Liputan6.com, Jakarta Jika seseorang meminta Anda untuk mendeskripsikan tipe kepribadian yang dimiliki, kemungkinan besar ada dua gambaran berbeda yang muncul di benak Anda, ekstrovert dan introvert.
Jika Anda tidak pernah merasa bahwa salah satu dari kedua hal tersebut benar-benar menggambarkan diri Anda dalam situasi sosial, Anda mungkin seorang ambivert.
Baca Juga
Meskipun tidak seterkenal konsep ekstrovert dan introvert, ambivert menggambarkan kepribadian yang berada di antara keduanya.
Advertisement
"Seorang ambivert adalah seseorang yang menunjukkan karakteristik ekstrovert dan introvert," jelas Ronald Riggio, PhD, Profesor Psikologi di Claremont McKenna College.
Dilansir dari Women's Health pada Senin, 8 April 2024, seorang ambivert dapat berperilaku ramah dan mudah bergaul ketika situasi membutuhkannya, atau bisa menjadi seseorang yang lebih pendiam dan lebih merenung.
“Ambivert selalu menyeimbangkan antara berada di sekitar orang lain dalam situasi sosial dan menghabiskan waktu dengan diri mereka sendiri dalam kegiatan yang lebih tenang,” jelas Michael Alcée, PhD, psikolog klinis dan penulis Therapeutic Improvisation: How to Stop Winging It and Own It as a Therapist.
Menurut Alcée, orang ambivert mampu untuk keluar, mengambil beberapa risiko, dan melakukan hal-hal inovatif. Mereka juga sangat tanggap dan cukup cerdas secara emosional untuk membaca situasi.
Ada perbedaan pendapat tentang jumlah orang yang benar-benar ambivert, dengan perkiraan terendah sekitar 20 persen, menurut Riggio. Namun, ia mengatakan bahwa jika Anda melihat ekstrovert dan introvert sebagai skala, banyak orang yang berada di tengah-tengahnya.
“Mereka yang berada di tengah-tengah tersebut telah lama disebut dengan berbagai nama selain ambivert, seperti introvert yang ramah, ekstrovert antisosial, dan introvert sosial,” kata Riggio
Ambivert adalah Perpaduan dari Ekstrovert dan Introvert
Secara biologis, salah satu hal yang membantu membentuk kepribadian seseorang adalah cara otak mereka bereaksi terhadap dopamin, yaitu neurotransmitter yang menyala pada saat-saat yang berhubungan dengan kesenangan dan penghargaan.
Menurut para peneliti di Cornell, orang ekstrovert cenderung memiliki sistem dopamin yang jauh lebih aktif dibandingkan dengan orang ambivert dan introvert, yang pada akhirnya memberi mereka lebih banyak alasan untuk merasa senang dan terlibat dengan dunia sosial.
Di sisi lain, seorang introvert lebih sensitif terhadap dopamin, sehingga mereka membutuhkan lebih sedikit dopamin sebelum menjadi kewalahan.
Bagi seseorang dengan kepribadian ambivert, ini adalah tentang perpaduan dari keduanya. "Hal yang unik tentang ambivert adalah mereka bisa selalu bisa bersosialisasi, itu bagus, tapi jika tidak mengisi daya, mereka tidak akan berfungsi dengan baik,” kata Alcée.
Advertisement
Ambivert Cenderung Cepat Kehabisan Energi
Menurut Alcée, karena sisi ekstrovert mereka, orang sering mengira bahwa ambivert adalah orang yang sepenuhnya ekstrovert. Sehingga ini membuat orang di sekitarnya bingung saat seorang ambivert perlu beristirahat dengan sisi mereka yang lebih tenang.
Anda merasa seperti "cepat lelah", tetapi tidak yakin mengapa. "Orang yang ambivert namun menganggap diri mereka lebih sebagai ekstrovert atau introvert, mungkin terus berusaha mengisi energi mereka dari sumber yang sama," jelas Alcée.
Namun sebenarnya, ketika seorang ambivert mengalami terlalu banyak sisi introvert atau ekstrovert mereka, ketidakseimbangan itulah yang menyebabkan mereka merasa kehabisan energi.
"Terkadang, fakta bahwa orang-orang di sekitar juga tidak dapat benar-benar mengetahui apakah Anda introvert atau ekstrovert, dapat berarti Anda berada di tengah-tengah keduanya," kata Riggio.
Ambivert Lebih Efektif dalam Interaksi Sosial
Seorang ambivert cenderung tidak terganggu oleh keramaian yang bising, tetapi juga tidak merasa gelisah saat sendirian. "Keseimbangan antara ekstrovert dan introvert ini juga membantu membuat orang ambivert lebih stabil secara emosional," kata Riggio. Hal ini juga membuat orang ambivert lebih efektif dalam interaksi sosial dibandingkan orang yang bukan, tambah Riggio.
"Mereka juga senang terlibat dalam kelompok kecil maupun besar, namun mereka akan membentuk tembok di mana mereka harus beralih ke aktivitas yang lebih tenang dan tidak terlalu menstimulasi," kata Alcée.
Alcée menggambarkan ambivert sebagai orang yang mampu memahami apa yang sedang dialami orang lain dan kemudian merespons situasi mereka baik dari sisi intelektual maupun emosional.
Jika Anda tidak benar-benar cocok menjadi seorang ekstrovert atau introvert, maka ambivert mungkin merupakan pilihan yang tepat untuk mendeskripsikan kepribadian Anda selama ini.
Advertisement