Sukses

Hubungan Antara Orangtua dan Anak Kerap Terhambat, Psikolog Jelaskan 4 Pola Asuh

Agar menjadi orangtua yang mampu menghadapi putra-putrinya, ibu dan ayah perlu mengetahui empat jenis pola asuh.

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan antara orangtua dan anak termasuk usia remaja kerap menghadapi hambatan. Menurut Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN Edi Setiawan, masalah komunikasi kerap terjadi diduga lantaran perbedaan generasi.

“Karena berbeda generasi, sehingga masalah komunikasi acap kali terjadi,” ujar Edi dalam keterangan pers, dikutip Sabtu (16/3/2024).

Dia memberi contoh, tantangan orangtua dalam membimbing remaja di bidang akademik dan pendidikan seksualitas adalah faktor yang ikut memberikan kontribusi dalam pembentukan karakter remaja.

“Sehingga orangtua yang memiliki anak remaja perlu membekali diri dengan terus meng-upgrade pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi permasalahan tersebut,” ucapnya.

Agar menjadi orangtua yang mampu menghadapi putra-putrinya, ibu dan ayah perlu mengetahui empat jenis pola asuh.

Menurut psikolog Johana Rosalina K, PhD, empat jenis pola asuh ini meliputi:

  • Authoritative (kehangatan, tanggapan, kontrol, ketegasan tinggi)
  • Indulgent (memanjakan, hangat tapi tidak ada kontrol)
  • Neglectful (tidak ada kontrol dan dingin)
  • Autoritarian (kontrol dan ketegasan tinggi tapi dingin).

Johana menyebut pola asuh yang salah dapat membentuk pribadi yang negatif dalam diri anak.

“Mari kita belajar menjadi orangtua yang authoritative, ini sebagai pola asuh kepada anak-anak kita. Demokratis dengan mengajak anak aktif berdiskusi, dengarkan dan berikan tanggapan yang responsif.”

“Jangan menjadi orangtua yang abai dan cuek, apalagi otoriter karena akan berdampak negatif dan membuat anak terluka, nantinya anak akan menjadi pendendam,” papar Johana.

2 dari 4 halaman

Perhatikan Cara Bicara pada Anak

Pada dasarnya, sambung Johana, prinsip membuat remaja bertanggung jawab adalah dengan:

  • Mengajarkan konsep diri yang positif
  • Cara bertanggung jawab
  • Membantu remaja independen dapat memecahkan masalahnya sendiri
  • Menetralisasi argumen dengan tenang.

“Cara orangtua bicara pada anak, menjadi inner voice anak, misal ketika orangtua bicara dengan nada tinggi maka dalam benak anaknya akan merasa tidak berharga karena orangtuanya hanya marah-marah dan tidak puas pada pencapaian anaknya,” kata Johana. Lebih lanjut, hal itu akan membentuk konsep diri anak yang minder, pemalu, penakut, dan tidak percaya diri.

Sebaliknya, jika orangtua mendukung anaknya dan memberikan afirmasi positif pada pencapaian buah hati, maka akan membentuk anak yang percaya diri, hal ini akan memengaruhi pencapaian anak di masa mendatang.

3 dari 4 halaman

Penyebab Hambatan Komunikasi Orangtua dan Anak

Hambatan komunikasi dari sisi orangtua dapat terjadi akibat beberapa hal seperti:

  • Kritik yang berlebihan dengan membandingkan antar anak
  • Tidak mendengarkan cerita anak
  • Orangtua merasa memiliki power untuk mengendalikan anak
  • Terlalu banyak nasihat.

Melengkapi sudut pandang dari sisi remaja, apt. Valerie Kezia, S.Farm, menyampaikan pandangannya.

“Ketika remaja mau cerita sama orangtuanya, sering kali mendapatkan respons gestur pengabaian,” katanya dalam keterangan yang sama.

Masalah lain berupa kekerasan, baik verbal, fisik, maupun psikologis.

4 dari 4 halaman

Anak Butuh Didengar

Kezia kerap kerap mendapat curhatan dari teman-temannya, di mana terdapat ikatan emosional yang rendah antar teman dan orangtuanya tersebut.

“Mereka satu rumah, tapi komunikasinya kurang baik. Karena orangtua sibuk bekerja, terdapat pengabaian sehingga banyak emosi yang terpendam dan mengakibatkan miskomunikasi,” kata Kezia.

Menurutnya, di dalam komunikasi dengan orangtua, hal-hal yang dibutuhkan anak adalah rasa didengarkan tanpa dihakimi.

“Generasi saya, khususnya milenial dan gen z punya cara komunikasi yang berbeda, kita tidak bisa diperlakukan sama seperti orangtua kita di-treat orangtua mereka dulu. Terkadang orangtua tanpa sadar menurunkan luka masa kecilnya ke anaknya,” ujarnya.

Selain itu, menurutnya, remaja juga butuh diberikan ruang yang aman dan nyaman, dimaklumi apabila memberikan pendapat yang berbeda dari orangtuanya, butuh divalidasi emosinya, serta orangtua perlu menjaga privasi anaknya, pungkas Kezia.