Liputan6.com, Jakarta - Pada Senin, 15 April 2024, Jusuf Kalla menerima kunjungan Pendeta Gilbert di kediamannya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan. Kunjungan tersebut bertujuan untuk menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf terkait pernyataan Pendeta Gilbert Lumoindong tentang zakat dan salat yang belakangan ini viral di media sosial.
Didampingi Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI), Prof Komaruddin dan Prof Imam, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 tersebut menjelaskan bahwa mereka telah menerima penjelasan dari Pendeta Gilbert mengenai video yang beredar. "Saya, sih, terkejut dan kecewa juga waktu melihat itu," kata Jusuf Kalla seperti dikutip dari Kanal News Liputan6.com pada Selasa, 16 April 2024.
Baca Juga
Lebih lanjut, pria yang juga menjabat sebagai Ketua DMI menekankan pentingnya toleransi dan saling menghargai antarumat beragama di Indonesia.
Advertisement
"Dalam Islam, ada ayat yang berbunyi lakum dinukum waliyadin, yang berarti 'agama saya, agama saya dan agamamu, agamamu'. Kita harus saling menghargai tanpa saling mengkritik atau menghina," ujarnya.
Jusuf Kalla juga mengutarakan alasan pentingnya menjadi mediator dalam proses klarifikasi ini, mengingat potensi bahaya kesalahpahaman tentang agama yang bisa berakibat fatal, seperti yang pernah terjadi di Poso dan Ambon.
"Karena itulah, sebelum meluas kita harus selesaikan, padamkan. Tadi (yang bersangkutan) minta maaf. Islam itu pemaaf, jangan lagi (ada konflik). Itu alasannya," kata Jusuf Kalla.
Â
Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke Jusuf Kalla
Pendeta Gilbert kemudian menyampaikan permintaan maafnya, lalu menyatakan penyesalannya atas kegaduhan yang terjadi, dan berterima kasih kepada Jusuf Kalla.
"Sekali lagi, saya meminta maaf atas segala kegaduhan. Beberapa catatan yang perlu saya bawahi, yang pertama pasti tidak ada niat saya untuk mengolok-olok apalagi menghina, sama sekali tidak ada," kata Pendeta Gilbert.
Pendeta Gilbert kemudian bercerita bahwa dia tumbuh di lingkungan Muslim dan belajar tentang Islam selama masa sekolahnya di Tebet, Jakarta Selatan, yang menunjukkan kedekatannya dan rasa hormatnya terhadap Islam.
Menurutnya, video yang beredar luas di Twitter merupakan ibadah interen yang tidak berlaku buat umum. Namun, karena jamaatnya ada yang gereja dan online, otomatis ceramahnya ada di Youtube.
"Tetapi itu jelas ada tulisan ibadah Minggu. Jadi, karena itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk umum," tambahnya.
Advertisement
Pendeta Gilbert Menjelaskan tentang Video Viral
Menurut Pendeta Gilbert, adapun penjelasan yang ada di potongan video tidaklah utuh, sehingga menimbulkan kekeliruan di masyarakat.
Dia mengatakan bahwa secara lengkap, pernyataannya justru berisikan autokritik untuk umat Kristiani. Gilbert menyebut bahwa cara beribadah umat Muslim sangat berat dibandingkan Kristen.
"Kenapa setengah mati? Karena berat, sehari lima kali. Kita orang Kristen seminggu sekali, sudah itu seminggu sekalinya juga duduknya santai-santai. Kalau ini (Muslim) ada gaya-gayanya, gerakannya yang tidak boleh salah," katanya.Â
"Bahkan, saya garis bawahi terakhir bahwa lipat kaki buat umat muslim biasa sekali sampai mungkin Pak JK yang usianya 82 tahun masih bisa lipat kaki gitu," tambahnya.
Â
Kata Pendeta Gilbert Setelah Dengar Penjelasan Jusuf Kalla
Sementara itu, bagi umat Kristen sangat sulit melipat kakinya, terutama bagi yang memasuki usia tua. Terlebih, ibadah yang biasa dilakukan terbilang santai, hanya duduk dan minimal seminggu sekali.
"Kebetulan di umat Kristen ada kepercayaan misalnya tentang memberi 10 persen. Nah, di pengetahuan saya 'Wah umat Muslim di situnya yang agak lebih gampang 2,5 persen'. Tapi, setelah bicara sama Pak JK hari ini, dia bilang 'Oh salah pendeta, 2,5 persen itu cuma zakat. Belum infaq, belum sedekahnya, belum wakafnya. Itu lebih berat lagi’," katanya.
"Jadi, untuk itu sekali lagi saya minta maaf atas kegaduhan ini. Tapi percayalah, kebersamaan Indonesia selalu ada di hati saya dan di hati saya selalu ada persatuan karena dasar khotbahnya kalau didengar hari itu, itu justru tentang kasih, kasihlah sesamamu," tambahnya.
Â
Advertisement
Alasan Pendeta Gilbert Memilih Jusuf Kalla Sebagai Mediator
Gilbert pun mengaku memilih Jusuf Kalla sebagai penjembatan klarifikasinya lantaran merupakan tokoh senior bangsa dan berpengalaman baik soal kenegaraan.
JK juga sosok pemimpin umat muslim, termasuk posisinya yang merupakan Ketua DMI dan diyakini sangat memahami Islam.
"Lalu yang kedua, karena beliau bisa disebut-sebut juga man of peace ya, karena sudah banyak mendamaikan keadaan-keadaan di bangsa ini," kata dia.
Selain itu, Jusuf Kalla dinilai sebagai pribadi yang humble dan paling terdepan soal kedamaian bangsa Indonesia.
"Pak JK seorang yang siap buat apa saja buat bangsa dan negara. Pokoknya buat bangsa dan negara, apalagi demi kedamaian bisa mudah dicarinya. Dalam hal ini kemarin kita berdiskusi, kita minta waktu, beliau di tengah kesibukannya langsung mengambil waktu, hari ini, karena buat beliau bangsa dan negara dan kedamaian itu selalu penting," pungkasnya.