Liputan6.com, Jakarta - Pasien kanker boleh menjalankan puasa Ramadhan jika sudah berkonsultasi dengan dokter yang menanganinya.
Apabila dokter sudah memberikan lampu hijau untuk menjalani puasa, pastikan selalu mengikuti anjuran yang diberikan.
Baca Juga
“Pastikan juga untuk mengikuti rencana diet yang sudah ditentukan oleh ahli gizi Anda agar kebutuhan nutrisi harian tetap terpenuhi,” kata dokter spesialis bedah konsultan onkologi Eka Hospital Bekasi, Budi Harapan Siregar dalam keterangan pers dikutip Sabtu (16/3/2024).
Advertisement
Saat konsultasi, dokter dapat memberi arahan terkait berbagai hal, termasuk apa saja yang tak boleh dilakukan pasien kanker selama menjalankan ibadah puasa. Budi menyampaikan, setidaknya ada empat hal yang perlu dihindari yakni:
Makan Makanan Mentah
Pasien kanker sebaiknya hanya mengonsumsi makanan yang dimasak matang sempurna untuk mencegah risiko keracunan makanan.
Saat mengalami kanker, daya tahan tubuh pasien jadi lebih lemah dibandingkan dengan mereka yang sehat.
“Makanya, Anda juga lebih rentan terserang virus atau bakteri. Makan makanan yang matang jadi salah satu cara mengantisipasinya,” kata Budi.
Makan Makanan pedas
Salah satu efek samping kemoterapi adalah sariawan pada mulut. Mengonsumsi makanan pedas bisa memperburuk kondisi tersebut.
“Maka dari itu, hindari makan makanan pedas dan berminyak saat sahur dan berbuka puasa. Apalagi, makan makanan pedas setelah perut kosong dalam waktu lama bisa meningkatkan risiko masalah asam lambung,” imbau Budi.
Konsumsi Makanan dan Minuman Tinggi Gula
Berbuka puasa dengan yang manis selalu menjadi godaan. Tapi, ini adalah salah satu hal yang harus dihindari oleh pasien kanker saat puasa.
Sebaiknya, pasien kanker menghindari makanan yang tinggi gula, garam, alkohol, dan yang mengandung lemak jenuh serta lemak trans. Makanan ini banyak ditemukan di mentega, fast food, minuman soda, dan gorengan.
Memaksakan Diri
Hal terakhir yang tak boleh dilakukan oleh pasien kanker yang ingin puasa adalah memaksakan diri.
“Hal yang harus Anda hindari adalah memaksakan diri. Jika Anda merasa sangat kepayahan dan kelelahan amat sangat, pertimbangkan untuk membatalkan puasa Anda.”
“Sebab bagaimanapun, memaksakan diri bisa menghambat penyembuhan kanker yang sedang Anda jalani. Ditambah lagi, agama pun biasanya memberikan pengecualian bagi mereka yang sakit untuk tidak berpuasa,” jelas Budi.
Advertisement
Konsultasi Sebelum Puasa
Sebelumnya, Budi menyampaikan bahwa pasien kanker boleh menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama dokter yang merawatnya mengizinkan.
Dokter akan menilai kondisi pasiennya dan memberikan beberapa catatan yang perlu diperhatikan. Catatan ini terkait hal apa saja yang perlu dipersiapkan pasien sebelum menjalankan ibadah puasa.
Salah satu yang perlu dipersiapkan sebelum puasa adalah konsultasi ke dokter onkologi. Konsultasi dilakukan untuk mengetahui kesiapan kondisi tubuh, pengobatan yang dijalani, dan efek samping yang mungkin muncul.
Meskipun beberapa jurnal menyatakan berpuasa bisa bermanfaat bagi perawatan kanker, setiap pasien memiliki kondisi yang berbeda-beda. Tak sedikit pasien kanker mengalami malnutrisi yang bisa berujung pada penurunan berat badan. Ini dapat menyebabkan pasien merasakan kelelahan ekstrem.
"Dalam keadaan semacam ini, Anda mungkin tidak direkomendasikan untuk melakukan puasa Ramadhan. Sebab, memaksakannya akan membuat proses penyembuhan justru menjadi lambat," kata Budi.
Konsultasi dengan Ahli Gizi
Selain berkonsultasi dengan dokter spesialis onkologi, lanjut Budi, penting juga untuk berdiskusi dengan ahli gizi. Sebab, saat berpuasa di bulan Ramadhan waktu makan dibatasi. Maka dari itu, makanan yang dikonsumsi haruslah memenuhi kebutuhan nutrisi. Makanan yang harus dikonsumsi sewaktu berbuka dan sahur sebaiknya mengandung:
- Gandum utuh
- Sayur dan buah
- Kacang-kacangan
- Biji-bijian.
"Anda juga boleh mengonsumsi daging tanpa lemak, ikan, telur, dada ayam, dan produk susu rendah lemak dalam jumlah sedang sebagai salah satu asupan protein," tambahnya.
Advertisement