Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam telah memasuki hari-hari terakhir Ramadhan. Sebelum Ramadhan berlalu, sebagian orang memanfaatkan waktu yang tersisa untuk melakukan amalan-amalan tertentu.
Pasalnya, Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar di antara bulan-bulan lain, utamanya pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Baca Juga
Menurut Dosen Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Hengki Ferdiansyah, keutamaan sepuluh malam terakhir Ramadhan dijelaskan dalam hadits riwayat ‘Aisyah sebagai berikut:
Advertisement
“Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadhan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,” (HR Al- Bukhari).
Lantas, apa saja amalan utama yang dianjurkan untuk dilakukan pada akhir Ramadhan?
Menurut Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in terdapat tiga amalan yang mesti dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramdhan. Ketiga amalan itu yakni memperbanyak sedekah, memperbanyak baca Al-Quran, dan memperbanyak itikaf.
Memperbanyak Sedekah
Pertama, memperbanyak sedekah, mencukupi kebutuhan keluarga, dan berbuat baik kepada kerabat dan tetangga.
“Seseorang bisa menyediakan buka puasa semampunya bagi orang yang puasa, meskipun sekadar memberi segelas air,” mengutip NU Online, Senin (8/4/2024).
Memperbanyak Baca Al-Quran
Kedua, memperbanyak membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran disunahkan kapanpun dan di manapun selain tempat dilarang membaca Al-Quran, seperti toilet.
Dalam penjelasan Imam An-Nawawi, membaca Al-Quran di akhir malam lebih utama daripada awal malam. Pendapat ini juga dikemukakan Abu Bakar Syatha yang mengatakan bahwa membaca Al-Quran di malam hari lebih baik daripada siang hari karena lebih fokus.
Sementara itu, membaca Al-Quran yang paling baik di siang hari adalah setelah shalat shubuh.
Memperbanyak Itikaf
Ketiga, memperbanyak itikaf. Hal ini sesuai dengan kebiasaan Rasulullah yang meningkatkan ibadah dengan cara beritikaf di masjid pada sepuluh akhir Ramadhan.
Di sepuluh malam terakhir Ramadhan, Rasulullah saw melakukan ibadah yang dilakukan khusus pada malam-malam tersebut.
Pertama, menghidupkan malam-malam Ramadhan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Muslim, ‘Aisyah meriwayatkan:
ماعلمته صلى الله عليه وسلم قام ليلة حتى الصباح
“Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadhan hingga menjelang subuh.”
Advertisement
Membangunkan Keluarga untuk Shalat Malam
Kedua, Rasulullah saw selalu membangunkan keluarganya untuk shalat malam di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan hadits Abi Dzar menggambarkan hal ini dengan jelas:
قام بهم ليلة ثلاث وعشرين وخمس وعشرين ذكر أنه دعا أهله ونساءه ليلة سبع وعشرين خاصة
“Bahwasannya Rasulullah saw beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam 29.”
Menghindari Tempat Tidur
Ketiga, Rasulullah mengencangkan ikat pinggang dalam arti menghindari tempat tidur pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Hal ini bersandar pada hadits:
في الصحيحين عن عائشة رضي الله عنها قالت: “كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله”
Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.
Keempat, Rasulullah saw pernah menyambung puasa tanpa berbuka hingga magrib yang akan datang (puasa wishal) pada satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadhan. Namun puasa wishal tidak dianjurkan untuk ditiru oleh pengikutnya.
وروي عنه من حديث عائشة وأنس أنه صلى الله عليه وسلم :”كان في ليالي العشر يجعل عشاءه سحوراً
Kelima, Rasulullah saw mandi dan membersihkan diri dan memakai wangi-wangian menjelang Isya selama sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan harapan memperoleh lailatul qadar.
Keenam, Rasulullah saw selalu beritikaf di sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Advertisement