Liputan6.com, Jakarta Kasus COVID di Singapura naik dua kali lipat. Ada 25.900 kasus COVID-19 pada periode 5 - 11 Mei 2024 di Singapura. Padahal pekan sebelumnya di angka 13 ribuan.
Terkait kenaikan kasus COVID-19 di negeri tetangga, Kementerian Kesehatan RI mengatakan belum ada rencana untuk membatasi masuknya orang yang berasal dari Singapura ke Indonesia. Meski begitu, Kemenkes terus memonitor penyebaran infeksi kasus COVID-19.
Baca Juga
"Nggak (red: tidak membatasi orang dari Singapura masuk Indonesia). Kita hanya jaga surveilans. Memonitor saja," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi lewat pesan tertulis ke Health-Liputan6.com pada Senin, 20 Mei 2024.
Advertisement
Untuk saat ini juga tidak terlihat kenaikan kasus COVID-19 di Tanah Air.Â
Kata Epidemiolog: Situasi Indonesia Lebih Diuntungkan Ketimbang Singapura
Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan bahwa situasi Indonesia saat ini dalam menghadapi COVID-19 lebih diuntungkan ketimbang Singapura.
Saat ini di Indonesia lebih banyak populasi muda, berbeda dengan Singapura yang didominasi orang lanjut usia. Seperti diketahui lansia terlebih punya komorbid lebih rentan bila terinfeksi COVID-19.Â
Selain itu, perlindungan masyarakat dari infeksi SARS-CoV-2 terbilang tinggi lantaran cakupan vaksinasi COVID-19 yang tinggi di Indonesia.
"Cakupan vaksinasi kita relatif tinggi walau pemerintah juga perlu merespons agar orang lansia dan punya komorbid serta yang kelompok rawan seperti petugas yang ada di pintu masuk negara untuk dibooster," saran Dicky dalam pesan suara yang diterima Liputan6.com.
Â
Warga RI Tak Perlu Panik dengan Kenaikan Kasus COVID-19 Singapura
Melihat kenaikan kasus COVID di Singapura, Dicky mengatakan agar masyarakat tak perlu panik.
"Untuk masyarakat umum, tidak usah panik. Tapi tentu kita harus tetap membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan," pesannya.
Â
Advertisement
Tentang KP.1 dan KP.2, Subvarian Baru COVID-19
Bila menilik karakter subvarian KP.1 dan KP.2 yang mendominasi dua per tiga kasus infeksi di Singapura tidak perlu panik. Dicky mengatakan bahwa kedua subvarian itu tidak memiliki penularan yang lebih cepat dan kematian yang lebih tinggi.
"KP.1 dan KP.2 itu tidak menular seperti zaman Delta, dan tidak menyebabkan kematian tinggi," katanya.