hilangnya 4,9 juta nyawa sebelum usia lima tahun – hampir setengahnya adalah bayi baru lahir – 2,1 juta anak-anak dan remaja berusia 5-24 tahun juga kehilangan nyawa. Sebagian besar kematian ini terkonsentrasi di Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan.

3 dari 4 halaman

Kematian Anak Disebabkan Hal yang Dapat Dicegah

Hilangnya nyawa secara tragis ini terutama disebabkan oleh hal-hal yang dapat dicegah atau diobati. Seperti kelahiran prematur, komplikasi saat melahirkan, pneumonia, diare, dan malaria.

Banyak nyawa bisa diselamatkan dengan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan primer berkualitas tinggi, termasuk intervensi penting dan berbiaya rendah, seperti:

  • Vaksinasi.
  • Ketersediaan tenaga kesehatan terampil saat melahirkan.
  • Dukungan untuk pemberian ASI dini dan lanjutan.
  • Diagnosis dan pengobatan pada masa kanak-kanak.
4 dari 4 halaman

Kematian Anak Sering Terjadi Tak Lama Setelah Lahir

Meskipun ada kemajuan yang menggembirakan, setiap tahun jutaan keluarga masih mengalami kesedihan yang mendalam karena kehilangan anak.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan yang sama.

Kematian anak seringkali terjadi pada hari-hari pertama setelah kelahiran.

“Tempat kelahiran seorang anak tidak seharusnya menentukan apakah ia hidup atau mati. Penting untuk meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas bagi setiap perempuan dan anak, termasuk pada masa darurat dan di daerah terpencil,” ujarnya.

Meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas dan menyelamatkan nyawa anak-anak dari kematian yang dapat dicegah memerlukan investasi. Termasuk dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan kondisi kerja yang layak bagi petugas kesehatan untuk memberikan layanan kesehatan dasar, pungkasnya.