Sukses

Tetap Tenang, Ini 4 Cara Mengatasi Anak yang Sering Alami Mimpi Buruk

Mimpi buruk pada anak adalah hal yang normal, berikut ini empat cara untuk membantu anak mengatasi mimpi buruknya.

Liputan6.com, Jakarta Mimpi buruk pada anak adalah hal yang biasa terjadi. Ketika anak mengalami mimpi buruk, mereka merasa terganggu hingga terbangun dengan kaget, bingung, dan takut, bahkan mungkin berteriak. Gangguan di tengah tidur ini sering kali membuat anak-anak tidak bisa langsung tidur.

"Mimpi buruk dapat menyebabkan rasa takut akan kegelapan atau rasa takut untuk tidur. Ketakutan itu bisa menyebabkan mereka kurang tidur. Kurang tidur juga bisa menyebabkan mimpi buruk,” kata psikolog pediatrik Catrina Litzenburg, PhD.

Ketika anak tertidur, otak mereka bekerja keras untuk memproses kejadian-kejadian pada hari itu dan emosi mereka. Tidur juga berperan dalam pembelajaran dan konsolidasi memori.

Saat otak sibuk bekerja di malam hari, mereka bermimpi. Namun pada beberapa malam, mimpi-mimpi itu bisa berubah menjadi gelap, yang akhirnya menjadi mimpi buruk..

Dilansir dari Cleveland Clinic pada Kamis, 4 April 2024, mimpi buruk yang terjadi berulang kali atau mimpi buruk yang menyebabkan kecemasan tidur dapat memberikan dampak negatif pada anak.

Litzenburg menyarankan empat cara berikut untuk membantu anak Anda mengatasi mimpi buruknya:

1. Jadikan Tidur Sebagai Prioritas

Anak yang kurang tidur memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami mimpi buruk.

"Mimpi buruk adalah bentuk parasomnia (gangguan tidur), sehingga dapat dikaitkan dengan kualitas tidur yang buruk, atau tidak cukup tidur," kata Litzenburg.

Jagalah agar anak Anda memiliki jadwal tidur yang teratur, berdasarkan rekomendasi berapa lama waktu tidur yang dibutuhkan anak.

 

2 dari 4 halaman

2. Ingatkan Anak Tentang Apa yang Nyata dan Tidak

Mimpi buruk dapat terasa sangat nyata sehingga si Kecil mungkin akan mengalami kesulitan untuk memisahkan antara apa yang mereka alami saat tidur dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Mimpi buruk bisa terasa begitu jelas dan nyata, mereka bisa sangat menakutkan," kata Litzenburg.

Balita dan anak-anak yang lebih muda khususnya, mengalami kesulitan memahami apa yang nyata dan apa yang tidak. 

Sebagai orang tua, Anda dapat membantu mengingatkan anak di siang hari bahwa mimpi itu tidak nyata. Anda dapat mengatakan hal-hal seperti, 'Mimpi buruk bisa sangat menakutkan, tetapi itu tidak benar-benar terjadi. Kamu aman di tempat tidur dan di kamarmu."

Anak-anak yang lebih besar dapat mengambil peran yang lebih aktif dalam memisahkan fakta dan fiksi. Untuk anak-anak yang bisa menulis, Litzenburg menyarankan agar mereka membuat catatan untuk mengingatkan mereka bahwa mimpi buruk itu tidak nyata.

3 dari 4 halaman

3. Latih Kemandirian Anak

Ketika anak terbangun dari mimpi buruk, atau menunda waktu tidur dengan protes bahwa mereka takut untuk tidur. Mungkin sebagai orang tua Anda akan merasa tidak tega dan memilih membawa anak ke tempat tidur.

Meskipun berbagi tempat tidur adalah pilihan bagi sebagian keluarga, jika ingin anak menjadi mandiri dengan tidur sendiri, maka Anda harus tetap teguh pada pendirian. Litzenburg lebih menyarankan Anda untuk tinggal di kamar anak sebentar agar membantu mereka rileks dan tidur.

"Namun, ketika Anda membawa anak keluar dari kamar dan membiarkan mereka tidur bersama, hal itu dapat memperkuat gagasan di benak mereka bahwa kamar mereka tidak aman," katanya.

4 dari 4 halaman

4. Berikan Barang-barang yang Membuat Nyaman

Jika saat ingin tidur anak begitu membutuhkan Anda untuk tidur bersama, Litzenburg menyarankan untuk memberikan perantara lain untuk menemani mereka.

"Memiliki barang yang nyaman dan istimewa bagi mereka di tempat tidurnya dapat membantu anak menjadi lebih mandiri karena mereka bisa mendapatkan kenyamanan dari benda tertentu tanpa membutuhkan orang lain," kata Litzenburg.

Benda-benda yang diasosiasikan dengan tidur dapat berupa apa saja yang dapat disimpan anak Anda di tempat tidur., sehingga bisa memberi mereka kenyamanan. Yang umum adalah selimut dan boneka favorit mereka.

"Sesuatu yang menurut mereka seperti orang yang mereka cintai, dapat menjadi sumber kenyamanan bagi seorang anak untuk tidur," kata Litzenburg.