Liputan6.com, Jakarta Seorang polio survivor asal Amerika Serikat, Paul Alexander yang dikenal dengan sebutan Pria Paru-Paru Besi meninggal dunia pada Senin, 11 Maret 2024 di Texas. Paul Alexander meninggal dunia pada usia 78 tahun.
"Paul Alexander, 'The Man in The Iron Lung' meninggal dunia kemarin. Usai berjuang dengan polio sejak anak-anak, ia hidup selama 70 tahun dengan paru-paru besi," begitu tulis organiser yang menggalang dana untuk Paul di gofundme, Christopher Ulmer.Â
Baca Juga
Penyebab Paul Alexander meninggal dunia tak diungkapkan oleh Alexander. Namun, pada bulan lalu Paul sempat terinfeksi COVID-19 yang membuatnya harus dibawa ke rumah sakit seperti disampaikan Lincoln, sosok yang menjalankan media sosial Paul Alexander.
Advertisement
Pada unggahan di Tiktok @ironlungman pada 27 Februari 2024, usai menjalani perawatan di rumah sakit Paul sudah bisa kembali ke rumah. Meski begitu, saat itu kondisinya lemah.
"Ia masih kesulitan untuk makan dan minum" tutur Lincoln.Â
Paul Alexander Sosok Inspiratif
Terlepas dari penyebab meninggal yang belum diungkap ke publik, Ulmer menyebut bahwa Paul adalah sosok luar biasa untuk dikenang. Cerita perjalanan hidupnya yang positif dimana hidup dalam silinder besi untuk membantunya bernapas selama 70 tahun begitu menginspirasi.
"Kisahnya menyebar luas dan jauh, memberikan pengaruh positif kepada orang-orang di seluruh dunia. Paul adalah teladan luar biasa yang akan terus dikenang," tulis Ulmer.
"Paul, kamu akan dirindukan tapi selalu dikenang. Terima kasih telah berbagi ceritamu dengan kami," akhir Ulmer dalam unggahan di gofundme.
Kisah Paul Alexander yang Lumpuh Usai Terkena Polio pada 1952
Pada 1940-an hingga 1950-an Amerika Serikat mengalami peningkatan kasus polio. Salah satu orang yang terkena adalah Paul Alexander seorang anak laki-laki asal Dallas, Amerika Serikat. Saat itu, Paul berusia usia enam tahun atau pada 1952.
Efek infeksi virus polio tak main-main. Tubuhnya melemah hingga akhirnya separuh tubuhnya yakni dari leher ke bawah mengalami kelumpuhan.
Kondisi itu membuat Paul tak mampu bernapas sendiri. Hingga saat ia terbangun di rumah sakit, tubuhnya sudah berada dalam sebuah silinder paru-paru besi, sebuah alat yang untuk memberikan tekanan tekanan udara agar pasien dengan kelumpuhan otot dada bisa bernapas seperti mengutip Washington Post.
"Saat itu saya tidak bisa berbicara, tidak bisa berteriak, tidak bisa menangis," kata Paul dalam podcast Pandemia pada 2022.
"Saya tidak bisa berbuat apa-apa," katanya.
Paul kemudian berjuang dengan caranya sendiri agar bisa berbicara meski harus dibantu alat tersebut untuk bernapas. Ia juga belajar untuk bernapas sendiri tanpa bantuan alat tersebut.
Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat silinder paru-paru besi seperti yang dipakai Paul sudah usang pada tahun 1960-an. Lalu, muncul ventilator. Namun Alexander tetap tinggal di dalam silinder paru-paru besi, karena, katanya, sudah terbiasa.
Advertisement
Bersekolah dan Jadi Pengacara
Hidup dalam silinder paru-paru besi tak membuat semangat hidup Paul Alexander pudar.
Ia tetap bersekolah dengan dibantu tutor yang berada di sisinya. Setelah berjuang belajar bertahun-tahun pada saat berusia 21 tahun ia mendapat ijazah sekolah menengah atas.
Lalu, ia juga mendapatkan gelar sarjana dari University of Texas pada 1978. Kemudian ia menerima gelar sarjana hukum pada 1984. Kemudian ia bekerja sebagai pengacara selama beberapa dekade.