Liputan6.com, Jakarta Umumnya orang yang menjalankan ibadah puasa disarankan untuk berolahraga menjelang waktu berbuka. Namun, tidak demikian bagi pasien diabetes.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam Eka Hospital Bekasi, Melisa Diah Puspitasari, orang yang memiliki diabetes sebaiknya tidak melakukan olahraga berat di waktu berpuasa. Yakni antara waktu sahur hingga berbuka.
Baca Juga
“Apabila orang dengan diabetes ingin berolahraga, sebaiknya olahraga dilakukan sekitar 1-2 jam setelah waktu berbuka. Olahraga setelah berbuka juga dapat membantu kadar gula darah tidak melonjak tinggi,” kata Melisa dalam keterangan pers dikutip Rabu, 27 Maret 2024.
Advertisement
Berolahraga sebelum waktu berbuka tak dianjurkan bagi pasien diabetes karena dapat meningkatkan risiko hipoglikemia atau kondisi gula darah di bawah angka normal.
“Hindari berolahraga menjelang waktu berbuka karena meningkatkan risiko hipoglikemia,” imbau Melisa.
Pilihan olahraga atau aktivitas fisik bagi pengidap diabetes yang sedang berpuasa tak boleh terlalu berat. Jenis olahraga ringan lebih dianjurkan, seperti berjalan kaki atau bersepeda santai.
Sebagai catatan, tidak semua pasien diabetes dianjurkan untuk menjalankan puasa Ramadhan. Pasalnya, setiap pasien memiliki kondisi berbeda tergantung kategori risikonya.
Menurut Melisa, ada tiga kategori risiko pasien diabetes yang boleh dan tak dianjurkan menjalankan puasa. Tiga kategori itu yakni risiko sangat tinggi, risiko tinggi, dan risiko rendah hingga sedang.
Pasien Diabetes Risiko Sangat Tinggi Tak Dianjurkan Puasa
Pasien dengan risiko sangat tinggi tidak dianjurkan untuk menjalankan puasa Ramadhan karena dikhawatirkan penyakitnya semakin parah. Diabetisi dengan risiko sangat tinggi adalah pasien dengan kondisi:
- Hipoglikemi berat dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadhan.
- Riwayat hipoglikemi yang berulang.
- Hipoglikemi yang tidak disadari (unawareness hypoglycemia).
- Kendali glikemi buruk yang berlanjut.
- Diabetes melitus (DM) tipe 1.
- Sakit (illness) akut.
- Koma akibat hiperglikemi dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadhan.
- Menjalankan pekerjaan fisik yang berat.
- Hamil.
- Pasien ginjal yang melakukan hemodialisis/ cuci darah rutin.
Advertisement
Risiko Tinggi
Kategori risiko yang kedua bagi pasien diabetes yang hendak jalankan puasa Ramadhan adalah risiko tinggi. Pasien dengan risiko tinggi juga tak dianjurkan untuk menjalankan puasa Ramadhan.
Pasien dengan risiko tinggi adalah orang-orang dengan:
- Hiperglikemi sedang (rerata glukosa darah 150–300 mg/dL atau HbA1c 7,5–9 persen).
- Ada gangguan fungsi ginjal.
- Hidup sendirian dan mendapat terapi insulin atau sulfonilurea.
- Usia lanjut dengan komorbid.
- Mengidap diabetes melitus dengan komplikasi jantung, stroke atau sumbatan pada pembuluh darah.
Risiko Ringan hingga Sedang
Kategori ketiga adalah risiko ringan-sedang. Pasien diabetes dengan kategori risiko ini masih boleh menjalankan puasa Ramadhan setelah berkonsultasi dengan dokter yang merawatnya.
Pasien diabetes dengan risiko ringan-sedang adalah orang-orang dengan diabetes yang terkendali dengan terapi gaya hidup saja atau obat-obatan oral untuk DM.
Jika sudah mendapatkan lampu hijau dari dokter, diabetisi ketegori ringan-sedang harus menjalankan puasa dengan benar sembari menghindari pola makan yang salah.
Menurut Melisa, pola makan yang salah dapat memperburuk kondisi diabetes ketika berpuasa. Beberapa hal yang bisa memperburuk kadar gula darah saat puasa yakni:
- Tidak makan sahur.
- Berbuka puasa dengan makanan dan minuman tinggi gula.
- Tidak mengontrol kadar gula darah sebelum memasuki bulan Ramadhan.
- Mengalami sakit atau infeksi lainnya.
Advertisement